Part 62-Rontok dan Chici

366 84 12
                                    

"Maaf aku gak bisa jadi anak yang sempurna untuk Ayah Ansyah dan Bunda Rivia, Maaf aku gak bisa jadi istri yang sempurna untuk kamu Rian, Maaf aku juga gak bisa jadi mantu yang sempurna buat Ayah Rafiq dan Bunda Adella. Maaf kalau aku cuma benalu di kehidupan kalian semua, Maaf karna penyakit Kanker ini kalian semua jadi kehilangan cucu cucu yang sangat sangat di inginkan, Maaf Riella emang gak berguna hiks.." tangis Riella pecah saat ini.

"Stop bicara seperti itu sayang, Bunda tetap menyangi kamu kok.. Yang terpenting itu kesehatan kamu" titah Adella menenangkan.

"Buat apa Bunda? Buat apa? Aku akan mati juga kok, Hiks.."

"Jaga omongan kamu!" bentak Riano dingin.

"Rian.. Aku gagal, Gagal.. Hiks" Riella menangis, Terus menangis.

Riano duduk di atas brankar Riella, Lalu mengelus ngelus rambut lembut milik Riella.

"Kamu gak pernah gagal untuk jadi Anak, Istri ataupun Mantu di keluarga ini sayang.. Aku bangga punya kamu, Kamu harus kuat ya jangan nangis. Aku akan selalu ada di samping kamu Riell" ucap Riano menenangkan, Riella tersenyum namun linangan air matanya masih terus membanjir pipinya.

"Rian" panggil Riano.

"Apa? Kamu mau apa??" jawabnya.

"Aku mau ke taman belakang rumah sakit," pinta Riella.

Riano menghapus air mata yang ada di pipi Riella, Kemudian ia berkata "Kamu masih belum sehat, Nanti aja ya"

"Enggak! Aku mau sekarangg, Bunda bundaa Riannya tuh" adu Riella ke Adella dan Rivia.

"Rian" panggil Adella dengan nada menyuruh.

"Iya iya, Tapi pake kursi roda ya? Gak usah jalan" titah Riano.

"Oke!"

***

Sampainya di taman belakang Rumah Sakit, Riella meminta Riano untuk menyisiri rambutnya, Karna sudah 2 hari Riella menginap di Rumah sakit rambutnya tak pernah di sisir.

"Aku mau kamu sisirin rambut aku" gumam Riella yang tatapannya menghadap ke depan.

"Oke, Tapi aku ambil sisir dulu ya di ruangan kamu"

"Enggak perlu,"

"Terus?"

"Sisirin aku pake tangan kamu aja"

"Pake tangan aku? Nanti kusut gimana?"

"Kamu punya perasaan, Kalau kamu sisirinnya lembut pasti rambut aku gak akan kusut Rian"

"Hm oke, Aku sisirin ya?" Riella mengangguk.

Riano menyisiri rambut Riella lembut, Sampai sampai Riano tak mau ada rambut Riella yang menyangkut di jari jari tangannya.

Namun Riano tersentak kaget saat melihat ada banyak rambut Riella yang menempel di jarinya, "Kok?" batin Riano.

"Kenapa gak di lanjutin?" tanya Riella yang baru menyadari kalau Riano berhenti untuk menyisiri rambutnya.

"E.. Enggak, I.. Iya aku lanjutin" sahut Riano gugup.

Ia masih tak percaya, Kalau ternyata rambut Riella itu.. "Rontok? Rambut Riella Rontok? Gw gak salah liat kan? Ini rontoknya parah banget--" batinnan Riano terpotong saat Riella menoleh ke arahnya.

"Kamu megang apa?" tanya Riella sambil melihat genggaman yang ada di tangan Riano.

"Enggak, Aku gak megang apa apa kok"

"Bohong, Sini serahin tangan kamu aku mau liat"

"Enggak Riell, Aku gak megang apa apa beneran"

"Kalau kamu gak mau serahin tangannya, Aku bakalan mogok makan!" pekik Riella sambil melipatkan tangannya di depan dada.

"Kamu ngancem aku?"

