Part 64-Matahari, Pangeran

361 82 8
                                    

Tina berlari ke arah Riano dan Sienna, "No! Gimana keadaan Riella??!" paniknya.

"Dokter belum keluar" jawab Riano dingin.

"Ya ampun.." ucap Tina sambil menjambak rambutnya frustasi.

"Nay sama Fransis?" lirih Riano yang sepertinya sudah dimengerti oleh Tina.

"Riella bilang, Jangan pernah kasih tau tentang penyakitnya ke Nay sama Fransis, Dia gak mau buat sahabatnya khawatir No" jelas Tina, Riano mengangguk lesu.

"Jadi.. Selama ini lo tau?" tanya Riano yang kembali menatap manik mata Tina.

"I.. Iy.. Iya No, Gw amanatin suruhan Riella, Gw gak mau dosa" jawab Tina gugup.

"Itulah Riella, Mementingkan diri orang lain dari pada mentingin dirinya sendiri" gumam Riano yang tengah mengusap ngusap wajahnya kasar.

Tak lama dari itu, Dokter pribadinya Riella keluar dengan raut wajah yang tak bisa di baca.

"Gimana keadaan Pasien?" tanya Riano dan Tina secara bersama.

Dokter itu tersenyum, Lalu menghela nafasnya pelan "Semakin memburuk"

"Apa?!" pekik Tina sarkas.

"Kanker yang ada di rahim pasien sudah semakin parah, Sebab pasien belum melakukan Kemoterapi, Radioterapi, Histerektomi ataupun Terapi hormon. Karna pasien belum menjalani salah satu pengobatan seperti itu, Penyakit Kanker yang ada di tubuh pasien telah menyebar, Sehingga penyakit di tubuhnya bertambah.

Ia memiliki penyakit Anemia, Perdarahan berlebihan akibat Kanker Rahim bisa memicu terjadinya Anemia. Bagi penderita Kanker Rahim yang menjalani histerektomi komplikasi yang akan dapat terjadi adalah hilangnya kemungkinan untuk bisa hamil kembali" jelas Dokter itu terperinci.

Riano menunduk lesu, Bukankah itu hal yang paling ia tak suka? Kenapa sekarang ia menunduk? Ia merasa sudah pasrah dengan keadaan.

Sementara Tina membekap mulutnya tak menyangka, "Ini beneran Dok? Komplikasi Kanker? Gak bisa hamil lagi? Ya ampun.. Riella.." lirihnya nanar.

"Jadi saya harus bagaimana lagi Dok? Saya mau pasien sembuh dari penyakitnya, Saya gak mau kehilangan istri saya Dok, Dia penghangat saya.. Kalau dia ninggalin saya--" ucapan Riano terhenti.

"Stt! Jaga ucapan lo!" sarkas Tina kencang, Riano menunduk.

"Pasien bisa sembuh, Kalau ia menjalankan operasi pengangkatan rahim sebelum Kemoterapi" ucap Dokter Bio serius.

"A.. Apa Dok?? Pe.. Peng.. Pengangkatan rahim?" gumam Riano terpotong potong karna ia terkejut.

"Iya Pak, Kalau Bapak gak mau rahim pasien di angkat, Istri Bapak bisa menjalani Histerektomi, Radioterapi dan Terapi hormon secara rutin"

"Itu bisa sembuh kan Dok??! Bisa kan?" tanya Riano antusias, Sepertinya ia memang benar benar takut kehilangan sosok mataharinya, Riella.

"Saya cuma Dokter Pak, Sama seperti Pak Rian. Jadi urusan hidup atau matinya di tangan tuhan, Bukan di tangan saya" lirih Dokter Bio sambil tersenyum kecil.

"Baiklah. Lakukan yang terbaik untuk matahari saya Dok, Asal jangan operasi pengangkatan rahim" titah Riano.

"Baik Pak, Saya permisi"

"Iya Dok, Terimakasih" gumam Riano sambil menunjukkan seulas senyumannya kepada Dokter Bio.

"Sama sama Pak," sahut Dokter itu sambil menepuk bahu Riano tanda untuk menguatkan dirinya, Lalu Dokter itu meninggalkan Riano, Tina dan juga Sienna.

"Papah, Mamah gapapa kan? Rah.. Rahim itu apa Pah?" tanya Sienna sambil mengartikan perkataan Dokter yang baru saja di utarakan.

