25. Tentang Basket

390 85 40
                                    

25. Tentang Basket

"Celananya mau lo buang?" tanya Kiandra sesaat setelah masuk ke dalam mobil, tidak sengaja melirik celana abu Garda yang teronggok begitu saja di kursi belakang.

Garda melirik sekilas kesana, "enggak, mau gue jahit," jawabnya.

Kiandra menarik seatbelt sambil kepalanya mengangguk pelan mendengar jawaban Garda, "iya juga, kan masih bisa dibenerin."

"Sekarang mau langsung ke tempat jahitnya?"

"Hmm...." Garda bergumam, tampak berpikir sambil memutar kunci mobil yang membuat deru mesin terdengar.

"Lo tau tempat jahit bagus dan murah nggak?"

"Deket rumah gue ada. Mau di sana?" tawar Kiandra.

"Boleh."























Garda keluar dari bangunan kecil tempat jahit yang didatanginya sepuluh menit lalu setelah berhasil menyerahkan celana abunya. Ia celingukan mencari sosok Kiandra yang sengaja menunggu di luar. Seingatnya perempuan itu duduk di kursi kayu yang ada di beranda. Namun, presensinya tidak ada di sana.

"Ki?" Garda mendekat ke mobilnya yang terparkir di depan tempat jahit. Namun, Kiandra pun absen dari pandangannya. Sambil berusaha menghubungi Kiandra, laki-laki itu melangkah lebih jauh mendekati suara ramai yang di dengarnya. Garda sampai di lapangan kompleks yang terlihat ramai dengan anak-anak bermain basket. Ketika ia melihat satu-satunya perempuan dengan seragam batik berdiri di sisi lapangan, Garda tidak butuh waktu lama untuk menyerukan namanya lagi.

"Ki!"

Yang dipanggil menoleh, wajahnya terlihat bersalah menyadari telah meninggalkan si laki-laki tanpa memberitahu dulu.

Garda pasti bingung nyariin gue

"Eh maafff gue lupa ngasi tau lo mau nyamperin Kala," kata Kiandra berjalan menghampiri Garda yang berlari kecil ke arahnya.

"Gimana celana lo? Udah?"

Garda mengangguk, "Besok udah bisa diambil katanya."

"Oh ok."

Kala yang masih ada di dekat sana tidak sengaja beradu pandang dengan Garda. Anak laki-laki dengan seragam jersey dan bola basket yang diapitnya di tangan kiri itu menyapa Garda ramah."Halo, Kak," dengan melambaikan tangan kanannya yang bebas.

"Yoo." Garda mengedikkan dagu untuk membalas sapaan Kala. "Basket, Kal?" lanjutnya melirik bola basket yang dibawa Kala.

"Iya, Kak."

"Oh iya, Kak Garda anak basket 'kan?" Bola mata Kala tiba-tiba bersinar. Jelas sekali anak itu terlihat bersemangat.

"SMP iya, sekarang gue melipir ke photographer," jawab Garda sambil mengambil beberapa langkah untuk lebih dekat dengan Kala.

"Loh kok nggak lanjut?"

Kiandra yang ikutan kepo mendengar jawaban apa yang akan diberikan Garda memasang telinga lebar-lebar.

"Pengen nyoba hal yang baru aja."

Aelahhh, tanpa sadar Kiandra menghela nafas kecewa mendengarnya.

"Pak Agus sering banget cerita lo jago banget main basket!"

"Oh, lo anak Permata?" tanya Garda, sempat melirik Kiandra dan menggerakkan tangannya meminta perempuan itu mendekat. Kasian. Garda dan Kala terlalu asyik mengobrol sampai melupakan kehadirannya.

Mendapati Kala yang mengangguk dengan semangat, Garda kembali bersuara, "Gimana Pak Agus? Masih suka marah-marah nggak waktu ngelatih?" Garda sedikit terkekeh mengingat guru olahraga sekaligus pelatih basketnya itu.

Kiandra yang sudah ada di antara mereka hanya diam memerhatikan dua orang dengan tinggi hampir setara itu mengobrol.

"Masih haha. Tapi, sekarang rada ngurang kebiasaan marahnya gara-gara punya doi tuh."

"Widiww."

Yang Kiandra tahu setelahnya, percakapan antara Garda dan Kala tiba-tiba mengalir begitu saja hingga berakhir dengan Garda yang memilih bergabung bermain basket dengan Kala. Kiandra memilih untuk duduk di tangga sisi lapangan basket, memerhatikan Garda bergerak gesit dalam permainannya dengan kumpulan anak SMP itu. Sebenarnya, Garda berniat untuk mengantar Kiandra pulang dulu sebelum kembali ke lapangan basket. Namun, Kiandra memilih untuk menetap di sana melihat jalannya permainan.

"Dia keliatan menikmati banget tuh mainnya," gumam Kiandra, tidak melepaskan matanya barang sedetik pun dari Garda yang berlarian di lapangan dengan seragam batiknya.

Ia kembali memikirkan percakapannya dengan Joshua kemarin, tentang alasan Garda yang tidak kembali menekuni ekstra basket di SMA. Sebenarnya, alasan ingin mencoba hal baru bisa saja Kiandra terima. Namun, bagi Kiandra alasan itu masih belum cukup. Ia merasa, ada alasan lain yang membuat Garda yang sangat mencintai basket itu berhenti. Alasan lain yang cukup kuat









yang membuatnya sangat-sangat penasaran.

"Ki!" Kiandra terperanjat dari lamunannya.

Garda berkacak pinggang di tengah lapangan, melambaikan satu tangan yang menarik perhatian Kiandra. "Bentar lagi, ya!"

Kiandra menempelkan ujung telunjuk kanannya ke ibu jari, "okey. Santai ajaa," serunya.

Garda membalas dengan gesture yang sama dan kembali berlari mengejar bola yang digiring Kala sebagai rival mainnya.

Garda membalas dengan gesture yang sama dan kembali berlari mengejar bola yang digiring Kala sebagai rival mainnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

HALOOOOOOOO!

Gue muncul lagi membawa part yang sangat pendek hehehe. Iya, gue juga kangen banget sama Garda :( Karena uda mulai libur semester, gue bakal nyoba rajin update deh.











Tapi kalo idenya lancar ya hehehe. Bercandaa. Gue bakal usahain seminggu update 1 part dan kalo bisa lebih lah ya.

Tenkyuuu so much buat yg masih nungguin cerita ini. Lop uuu❣️❣️❣️❣️

[jumat, 9 juli 2021]

run to youWhere stories live. Discover now