Drive safe

4.5K 578 220
                                    

—Jeff

If it weren't for all the parties, I wouldn't be this fond of New Year.

Pergantian tahun adalah sesuatu yang nerve-wracking buat gue. Mainly karena pada saat itulah kesadaran akan cepatnya waktu berlalu menghantam gue paling keras. Satu hari lo masih enak-enak haha hihi sama anak-anak di Takor, eh tau-tau sekarang orang-orangnya udah pada lulus aja. Udah pada kerja aja. Udah pada berkeluarga aja.

People are moving forward with their lives and New Year is exactly when that reality hits you the hardest.

Itulah mengapa gue hanya menyukai tahun baru karena pestanya saja.

"Jadi... rumahnya si Wira ini dimana tadi kata lo?"

Gue menoleh ke bangku penumpang, tempat Mentari duduk saat ini dengan ponselnya di tangan.

Sejak empat tahun yang lalu, ada satu hal yang konstan dan hampir nggak pernah gue lewatkan setiap malam pergantian tahun. Almost like a ritual, though in reality it's more about us getting shit-faced and terribly hungover the morning after.

Yep, pesta tahun baru Enam Hari.

Sejak pertama kali dihelat di apartemen gue, empat tahun yang lalu, acara kumpul (kebo) bocah ini menjadi agenda wajib bagi semua anggota Enam Hari. Jamile dan Chris termasuk juga, tentu. Awalnya hanya kumpul-kumpul biasa yang dihadiri kami-kami lagi. Namun lama-kelamaan, 'keluarga' ini makin besar dan makin besar hingga the next thing we know, we started bringing our plus-ones every time.

Bram (tentu saja) membawa Fe, Dodi dengan Alisha (via videocall—LDR probz), Satria sama Kinar, and Jamile, Chris, plus Wira taking each other's out since they're painfully single.

I used to bring Senja to this occasion. Always. Bahkan sebelum anak-anak mulai membawa pacar masing-masing, di tahun pertama acara ini dihelat gue telah membawa Senja bersama gue.

"Biar ada yang ngurusin kamu kalo besok kamu bangun-bangun hungover. Sekalian bantuin kamu beres-beres" begitu katanya.

Haha, good old times.

Anyway kalian tahu lah apa yang telah terjadi antara gue dan Senja sekarang, jadi tahun ini gue nggak bisa lagi membawanya ke acara tahun baruan kami. Lagian dia juga paling sibuk party sama temen-temennya—atau sama siapa pun lelaki yang lagi mendekatinya saat ini. You know, I don't really care anymore.

What I do care is, this person on the passenger seat next to me right now. Mentari, yang habis (dengan sedihnya) lembur di malam tahun baru mengejar pekerjaan yang tertinggal akibat dia sering cuti untuk tur bersama Kala Pagi.

"Di Pejaten. You'll be amazed once you got there, trust me. It's like a castle of its own" gue berkelakar sembari membawa HRV ini menyusuri jalanan kota Jakarta yang padat merayap malam ini.

"Anak sultan dia?" Mentari tertawa kecil sambil menatap gue dengan alis terangkat.

"Lowkey" gue mengangguk ringan. "Ortunya yang punya itu loh, lo tau nggak sih, apa tuh nama sekolahan terpadu yang di Cilandak..."

"Pelita Bangsa?"

Gue menjentikkan jari atas jawabannya. "Nah iya itu. Literal anak sultan, right?"

"Yeah I can only imagine" Mentari terkekeh sebelum bersenandung lamat-lamat mengikuti lagu yang terputar di music player gue.

All this thoughts I had in my head

Got me blinded from the sunset

I'm trying hard to stop the rain

HollowOù les histoires vivent. Découvrez maintenant