"Rahim itu jari, Jadi jari Mamah Riella lagi sakit Sien" cicit Tina mewakilkan Riano meskipun ia tak berkata sebenarnya kepada Sienna, Karna Tina tau bahwa Riano tak akan kuat untuk menjelaskan pertanyaan dari menyakitkan dari Sienna.

"Ohh gitu ya ante?" lirih Sienna.

"Iya cantik, Yaudah ayuk liat Mamah Riella di dalam" Sienna mengangguk.

Kemudian mereka bertiga masuk ke dalam untuk melihat kondisi Riella saat ini.

Riano terus menatap wajah pucat Riella, Ia tak mengalihkan pandangannya kepada siapapun ataupun benda yang ada di sekitarnya, Karna mata ia sudah terkontaminasi sudah terkunci dengan adanya wajah cantik milik Riella.

Kini Riano beralih untuk mengusap bibir Riella yang terlihat sangat pucat.

"Sun shine, Bibirmu pucat" titah Riano yang bernada sedih.

"Tubuhmu juga terlihat lebih kurus," lanjutnya.

"Kamu yang kuat ya, Aku selalu ada untuk kamu"

Tina langsung mengelus bahu tegap milik Riano, "Yang tegar No, Pasti tuhan punya alur cerita yang khusus buat lo, Jadi lo jangan lesu kayak gini dong.. Semangat!" cicit Tina menyemangatkan Riano, Namun yang di semangati tak menggubris, Ia hanya memaparkan senyum manisnya.

***

Waktu bergulir cepat, Kini cahaya matahari berganti dengan cahaya rembulan dan bintang.

Riano tengah menunggu pesanan onlinenya di depan rumah sakit, Karna saat ini Riella sudah siuman dan ia minta agar di belikan makanan siap saji dari Go-Food karna ia bosan dengan makanan hambar di rumah sakit.

"Pak Rian?" tanya Bapak bapak yang berpakaian jacket hijau yang bertulisan Go-Je*.

"Iya benar,"

"Ini pesanannya Pak, Semuanya jadi 126 ribu plus ongkir"

Riano mengangguk kemudian ia mengeluarkan 2 lembar kertas berwarna merah dari dompetnya.

"Ini Pak, Saya permisi. Makasih" ucap Riano sopan lalu melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah sakit.

"Tapi pak!!" pekik Bapak itu yang sepertinya Riano sudah mengetahuinya.

"Ambil aja kembaliannya Pak.." sahut Riano, Bapak itu tersenyum tak menyangka.

***

"Hei main Hp aja, Makan nih biar gemuk, Badanmu kurusan" suruh Riano yang tengah menutup pintu.

"Iya iya bawel, Mana Ayam gepreknya??!!" tanya Riella antusias.

Riano menyodorkan tentengannya, "Tar... Raaaa"

Riella tersenyum "Makasih Rian.. Udah mau ngurusin aku, Udah tetap setia sama aku yang berpenyakitan ini hehe, Kamu pangeran saljuku yang palinggggg The Best! Uhuy!"

"Sama sama Mataharii penghangat di setiap hari hari akuu" jawab Riano apa adanya.

"Sienna mana?" tanya Riella yang sedari ia sadar tak melihat wajah mungil anak angkatnya itu.

"Tina anterin pulang ke rumah, Tapi tenang aja di rumah ada Bunda kok" cicit Riano.

"Tina? Tadi dia kesini? Gak sama Nay, Fransis kan??" tanya Riella tanpa rem.

"Enggak, Emang kamu kenapa sih gak mau ngasih tau sahabat kamu sendiri?" tanya Riano kembali.

"Aku takut mereka sedih, Aku takut nyusahin mereka Rian"

"Stop mentingin diri orang lain Riell,"

"Ya abis.."

"Abis apa? Makan Ayamnya, Terus abisin"

"Serius Rian!!"

"Ya serius aku mah"

"Tau ah!"

"Ulu ulu.. Anaknya Bapak Ansyah ngambek, Ck!" ledek Riano.

"Berisik ihh!! Udah sana kamu panggil Chici ke kamar akuuu, Aku mau mabar sama dia" pinta Riella.

"Chici? Mabar? Main bareng gitu? Kamu mau mabar apa? ML? Apa Pabji?"

"Maksud aku tuh.. Makan barengg,"

"Sama Chici?"

"Ya iyalah! Nanya mulu kayak mbah dukun!"

"Songgong, Ya udah bentar aku panggil dulu"

"Oke, GC ya!!"

"Iya bawelll"

•••

Next

RIANO[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang