Prologue: Congratulations, glad you're doing great

14.9K 993 48
                                    

—April

No breakups are ever easy. None.

Bullshit kalau ada yang bilang cowok lebih mudah move on dari cewek atau cewek lebih mudah move on dari cowok—breakups are hard on both party. Trust me, I've been there. I am there.

"Aku nggak bisa lagi, Nja..."

Shit, masih sakit rasanya kalau teringat kalimat tersebut. Setengah mati aku berusaha menahan air mata yang sudah hampir membanjir saat ia terakhir kali memberiku pelukan sebelum aku keluar dari mobilnya malam itu. Kenapa pula dia masih mau mengantarku pulang, dan memelukku juga mind you, setelah apa yang dia lakukan terhadapku—terhadap kita.

Antara tega sama kurang ajar beda tipis rupanya.

"Earth to April, hello! Beb jangan ngelamun, meleng dikit diangkut om-om lo ntar"

Aku menoleh ke arah Theta, sahabatku yang tengah menggoyangkan kepalanya tipis-tipis mengikuti alunan lagu dengan segelas dry martini di tangannya. Minuman yang sama berada di hadapanku, belum tersentuh sejak diantarkan oleh waitress ke meja kami sekitar... setengah jam yang lalu.

Sigh. Freaking coping mechanism.

"The, I'm not feeling it tonight, I swea—"

"Uh-huh. Nggak nggak, gue nggak mau denger lo not feeling it, not feeling it." Dena, sahabatku lainnya yang ada di meja malam ini menyerobot cepat. "Susah-susah gue narik lo keluar dari kosan ya malming gini, nggak terima gue sama ucapan 'not feeling it' lo itu." ucapnya dengan jari lentik ber-manicure yang tertuding ke arahku.

"True. Minum dulu lah seenggaknya, kenceng banget tau nggak sih muka lo sekarang tuh." Theta menimpali. "Lagian, what happen to the mighty Rintik Senja April sih sampe bisa-bisanya lo ogah minum" tambahnya.

Yeah right. What happen to her, I wonder too. Benakku nggak bisa berhenti mempertanyakan hal yang sama.

Diputusin pacar yang sudah hampir enam tahun menjalin hubungan, is a start. God damn it is the start, the end, and everything in between. Bayangin kamu punya pacar, udah nyaris enam tahun lamanya, semua asam garam hubungan orang pacaran sudah kalian lewati—and you thought you BOTH will make it through—lalu tiba-tiba partner kalian bilang, dia nggak bisa lagi.

What the fuck does that even mean? Nggak bisa lagi apa coba? Nggak bisa menghadapi aku lagi? memangnya aku sesulit itu untuk dihadapi? Dan lagi, kenapa juga nggak dari dulu aja bilang 'nggak bisa'-nya? Kenapa baru sekarang? Kenapa nggak bisa?

Just, why?

"...Oke tadi gue nyuruh lo minum, tapi gue nggak maksud minum yang kayak gini juga..." Theta berujar kala ia melihatku menenggak habis martini di gelasku dalam satu tegukan.

"Gue haus." Hanya itu jawab gue sambil menjilat sisa-sisa minuman beralkohol tersebut di bibir gue.

"Haus sama sakit hati sekarang susah dibedain ya" Dena menggumam sebelum menenggak minumannya sendiri.

Live music dari dua penyanyi yang malam ini mengisi cara di tempat ini masih mengalun kencang. Beberapa pengunjung terlihat tertawa-tawa di mejanya, beberapa menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama lagu, and—ooh what is that, a lovely couple in the corner. I wonder, mereka udah berapa lama pacaran ya? Pasti cowoknya brengsek, aku bisa lihat dari wajahnya. Tipe-tipe cowok yang isi messenger-nya udah kayak asrama putri. Oooh, sekarang nyender-nyender, rangkul-rangkul. He'eh. Girl, if only you know how trash all men are...

HollowWhere stories live. Discover now