Still a part of your home

5.1K 673 224
                                    

—April

I wanna come home and admit my defeat.

Seandainya semudah itu mengakui kegagalan hubunganku dengan Jeff kepada Ayah dan Mama, mungkin aku sudah memenuhi permintaan mereka berdua untuk pulang ke rumah dari beberapa minggu yang lalu.

[WhatsApp]

Bapak Rano ❤️

Senja...nggak pulang nak hari ini..?

Rumah sepi....mamamu dinas lama sekali...

Sebuah senyuman pahit terlengkung di wajahku membaca pesan WA yang baru saja masuk beberapa menit yang lalu itu. Ayah pasti kesepian di rumah sendiri ditinggal Mama dinas. Ya ada sih Mbak Siti, asisten rumah tangga kami, tapi paling Mbak Siti juga sibuk beres-beres, masak, dan bergaul dengan ART rumah-rumah tetangga. My old man must've been feeling so lonely lately so that he reached out to his one and only daughter

Dengan hati yang berat, aku memaksa diriku untuk membalas pesan tersebut

[WhatsApp]

Rintik Senja April

Kayaknya minggu ini nggak sempet deh yah...

Aku overtime nih banyak kerjaan yg harus dikejar. Minggu depan aku usahain pulang sebentar deh

Kutekan tombol send dan kututup aplikasi tersebut dengan cepat sebelum rasa bersalah menyergapku lebih jauh.

There's no overtime and deadlines to be done this week, definitely. Hanya saja, aku belum juga merasa siap untuk menghadapi orang tuaku di rumah dan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan mereka lontarkan mengenai kehidupanku saat ini—and that for sure will include Jeff. Tidak, tidak. Aku masih belum tega menyampaikan kabar putus ini kepada Ayah dan Mama yang mungkin sudah berekspektasi banyak terhadap kami berdua.

Ponselku bergetar lagi. Satu pesan balasan masuk dari Ayah.

[WhatsApp]

Bapak Rano ❤️

Yasudah...gak pa2 klw gitu...

Tp senja baik2 aj kan...?

Membacanya, sesuatu di dalam hatiku rasanya seperti terusik. Kalau saja Ayah tahu betapa aku ingin sekali jujur di hadapannya saat itu juga. Betapa aku ingin berlari ke pelukannya dan bercerita semua yang terjadi dalam hidupku belakangan ini; tentang Jeff, Sam, pertengkaranku dengan Dena...

Sejak dulu, I have always been more of a daddy's girl. Mungkin, karena di antara Mama dan Ayah, selalu Mama yang lebih sibuk dengan pekerjaannya—lebih sering lembur, pulang malam, dinas; jadi kebanyakan waktu luangku aku habiskan bersama Ayah. But it's not like, it's a bad thing, you know. If anything, kalau ada satu orang yang mengajarkan padaku betapa pentingnya seorang perempuan untuk menjadi independent and stand up for herself, orang itu adalah Mama.

And if Mama teaches me how to be strong, Ayah teaches me to be... compassionate.

Beliau adalah sosok yang selalu membuka ruang untukku bercerita, tentang apa pun—dari masalah yang berat hingga yang sepele, dari yang serius hingga remeh temeh. Ayah selalu bilang untuk bisa empati kepada orang lain, kita harus bisa empati pada diri kita sendiri dulu. Jangan pernah menyangkal apa pun yang kita rasakan. Kalau menurutnya, no matter how small our sadness or happiness might be, you always have to embrace it.

Acknowledge your feelings as something valid, thus you'll learn how to do the same with others.

Aku tersenyum miris memikirkan kata-katanya tersebut. Well, mungkin ini juga alasannya mengapa aku masih enggan mengakui kegagalan hubunganku dan Jeff kepadanya. I haven't accepted my defeat, and still reluctant to embrace the wounds he left behind... Yet.

Hollowजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें