Untuk Apa / Untuk Apa?

3.9K 589 61
                                    

—Jeff

I think I know that car.

Gue menahan jari gue tepat di sebuah story spesifik setelah beberapa menit sebelumnya hanya melewati rangkaian story lain, mindlessly.

This one's different. It was Senja's, and she's in a car that looks strangely familiar to me.

Pastinya ini bukan cemburu, no, it's not that. Gue hanya penasaran, itu mobil siapa dan mengapa interiornya—despite the dim lighting—terlihat strangely familiar di mata gue. Was it Dena's? Nah, kayaknya mobil Dena nggak gitu deh. Theta? Nggak bawa mobil. Temen kantornya mungkin ya? Si Pepe-Pepe itu.

Bisa jadi. Walaupun gue yakin, kalau sama Pepe biasanya story dia akan berupa footage karoke dengan lagu apa pun yang diputar keras-keras di speaker-nya.

Well, maybe tonight just isn't their karaoke night. Mungkin?

"Jeff, yuk sekali lagi yuk. Tinggal group photo aja kok, abis itu kelar"

Gue menekan home button ponsel gue dengan cepat kala seorang asisten produksi menghampiri gue sambil membawa secarik kertas yang sudah lecek dan penuh coretan di tangannya. Memasang kembali game face gue, gue pun meletakkan gadget tersebut kembali ke atas kursi dan bangkit sambil meluruskan bagian-bagian outfit gue yang sedikit terlipat akibat duduk tadi.

"Yuk yuk semuanya kita mulai lagi! Jeff, lo yang ini nanti kaya kneeling di samping gitu ya, Adeline! Adeline mana—nah, lo sini sini berdiri sebelah Jeff..."

You see, it's not unusual for me to work on weekends, dan photoshoot kali ini pun bukan pengecualian. Gue rasa kalian semua udah tau kalau gue baru saja terpilih untuk menjadi model campaign terbaru dari Converse, and all credits (or at least, 90% of it) goes to Jamile yang berhasil menggolkan job ini buat gue. Limpahan dari temen kantornya yang dulu katanya; they're looking for a band of influencers in random field and some sort, dan Jamile being a gercep person she is, langsung tap in aja.

Yaa... lumayan lah buat cover servis mobil sama cicilan credit card. Ye boy still gotta hustle, man.

"...Gorgeous! Tahan ya... satu, dua..."

KLIK!

"Lagi, lagi. Satu... dua..."

KLIK! KLIK!

"Coba lo ganti gaya—yak, gitu... tahan..."

KLIK!

"...Yak udah!"

Flash kamera berhenti menyala. Fotografer kami, Mas Gilang, berdiri di depan sana menunjukkan hasil foto barusan pada kru produksi yang bertugas hari ini. Setelah ia mengangguk, baru Mas Gil—that's how we called him today—memanggil gue dan seluruh talent untuk melihat hasilnya.

"Gimana? Oke?"

Gue mengangkat alis kala seorang kru men-scroll dengan cepat hasil foto-foto kami tadi.

"Gue oke sih" gue menjadi yang pertama menjawab.

Untungnya, talent lain tampak sependapat dengan gue. Dan setelah mendapat cukup anggukan dari kita semua, seorang kru produksi pun secara resmi menutup sesi photoshoot hari ini.

"Aaaaaalright then, that's a wrap!"

Seluruh studio bertepuk tangan dan orang-orang pun mulai bergerak membereskan peralatan masing-masing.

Sembari melangkah menuju changing room untuk membersihkan makeup dan berganti pakaian, gue mengecek ponsel gue yang sedaritadi gue tinggal di salah satu bangku studio. Dan seperti yang sudah diperkirakan, layarnya telah dipenuhi beragam notifikasi pesan.

HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang