You were the sweetest apparition, such a pretty vision

5K 588 250
                                    

—April

"Lo belom jawab pertanyaan gue"

"Which one?"

"Tanggal 10 besok. Are you free?"

Aku meletakkan kentang goreng yang baru saja akan kucelupkan ke dlam saus pedas kembali ke piringnya.

Di hadapanku, Sam menatap dengan penuh harap.

"Kondangan siapa sih emang?" aku bertanya dengan alis terangkat.

Sebentuk senyuman lebar mengembang di wajahnya. "If I tell you, will you come?"

Aku menghela nafas. Ada apa dengan dia dan kondangan di tanggal 10 ini, really? Sejak seminggu yang lalu ia seperti tidak berhenti menanyakan hal tersebut padaku. Maukah aku datang dengannya? Apakah aku kosong di tanggal segitu? Bisakah aku hadir?

Bahkan, saat malam ini aku yang tiba-tiba ditinggal pergi oleh Dena memutuskan untuk mengiyakan ajakannya tahun baruan bareng di Backyard, pertanyaan itu muncul kembali.

Ayolah, memangnya aku nggak bisa apa menikmati tahun baru dengan tenang, setelah sahabatku sendiri membatalkan rencana pesta tahun baru kami secara sepihak karena harus menghadiri acara tahun baru dadakan bersama calon mertuanya? Tch.

"Ya... mungkin gue bisa." jawabku sekenanya.

"So does that mean you're in?" kedua mata Sam berkilat semangat.

"Iyaaaa, iyaaaaa" aku menyerah, mengambil kembali kentang goreng yang tadi kukembalikan ke atas piring dan mengigitnya malas.

Sam mengepalkan jemarinya dan mendesiskan 'yes' dengan pelan.

"Jadi, ini nikahannya siapa?" tanyaku lagi, mengejar jawabannya.

"A good friend of mine," Sam menjawab santai sambil menenggak birnya. "A long time good friend—wait, I love this song"

I saw you in a dream

You came to me

You were the sweetest apparition such a pretty vision

"There was no reason... no explanation... a perfect hallucination..." Sam menganggukkan kepalanya pelan seraya mulutnya menggumamkan lirik dari single hits The Japanese House tersebut. "Anyway, lo juga belom cerita ke gue gimana ceritanya lo bisa ditinggal temen lo malem ini?" tanyanya kemudian.

Aku memutar kedua bola mata, jujur malas menjawabnya. Pembatalan sepihak acara tahun baruku dengan Dena membuatku cukup marah dengan anak itu. I mean, bisa-bisanya dia hanya mengabariku via pesan whatsapp jam lima sore tadi saat aku telah berencana untuk pulang tenggo dan mampir ke salon langganan untuk nge-blow rambut sebelum pergi dengannya.

"Kayanya gue ga bisa pergi sama lo deh malem ini. Ardi ternyata nggak jadi lembur dan gue harus nemenin dia tahun baruan sama keluarganya" begitu isi pesannya.

Man, I hate that I'm not anyone's priority anymore.

Kalau sahabat terdekatku saja sudah bisa membatalkan sepihak rencana kami, who knows siapa lagi yang akan melakukan hal yang sama terhadapku nanti?

"Temen gue tiba-tiba ada acara sama tunangan dan calon mertuanya" aku menjawab singkat, jemari kembali meraih sepotong french fries dan menggigitnya.

"Well, one's loss is another's blessing" ujar Sam dengan sebuah senyuman lebar. "Thanks for coming by the way. Sori nih tapi rada crowded... ya maklum, tahun baru"

HollowWhere stories live. Discover now