Along with its consequences

4K 588 195
                                    

—Jeff

[WhatsApp]

Matthew

You're still coming to the wedding right?

Gue melirik sekilas pesan yang baru saja masuk ke ponsel gue tersebut hanya untuk mematikan kembali layarnya yang menyala beberapa detik kemudian. Gue raih pulpen dan melanjutkan fokus pada script music video Enam Hari di meja.

One of a few good things in the past few days at least. Akhirnya proses recording semua lagu di album baru kami selesai, dan telah masuk proses post-production. Sementara menunggu, kami mulai disibukkan dengan rencana promo serta syuting music video.

"Gimana, No, menurut lo?" Bram bertanya pada Sumino, stage photographer lepasan kami yang didaulat juga menjadi director untuk project music video kali ini.

"Aing oke sih ama script-nya" Sumino mengangguk-angguk sembari mengelus dagunya perlahan. "Talent gimana? Udah fix si... siapa tuh, Chandra sama Nitya?"

"Chandra terakhir gue follow up kemaren sih oke," gue menyahut, kebetulan subjek yang lagi dibicarakan ini adalah salah satu kenalan gue. "Offer dan lain-lain udah gue serahin ke Jamile, Mil, gimana?" lanjut gue seraya menoleh ke arah Jamile yang duduk di sebelah gue.

"Oke kok. Chandra kemaren udah deal buat shoot tanggal 23. Nitya kemaren udah green light dari manajernya, sibuk banget asli tuh anak. Tapi 23 dia udah bilang available sih, tinggal gue kirim brief dan dealing fee-nya" Jamile berujar lugas.

"Oke sip." Sumino mengacungkan jempolnya. "Paling ini nanti script aing bawa dulu ke anak-anak buat ngatur props, lighting, sama yang lain-lain. Meeting selanjutnya, bisa sekalian sama talent yah?" ujarnya memastikan.

"Okiiiw" Jamile mengacungkan jempolnya kemudian mengangkat ponsel, untuk mencatat poin-poin yang baru dibicarakan. "Vendor dll, aman 'kan, No?" tanyanya kemudian.

"Itu bisa diatur. Makanya ini script mau aing bawa dulu ke anak-anak buat kita bedah, sekalian nge-list kira-kira apa aja yang bisa kita provide sendiri sama yang harus cari vendor. Kayak, ini kostum sama MUA kayaknya ada mah aing kenalan—"

"Eh, kalo MUA udah ada, No" Satria memotong. "Cewek gue nanti yang pegang MUA sama harido"

"Oh cewek maneh MUA, Sat?" Sumino bertanya dengan alis terangkat.

"Anak sanggar tari sih lebih tepatnya, tapi sering nge-makeup juga buat sampingan" sambungnya.

"Biasa, No. Nambah-nambah DP gedung" gue menyahut.

"Sama ketring" Bram menambahi sambil terkikik geli. "Biar ada zuppa soup-nya"

Semua orang di meja ini tertawa, termasuk Satria meski dalam hati gue yakin dia sudah mengutuki kami berdua.

"Hmmm band swadaya emang lu ye. Sia deui sia deui yang ngurus" Sumino ikut tertawa dan menggeleng. "Oke, MUA udah berarti tinggal wardrobe sama stylist ya?"

Kami semua mengangguk.

"Temen lo ada yang stylist, No?" Wira bertanya sambil menyesap es kopi susunya.

"Ada sih..." Sumino mengetukkan jarinya di atas meja. "Tapi sebenernya nggak yang stylist banget kitu, soalnya seinget aing, si eta teh ngerjain visual art juga. Kemaren tuh kalo nggak salah dia malah jadi art-dir buat album barunya Kala Pagi..."

Seketika seluruh mata yang ada di meja ini mengarah ke gue. Tidak terkecuali Jamile yang segala menambah gestur berdehem sebelum menyedot kopi susunya sedikit.

HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang