Part 48-Sama Sama Kritis.

533 102 3
                                    

Kini perut Riella semakin hari semakin membesar, Riano terus mengejek Riella dan menjahilinya.

"Perutnya gede banget kayak busung lapar," Riano tertawa terbahak bahak seakan akan dunia ini hanya untuk miliknya.

"Dih songgong, Ah males sama kamu!" kesal Riella.

"Ucup ucup ucup.. Istri Rian kok ngambek," lirihnya sambil mengusap pucuk kepala Riella.

"Sayang maaf ya papah cuma bercanda kok, Kamu jangan baperan kayak mamahmu ya nanti jelek" gumam Riano sambil mengelus perut buncit Riella.

Kalau lagi kayak gini manis banget!

"Sayang, emang usia kandungan kamu udah berapa bulan?" tanya Riano yang masih setia mengelus perut istrinya itu.

"8 bulan lah! Ih gimana sih masa papah gatau!" geram Riella sambil mengigit tangan Riano.

"Awh!! Sadis banget astagfirullah" lirihnya merintih.

"Abisnya calon papah gitu nyolotin bangett!"

Dret dret!

Ponsel Riano bergetar "Sebentar Riell nanti lagi berantemnya, Aku mau angkat telfon dulu oke"

"Nyebelin banget! Masa berantemnya entar lagi, Mana ada!?" pekik Riella dalam hatinya.

"Hallo, Ada apa dok?"

"..."

"Anak kecil? Astagfirullah"

"..."

"Baik baik, Saya akan segera ke rumah sakit sementara ini tolong tanggani dulu bersama dokter Rendy"

"..."

"Iya"

Riano menoleh ke arah Riella lesu, "Sayang aku harus segera pergi ke rumah sakit, Ada anak kecil yang hidupnya sebatang kara lalu ia mengidap penyakit kebocoran paru paru akut, Aku harus segera pergi ke rumah sakit dan menolongnya" jelas Riano tegas.

"Anak kecil? Ih kasian bangett, Yaudah sana hati hati ya!" Lalu Riano langsung mengambil jas putihnya dan langsung mengambil kunci mobilnya.

Riella melihat kepergian Riano sedih, Dia lupa untuk mencium pucuk kepala Riella.

"Oh iya," lirih Riano menepuk dahinya.

Riano langsung membuka pintu kamar kembali karna ada sesuatu yang dilupakan.

Riano langsung buru buru menghampiri Riella dan langsung mengecup pucuk kepalanya.

"Hati hati Riell di rumah, Jangan tambeng di bilangin. Jagoan papah jagain mamahnya yang bandel ya, Papah ada tugas dari RS nih" ucap Riano sambil mengelus perut Riella.

Cute banget mukanya!

"Yaudah aku berangkat Riell," Riella tersenyum.

Riano langsung mengeluarkan mobilnya kemudian langsung menancapkan gasnya cepat.

Kini Riella hendak keluar kamar untuk makan, Namun perutnya saat ini terasa sakit, Amat sakit.

"Aa.. A.. Duh.. Aw.. Sakitt hikss!! Bibii!!" panggil Riella, Bi Siti langsung menghampirinya.

"Ya ampun Non! Non kenapa?!! Masyaallah Non Riella kok berdarah!" panik Bibi.

"Bi.. Perut Riella s.. s.. sak.. sak.." suara Riella terhenti karna ia langsung tak sadarkan diri!

"Non.. Non Riella.. Non bangun non!! Astagfirullah Non!!" teriak Bibi sambil menepuk nepuk wajah mulus Riella.

"Pak Donii Pakk!! Tolongin Non Riella!!" pekik Bibi lalu Pak Doni selaku Security langsung menghampirinya.

"Ya ampun! Non Riella kenapa Bi!!"

"Saya juga gak tau pak, Udah cepat bawa Non Riella ke rumah sakit. Duh malah Pak Rian lagi gak ada di rumah ya allah.." lalu Pak Doni langsung menggendong Riella dan membawanya untuk masuk ke mobil.

***

"No kenapa datangnya telat? Ini kritis No," lirih Rendy sambil berjalan cepat dengan Riano.

"Macet, Masih ada donor paru paru yang tersedia?" tanya Riano yang masih berjalan cepat menuju ruang operasi.

"Ada, Tapi.." Riano langsung memberhentikan langkahnya kemudian ia menatap Rendy dalam dalam.

"Cuma ada satu pendonor paru paru yang saya takuti tidak cocok dengan anak tersebut," jelasnya.

"Bissmillah, Semoga cocok" jawab Riano santai lalu melanjutkan langkahnya.

Rendy membuka ruang operasi yang di ikuti oleh Riano beserta suster suster lainnya.

Riano menatap anak itu iba, Entah kenapa ia bertekad untuk--

"Dokter Rian segeralah menggunakan masker dan sebagainya, Agar kita cepat untuk menanggani anak ini" suruh Dokter Rachel selaku Dokter spesialis Paru.

"Baik," jawabnya singkat, Kemudian ia langsung memakai apa yang telah di suruh Dokter Rachel.

"Berdoalah agar operasi ini berjalan dengan lancar," lirih Rendy, Riano menoleh ke arahnya dan tersenyum.

Lalu ke 3 Dokter itu beserta perawat yang lain langsung mempersiapkan alat alat untuk membedah anak tersebut.

***

"Dok.. Dok.. Tolong.." pekik Bi Siti yang tengah membawa brankar rumah sakit.

Dari arah kejauhan terdapat Okta dan Syams yang tengah tertawa, Lalu mereka tak sengaja melihat ada Riella yang terbaring lemah di atas brankar.

Okta masih asyik saja tertawa sementara Syams terus memukuli bahu Okta.

"Ta!!"

"Apaan sih Syams?"

"Itu Ta!!" tangan Syams menunjuk ke arah Riella.

"Itu!! Itu!! Itu!!" gugup Syams.

"Itu kenapa sih allahu!!" geram Okta.

"Itu.. Itu.. Itu kan Riella Ta!! Ayo kita kesana!" pekik Syams lalu langsung menarik tangan Okta erat erat.

"Bi Siti? Riella kenapa bi??" tanya Okta.

"S.. Sa.. Saya gak tau pak, Non Riella sepertinya pendarahan hikss" ucap Bi Siti yang di sela sela perkataannya ia menangis.

"Hah?! Pendarahan??!" kaget Okta dan Syams.

"Yaudah ayuk di bawa ke UGD dulu Bi!" pekik Syams lalu mereka semua langsung mengantar Riella ke ruang UGD.

•••

Gais! Gimana di Part ini?
Tegang gak sih?
Aku gak bisa buat cerita
Yang tegang tegang ni;v

Seru gak sih?
Atau cerita nya gak jelas?
Mohon di coment ya!:)

Vote bintangnya jangan lupa

RIANO[✔]Where stories live. Discover now