BAB 13 : A Little Secret

5.1K 410 40
                                    

Happy Reading.


Iqbaal benar-benar menuruti kesepakatan yang Salsha buat. Bukti konkretnya adalah ketika laki-laki itu tak menutup pintu komunikasinya, baik melalui langsung ataupun tidak langsung. Selama seminggu ini mereka rutin bertukar pesan meski harus Salsha yang memulai. Tidak hanya itu, setiap berangkat dan pulang sekolahpun mereka bersama—tidak jangan berpikir jika benar-benar berdua karna pada nyatanya Vanesha pun ada di antara mereka. Eh? Atau sebenarnya dia yang menjadi pihak 'diantara'?

Seperti pagi-pagi sebelumnya, Salsha menunggu di depan pagar rumahnya sembari memainkan random ponselnya tuk mengusir kebosanan. Setelah lima menit, ia kembali menyimpan ponselnya. Matanya menatap ke arah jam di pergelangan tangan lalu mengalihkan atensinya ke ujung jalan. Bukannya malah menemukan mobil Audi putih
Iqbaal, dia justru melihat Bentley hitam di sana. Matanya mengamati mobil itu—tidak! Tepatnya si pemilik mobil. Salsha mengernyitkan dahi menebak laki-laki berkacamata hitam yang ada di kursi kemudi.

Terus mengamati hingga...

"Shit!" Dia mengumpat di detik berikutnya.

Itu—

"Selamat pagi!"

Alwan.

Kacau. Salsha merasa hari yang cerah ini akan menjadi suram. Sesuram wajah Pak Tedjo, si kesiswaan Garuda ketika mendapati banyaknya siswa yang terlambat.

Laki-laki yang berseragam sama dengannya itu telah berdiri di depannya tanpa ia sadari. Dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya.

Salsha mendumel dalam hati. Tidak tahukah dia jika Salsha merasa was-was!

"Ayo berangkat!"

"Y-ya?"

"Ayo berangkat bareng."

Suara mobil berhenti membuat keduanya menoleh, Salsha menurunkan bahu. Tamat sudah riwayatnya.

Iqbaal keluar dari mobilnya, laki-laki itu sedikit mengernyitkan dahi menatap kakak kelasnya akan tetapi ekspresinya berubah mendingin. Dia menyandarkan tubuhnya di kap mobil sembari melipat tangan di dada.

"Jadi kamu mau bareng sama aku atau dia?" tanyanya datar. Tatapan mata menatap tajam ke arah kekasih sepupunya itu.

"Maaf," ucap Salsha lirih.

Alwan mengangguk, ia tetap tersenyum. Harusnya ia sadar jika gadis itu akan memilih Iqbaal meski ada gadis lain yang duduk di kursi penumpang.

Sayang, Alwan terlalu buta akan rasa cintanya.  Pada akhirnya lelaki manis itu memasuki mobilnya, memacu kereta besi itu tanpa adanya perempuan di kursi penumpang. 

***

Mobil hitam Iqbaal berhenti dengan selamat di parkiran khusus. Laki-laki itu melepas safety belt-nya, meski begitu ia masih belum enggan keluar dari mobil. 

Salsha memasukkan ponselnya dengan buru-buru, "Aku keluar dulu ya, makasih!" katanya sembari membuka pintu mobil. 

"Siapa suruh kamu keluar?" Suara sedingin air es itu menyapa indra pendengaran Salsha. 

"Kakak mau ngomong penting ya? Yaudah aku ke kelas duluan ya, lupa tadi malem gak ngerjain PR." Vanesha yang sadar akan ketegangan suasana pun memilih untuk keluar dari mobil setelah usapan hangat di puncak kepalanya.

"Maaf ya, gak bisa antar kamu."

Vanesha tersenyum memperlihatan gigi kelincinya, "Iya gak apa-apa," katanya kemudian membuka pintu mobil.

My Sweetest ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang