Part 70-Don't Go!

620 82 6
                                    

Dari arah kejauhan wanita yang berpakaian tak layak itu melihat adanya brankar rumah sakit yang di selimuti kain putih.

"Apa itu anakku?"

Wanita itu langsung berlari, Menghampiri brankar itu. Ia menumpahkan sekali tangisannya.

"Sus! Ini anak saya?!" tanya wanita itu, Dengan sigapnya ia langsung membuka kain putih itu sarkas.

Matanya terbuka lebar, "M.. Maaf Sus, Saya fikir ini A.. A.. Anak saya" ucap wanita itu merasa bersalah, Kemudian ke tiga Suster itu melanjutkan langkah kakinya.

Dan ternyata Jenazah ini adalah salah satu anggota dari pihak keluarga yang sedari tadi menunggu seperti wanita itu.

"Astagfirullah!! Sayang!! Bangunnn!!! Jangan tinggalin Bundaaa!!! Hiks.. Hiks"

"Jangan tinggalin Bunda.. Hiks.."

"Bun yang kuat! Yang tabah! Ikhlasin anak kita Bun!"

"Ini anak satu satunya kita Yah! Hiks.. Hiks"

Itulah teriakan histeris yang di dengar wanita itu, "Semoga anakku selamat" ucapnya lalu duduk kembali.

***

Laki laki paruh baya itu mengambil ponselnya yang ada di saku celana bahannya.

Lalu ia menelfon seseorang yang sepertinya sangat di butuhi saat ini.

"Nomornya gak aktif" titah Laki laki itu.

"Sepertinya Anak kita lagi praktek di RS nya" titah Wanita yang sepertinya itu istri dari laki laki tersebut.

***

Riano meneteskan air matanya, Lalu air matanya itu jatuh ke pelupuk mata Chici.

"Yang tenang di sana," ucap Riano sebelum menutupkan kain putih ke tubuh Chici.

"Dokter Rian, Sebaiknya kita cepat cepat masukkan pasien ini ke ruang Jenazah" titah Axel lalu menepuk bahu Riano.

"Intinya kita sudah berusaha semaksimal mungkin, Kita hanya Dokter bukan tuhan. Kita hanya bisa menyembuhkan bukan menghidupkannya kembali, Gw yakin lo kuat No" lirih Rendy menyemangatkan Riano, Riano memeluk tubuh Rendy erat.

Lalu ke tiga Dokter itu mendorong brankar almarhum Chici untuk masuk ke dalam ruang Jenazah.

Namun pada saat Riano serta Dokter yang lainnya melangkahkan kakinya yang baru saja keluar dari ruang Operasi, Tiba tiba saja ada wanita yang berpakaian tak layak itu menghadang langkah kaki ke tiga Dokter itu.

"Wajahnya gak asing, Siapa ya?"

"Maaf ada apa Bu?" tanya Riano lembut yang tengah merapihkan maskernya.

"Sepertinya saya tak asing dengan suaranya" batin wanita itu.

"Dimana anak saya? Dimana??!" sentak wanita itu sarkas.

"Memangnya siapa anak Ibu?" kali ini Rendy yang mengeluarkan suara.

"Chici Crrintia"

Riano membulatkan matanya, Chici? Chici Crrintia? Berarti, Chici anak Ibu ini? Crrintia?

"Crrintia? Nama Ibu siapa?" tanya Riano yang sedari tadi beberapa pertanyaan teka tekinya menyelimuti pemikirannya.

"Natasyah Crrintia" ucap wanita itu tegas.

What?

"Jadi? Chici ini Anak dari Natasyah?" batin Riano bertanya tanya.

"Mohon maaf Bu, Kami selaku Dokter disini sudah melakukan Operasi terbaik untuk anak Ibu, Namun tuhan berkehendak lain. Anak Ibu tiada" ucap Axel to the point.

Mata Natasyah membulat, Ia menangis ia terjatuh kini matanya mulai memerah.

"Gak! Gak mungkin!!! Chici.. Jangan tinggalin Mamah nak.. Hiks hiks.." tangis Natasyah pecah, Ia lemas mendengar penuturan dari salah satu Dokter itu.

Riano yang merasa iba dengan Natasyah langsung membungkukkan tubuhnya, Lalu mengulurkan satu tangannya.

Natasyah mengambil uluran dari Riano, Kemudian Riano membuka maskernya.

"Riano?" lirih Natasyah membelalak, Riano fikir ia sudah lupa dengannya.

Plak!

Natasyah melayangkan satu tamparan ke rahang tegas milik Riano.

"Pembunuh lo! Lo apain anak gw?! Lo apain! Pembunuh! Pembunuh! Hiks.. Hiks.." Natasyah mengacak ngacakkan rambutnya frustasi.

"Jaga etitude anda! Dokter Rian sudah berbaik hati dengan pasien, Karna Dokter Rian lah yang sudah menolong pasien, Yang sudah membiayai Operasi pasien!" bentak Rendy.

Tangan Riano terangkat, Agar Rendy berhenti untuk bicara "Gapapa" ucap Riano lalu tersenyum kecil.

"Maafkan saya, Karna saya sudah gagal menyelamatkan anak anda" gumam Riano yang matanya mulai berlinangan air mata, Karna saat ini perasaannya tengah terombang ambing karna ia memikirkan istrinya, Riella.

"Gw gak akan bisa maafin lo pembunuh! Bangsat! Chici!! Hiks.. Hiks.. Chi.. Ja.. Ja.. Jangan tinggalin Ma.. Mah.." lirih Natasyah isak isakkan.

Dari arah kejauhan terdapat Suster yang berlari cepat ke arah Riano.

"Dokter Rian! Istri Dokter! Istri Dok--"

"Kenapa istri saya?" tanya Riano lalu mengusap air matanya.

"Meninggal"

Air mata yang sudah di hapus, Kembali mengalir lagi.

Riano terjatuh, Tubuhnya terhuyung ke belakang, Kepalanya terasa berat, Ia menangis, Menangis sejadi jadinya.

Riano mengepalkan tangannya hingga mengeras, Lalu ia memukul lantai keramik Rumah sakit berkali kali, Hingga jari Riano mengeluarkan darah, Namun hal itu tak membuat Riano kesakitan, Karna saat ini Riano merasakan sakit ketika ia mendengar kalau Riella itu meninggal.

Rendy terkejut, Hingga ia fikir ini hanya mimpi "Riella meninggal? Gak.. Gak.. GAK MUNGKIN!" batinnya berteriak sambil menangis.

Ini cuma mimpi kan? Riella gak akan ninggalin gw kan? Matahari gw gak akan pergi kan? Riella masih hidup kan? Riella.. Riella masih bisa temani hari hari gw kan? Riella.. Batin Riano lemas;)

•••

Next

RIANO[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang