07. Bubur dari Garda

1.4K 176 13
                                    

07. BUBUR DARI GARDA

Kiandra berjalan perlahan menuju gedung induk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kiandra berjalan perlahan menuju gedung induk. Kondisi sekolah masih cukup sepi, hanya ada kumpulan anak SATGAS yang berjaga di pos satpam juga tiga kelas angkatan kelas XI yang mendapat jadwal olahraga di lapangan basket. Tidak mengherankan karena jam masih menunjukkan pukul 06.10, masih terlalu pagi untuk pergi ke sekolah saat jam telat hari ini adalah 06.50.

Kiandra sengaja datang sepagi ini untuk menghindari keramaian yang bisa memberinya atensi lebih karena berjalan terseok-seok. Ia berusaha menghindari pertanyaan semacam 'Kiandra kenapa?' yang tidak bisa dijawabnya sesering mungkin karena luka di bibirnya.

Kiandra menghela nafas panjang saat sampai di depan tangga menuju lantai dua. Ia harus melewati tangga ini, juga tangga selanjutnya untuk mencapai kelasnya di lantai tiga.

Coba aja gedung induk ada lift-nya ya, gumamnya dalam hati.

Kiandra menumpu tangan pada pembatas tangga dan mulai melangkah dengan hati-hati. Sebenarnya kondisi kakinya tidak seburuk itu, jika tidak harus menaiki banyak anak tangga. Kiandra hampir menjejakkan kakinya di tangga kelima saat tiba-tiba totebag-nya ditarik dari belakang.

Ia tersentak, segera menoleh dan menemukan Garda berdiri satu tangga di bawahnya. Laki-laki itu menyampirkan totebag polkadot hitam itu di bahu kanannya, lalu mendongak tenang membalas Kiandra yang menatapnya dengan alis terangkat.

"Biar gue bantu jalan," katanya sambil naik untuk berdiri di tangga yang sama.

Kiandra yang memang membutuhkan bantuan itu membiarkan Garda memposisikan tangannya persis seperti kemarin saat laki-laki itu juga membantunya. Garda menuntun Kiandra langkah demi langkah menaiki undakan tangga dengan hati-hati. Hampir lima menit saat keduanya sampai di lantai dua.

Kiandra menurunkan masker yang sengaja dipakainya hari ini untuk menutupi luka di bibirnya, membuat Garda melepaskan tangannya yang sempat bertengger di sana. Perempuan itu lalu menarik nafas dalam-dalam sambil mengibas kecil tangannya di depan wajah.

"Gue gendong aja, gimana?" celetukkan itu membuat Kiandra menghentikan gerak tangannya.

"Nggak," jawab perempuan itu singkat, mendelik kecil membalas Garda.

"Biar cepat, Ki, kasian lo naik tangga ngos-ngosan gini. Ntar juga harus naik-turun tangga lagi buat literasi." Garda mencoba membujuknya.

"Kan bagus biar gue kebiasa naik-turun tangga, Gar."

"Ya udah kalau gitu. "Garda akhirnya mengalah dan kembali memegangi Kiandra yang hendak berjalan lagi.

Sebenarnya, kondisi tangga tidak sepi lagi. Beberapa murid sudah berlalu-lalang, entah yang bergerak naik karena baru datang atau yang turun untuk kepentingan lain, seperti ke kantin. Tentu saja, dua orang dalam posisi intens ini menarik perhatian tiap pasang mata yang lewat. Kiandra menyadari bagaimana mereka menengok selama beberapa saat bahkan memelankan langkah untuk memerhatikannya dan Garda.

run to youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang