BAB 17 : What's Wrong?

5.8K 414 88
                                    

Happy Reading.

Salsha

Salsha sent you a picture.
Udah makan siang? Aku lagi di Rose Cafe.
Kapan-kapan kita harus ke sini bareng! Makanannya enak!

Iqbaal memilih untuk membaca pesan itu lagi.  Laki-laki yang tengah berselonjor di sofa ruang musik itu memilih untuk mengabaikan deretan pesan-pesan Salsha. Tangannya jauh lebih memilih tuk memetik senar-senar gitar dibandingkan membalas pesan si gadis.

"Kenapa gak di bales bos? Kasian tau anak orang lo anggurin chatnya gitu." Bastian yang memang pada dasarnya suka mengkomen itu menyuara setelah mencuri pandang ke arah rentetan pesan sejak malam kemarin.

"Nanti juga dianya bosen kirim chat spam gitu," jawab Iqbaal acuh.

"Yaa asal lo nya aja gak nyesel."

Iqbaal memilih diam tak menanggapi ucapan Bastian. Laki-laki itu sibuk menyetel gitarnya, kemudian memetiknya membuat alunan nada.

Bastian menghela napas. Laki-laki berhidung mancung itu memijat kepalanya pening, disandarkan bahunya pada sofa empuk itu. Matanya tertutup namun bibirnya bergerak tuk berbicara. 

"Lo tau gak Baal hal apa yang paling menyedihkan di dunia ini?"

Iqbaal mengernyitkan kening menatap Bastian yang masih menutup mata. Laki-laki itu belum menjawab membiarkan keheningan menguasai untuk sementara.

"Penyesalan." Bastian membuka mata menatap sahabatnya dengan sorot yang tak mampu Iqbaal definisikan.

"Kadang apa yang kita prediksikan gak selamanya sejalan sama apa yang akan kita rasakan nanti."

"Sok tau lo, Bas." Iqbaal memukul lengan sahabatnya itu.

"Dibilangin juga. Asal lo pandai atur perasaan aja, jangan sampai nantinya jilat ludah sendiri."

***

Salsha menopang dagunya. Kesal. Sungguh dia kesal karena tanda read itu kembali muncul di layar ponselnya. Makanan yang baru beberapa menit dia bilang enak itu ia abaikan, memilih untuk memandang ke arah luar jendela.

"Dimakan kali, cemberut mulu adik tersayang abang." El mencolek pipi Salsha yang menggembung.

"Apasih Kak." Gadis itu menyuap sesendok pasta ke mulutnya lagi. Di sebelahnya ada Jeha yang sibuk dengan potongan daging panggang.

"Gila banget gak sih, kemarin kaki gue ditendang ama Kak Rey, parah sampe ungu gitu." Dul—yang sejak sampai di cafe kembali bercerita dengan gaya rusuhnya. 

"Iya biasa aja bocah, kecap lo sampe muncrat ke gue ini," protes Jeje sembari menarik selembar tisu kemudian mengusap ke pipinya dan di lempar ke arah Dul.

"Apaan sih Bang! Ganteng gini di lempar tisu bekas."

Semua yang ada di meja itu langsung memasang wajah jijik. Makan kali ini adalah perayaan kemenangan tim futsal mereka. Ada Kak Al, Kak El, Kak Jeje, Rayhan, Dul, dan Farhan. Ditambah Salsha dan Jeha yang diajak makan gratis karna membantu persiapan kemarin. Sebenarnya dibantu Kak Yuki juga, tapi gadis itu berhalangan hadir karna ada tugas. Dan satu lagi, tim futsal yang kemarin ikut bertanding—juga menyumbang gol kemenangan, Kak Daniel. Namun lelaki bertubuh tinggi itu belum datang juga. Bahkan ketika Dul sudah menghabiskan nasi goreng yang ke dua.

"Tadi Kakak ngajak si Iqbaal, Bastian sama Aldi, tapi mereka gak bisa ikut. Ada prepare buat acara ultah Garuda katanya, emang bener ya?"

My Sweetest ExWhere stories live. Discover now