Both of you and I we're hollow

4.1K 622 322
                                    

—Jeff

I honestly don't know what to do.

Menatap Sam yang duduk di hadapan gue saat ini dengan gelas bir yang belum tersentuh sama sekali, gue nggak tahu harus merasa apa.

"So this is your idea of a bachelor's party?"

Matt yang duduk di sebelahnya berujar, bergantian menatap gue dan Sam dengan alis terangkat dan sorot penuh kebingungan. Can't blame him though, apalagi jika sejak satu jam yang lalu kami duduk di sini, tidak ada percakapan yang berarti terjadi di meja kami.

He's probably wondering what's wrong with his two best friend, dan malangnya Matt, sebagai salah satu dari dua sahabat yang membuatnya kebingungan malam ini, gue pun nggak bisa memberinya titik terang.

Because, I'm just as confused as he is. Walaupun alasan kebingungan kami berdua jelas berbeda.

Matt bingung karena gue dan Sam tidak ada yang tampak berniat untuk menjalin interaksi sosial dalam bentuk apapun, sementara gue bingung apa yang harus gue lakukan terhadap Sam sejak... itu.

You know what I meant.

Oke, gue harus mengakui, putus dengan Senja is one thing, tapi melihat dia akrab berdua dengan sahabat gue sendiri is a whole another thing. The one I didn't prepare myself for.

Gue tahu, gue tahu, gue yang memutuskan hubungan kami and if anything, gue adalah orang yang paling nggak berhak untuk merasa marah atau cemburu. Tapi kalian ngerti 'kan rasanya gimana? Saat melihat mantan lo selama enam tahun deket sama sahabat lo sendiri? Ngerti 'kan?

"Dude, come on" Matt berujar, bergantian menatap gue dan Sam yang duduk saling bersebrangan. "Perasaan gue udah keluar ruang sidang dari siang tapi kenapa tegangnya masih kebawa sampe sini sih?"

Di hadapan gue, Sam menghela nafas dan menenggak bir di botolnya. Gue kira dia bakal ngomong abis itu, ternyata nggak. Dia malah merogoh kotak rokok dari saku kemeja flanelnya dan menyelipkan sebatang di antara kedua bibirnya.

"Korek dong" ujarnya seraya menatap gue.

"Hah?" gue berkedip, sedikit kaget saat anak itu akhirnya memecah diam di antara kami berdua.

"Korek." ia menggesturkan dagunya ke arah sebentuk lighter yang tergeletak tidak jauh dari botol gue.

Gue menggeser benda kecil tersebut ke arahnya tanpa berkata-kata. Sam menyalakan rokoknya dan menghela batang nikotin itu dalam-dalam sebelum menghembuskan asapnya ke udara.

"Kenapa lo ngeliatin gue?" tanyanya, menangkap tatapan gue yang sedari tadi menghujam ke arahnya.

Gue terdiam sesaat sebelum menghela nafas dan mengikutinya mengeluarkan rokok. Tangan gue terulur untuk meraih korek yang tadi digunakannya kemudian menyalakan Marlboro gue dengan cepat.

"Nothing" jawab gue seiring dengan hembusan asap yang keluar dari mulut gue.

Suasana di meja kembali canggung. Gue dan Sam kini bahkan enggan untuk sekedar saling bertukar tatap, masing-masing membuang muka, mengarahkan pandangan ke dua sudut berlawanan. Dari sisi lain meja, gue bisa mendengar Matt menghela nafas.

Nggak lama, tangannya terulur meraih rokok di hadapan Sam dan pemantik di hadapan gue. Anak itu menarik sebatang dan menyalakannya dengan cepat.

Gue dan Sam pun menoleh bersamaan.

"I thought you said you quit?" Sam mengangkat alisnya heran.

"No I don't," Matt mengangkat alisnya. "Siapa yang bilang?"

HollowWhere stories live. Discover now