"Iya! Pokoknya aku gak bakal mau makan, Udah sini tangan kamu! Serahin gak!" Riella menarik tangan Riano, Lalu ia mengigit tangan kekarnya, Sehingga kepalan tangan Riano terbuka.

Mata Riella terbelalak, "Ini rambut siapa?" tanyanya histeris, Lalu Riano melihat kalau sekarang mata Riella berkaca kaca.

"Ini rambut kamu. Kenapa matanya berkaca kaca? Mau nangis? Makannya gak usah maksa! Aku gak mau ngasih tau kamu gara gara takut kamu sedih Riell, Aku tau betul kamu itu hatinya gampang rapuh, Aku mau nyembunyiin ini dari kamu biar kamu gak sedih. Tapi apa?--" ucapan Riano terpotong.

"Udah lah gak sembunyiin apa apa dari aku! Kamu gak usah takut aku sedih Rian! Walaupun kamu gak kasih tau aku kalau rambut aku rontok ya tetep aja semua yang kamu sembunyiin akan kebongkar! Karna aku yang ngalamin! Aku yang ngalamin! Aku! Hiks.. Hiks, Aku yang ngalamin.. Hiks" tangis Riella pecah saat itu juga.

"Riell," Riano menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan kursi roda Riella.

"Aku gak kuat kalau liat kamu sedih Riell," Riano menghapus air mata yang mengalir di pipi Riella.

"Kamu gak kuat kalau liat aku sedih? Bagaimana kalau aku pergi untuk ninggalin kamu selamanya Rian? Kamu masih belum kuat? Kamu harus belajar dari sekarang, Karna Dokter bilang umur aku gak panjang lagi.. Hiks"

"Stop bicara yang enggak enggak, Ku mohon"

Dari arah kejauhan ada sepasang mata cantik yang sedari tadi melihat perbincangan antara Riano dan Riella. Tanpa di sengaja ia juga mendengari obrolan mereka berdua.

Lalu ia menghampiri Riano dan Riella, Karna ia melihat Riella yang menangis.

"Hai kak," sapanya.

Riano dan Riella menoleh ke arahnya, Kemudian Riano menjawab sapaan dari gadis itu "Iya,"

"Kenalin aku Chici, Nama kakak siapa?" tanya Chici sambil memancarkan senyum manisnya.

"Aku Rian, Kalau yang ini namanya kak Riella. Kita suami istri" jelas Riano sambil membalas senyum dari gadis itu.

"Kak Lala kenapa nangis?" tanya Chici.

Riella menoleh ke arah Chici cepat, "Namaku Riella bukan Lala"

"Tapi aku suka manggil kak Lala, Bukan kak Riella" umpat Chici penuh arti.

"Kak Lala belum jawab pertanyaan aku, Kakak kenapa nangis?" lanjutnya.

Riella tersenyum kecil, "Aku benci
penyakitku"

"Aih, Gak boleh gitu Kak, Kakak harus bangga sama penyakit yang ada di tubuh kakak. Seperti aku yang selalu bangga dan selalu menyayangi penyakit yang sudah ada sejak aku lahir" Chici tersenyum.

Penjelasan Chici membuat Riano mengeryitkan dahinya binggung, "Kenapa bangga? Dan kenapa kamu menyayangi penyakit yang sudah menggerogoti tubuh kamu sejak lahir?" tanya Riano penasaran.

"Bangga sebab manusia yang di berikan penyakit akan di hapuskan dosanya oleh sang pencipta, Tapi aku juga gak bisa jamin hehe" Chici tertawa kecil.

"Kalau soal menyayangi itu.. Karna penyakitku selalu menemani di saat aku di rawat di rumah sakit, Jadi pada saat aku di rawat dan tak sadarkan diri, Di samping aku gak ada orang tua ataupun orang lainnya yang mau menemani, Karna di ruangan itu cuma ada Aku, Penyakitku, Dokter dan Suster. Penyakitku tak menemani di sampingku, Namun ia setia menemaniku di dalam hatiku kak" jelasnya terperinci sambil tersenyum kecil.

"Kamu sakit apa?" tanya Riella secara tiba tiba, Dan itu membuat Chici menunduk lesu.

"Tumor hati"

•••

Next?

RIANO[✔]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon