Bab 22

5.3K 770 32
                                    

"Pagi, Dokter Laura."

Ketika Laura tiba di lantai 3 pagi itu, Suster Gita segera menyapanya di dekat meja resepsionis. Dia memegang nampan berisi gelas-gelas kopi berbagai merek, barangkali ada dua belas jumlahnya.

"Pagi," Laura membalas, mengernyit heran melihat Suster Gita. "Lagi ada acara apa? Banyak banget kopinya."

"Ini semua buat Dokter Laura."

"Hah?"

"Di meja resepsionis juga banyak makanan buat Dokter Laura." Suster Gita menuding setumpuk makanan di sudut meja resepsionis. Laura bisa mengenali kotak donat ukuran besar di antaranya. "Nanti saya bawain ke ruangan Dokter abis naruh ini."

"Siapa yang ngasih?" Laura tercengang. Di otaknya langsung terlintas wajah jahil Ergi.

"Anak-anak co-ass." Suster Gita menjawab. "Semuanya ngefans banget sama Dokter Laura, apalagi yang cowok-cowok."

Laura terperangah. "Hah?"

"Nggak usah kaget gitu, Dok. Bukannya wajar? Dokter bedah cewek, muda, cantik, ngajarin co-ass, siapa juga yang nggak ngefans? Kalau ngefansnya sama Dokter Arifin, baru aneh." Suster Gita cekikikan.

Laura menahan senyum. "Nggak usah dibawa ke ruangan saya, bagi-bagiin aja buat semua. Saya udah ngopi tadi pagi."

"Ckckck. Baru sehari ngajarin co-ass aja udah banyak begini fansnya."

Laura dan Suster Gita sama-sama menoleh. Ternyata Ergi! Sosok itu menghampiri mereka dengan cengiran khasnya.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Laura.

"Saya kena suspend bertugas, bukan kena suspend jalan di gedung rumah sakit." Ergi menyahut. "Jangan terlalu tebar pesona ke bocah-bocah itu."

"Saya nggak—"

"Hati-hati nanti cinlok."

"Mereka itu lima belas tahun lebih muda dari saya. Yang bener aja—" Laura menghentikan ucapannya ketika menyadari Ergi dan Suster Gita yang menahan tawa. Nice. Ternyata, sedari tadi Ergi cuma iseng. Dia merasa bodoh, kenapa juga harus menanggapi ucapan Ergi?! Laura membalikkan badan dan melanjutkan langkah menuju ruangannya.

"Mereka bilang kamu lebih pinter ngejelasin daripada saya," Ergi mengekor Laura, masih belum berhenti mengajaknya bicara. "Katanya, kamu kalau ngejelasin lebih visual, jadi lebih ngerti."

Laura memutar bola matanya.

"Lebih visual." Ergi menekankan ucapannya. "Bukan lebih menarik secara visual. Although, it might mean the same thing. Anyway, mereka lebih ngerti karena dijelaskan lewat banyak gambar. Mereka bilang gambarmu bagus-bagus. Saya nggak tau, ternyata kamu jago gambar."

Ergi menunjukkan percakapan sebuah grup di layar ponselnya.

"Kamu punya grup sama anak-anak co-ass?" Laura menaikkan alis.

"Iya."

"Buat apa?" Laura membuka pintu ruang kerjanya dan masuk. Ergi mengikuti langkahnya.

"Biar lebih gampang komunikasinya, biar lebih akrab juga."

Ergi kembali menunjukkan layar ponselnya.

xxxxxx
Dokter Laura itu pacarnya Dokter Ergi?

Ergi
:) :) :)

Laura melongo. "Ke-kenapa kamu jawab kayak gitu?"

"Jawab apa? Saya nggak jawab apa-apa. Cuma ngasih emoji aja."

SINCERELY (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang