Bab 23

4.8K 729 9
                                    

"Dokter Laura!"

Laura menghentikan langkah saat mendengar namanya dipanggil. Salah seorang perawat yang sedang berjaga di meja pendaftaran bergegas bangkit dan menghampirinya. Dia membawa bungkusan makanan dan menyerahkannya kepada Laura.

"Ini buat Dokter," ucapnya.

"Dari siapa?"

"Dokter Ergi."

"Dokter Ergi?"

"Iya. Tadi Dokter Ergi mampir ke sini, nyariin Dokter Laura. Saya bilang, Dokter Laura lagi visit, balik lagi aja nanti. Tapi, dia malah nitipin ini lalu pergi."

Laura menerima bungkusan itu sambil setengah mengamatinya. "Oh. Terima kasih."

Ergi? Meskipun sedang kena suspend, dia masih saja muncul di rumah sakit. Kali ini membawakan makanan pula untuk Laura. Laura kembali ke ruang kerjanya dan meletakkan bungkusan itu di meja, sementara dia melepas jas dokternya. Dari aromanya, sepertinya nasi ulam. Laura duduk dan membukanya. Dia menemukan sebuah post-it tertempel di bungkus kertas warna cokelat.

Met makan, ini dari saya, bukan Aimee.

Tok! Tok!

Tepat saat itu, ada yang mengetuk dan membuka pintu ruang kerja Laura.

"Ngarepnya dari Aimee?"

Ternyata Ergi. Kepalanya menyembul sejenak dari balik daun pintu sebelum dia melangkah masuk.

"You'll like it. Itu nasi ulam yang sama kok kayak yang dibeliin Aimee buat kamu. Tadi saya belinya bareng Aimee."

Tangan Laura yang hendak menyuapi dirinya berhenti di udara. "Bareng Aimee?"

Ergi mengangguk. "Iya. Tadi saya mampir ke kantornya pas dia lagi break makan siang. Ternyata kantornya deket sini, ya, di gedung sebelahnya Ofra."

Laura mengernyit heran. "Ngapain kamu ketemu Aimee?"

"Nggak apa-apa, pengen ngobrol aja sama dia." Ergi mengangkat bahu. "Kata Aimee, Jumat ini dia mau ngajak kita makan malam."

"Kita?"

"Iya. Saya dan kamu."

"Saya sibuk."

"Sibuk ngapain?"

Laura terdiam. Sejujurnya, dia sama sekali tidak sibuk di hari Jumat malam. Sementara Laura memutar otak untuk mencari-cari alasan, Ergi kembali berbicara.

"Kalau gitu, saya berdua aja yang dinner bareng Aimee?"

Laura mengerjap. "Kamu mau dinner berdua doang sama dia?"

"Kenapa? Kamu jealous?" Ergi malah menggoda Laura, lengkap dengan senyum jahil di wajahnya.

"Don't push it."

Senyum Ergi berubah menjadi tawa. "Udah, ikut aja. Aimee bilang, Jumat itu hari terakhir dia magang. Besoknya dia langsung balik ke Bandung. Don't you want to say goodbye to her?"

Laura tidak sadar, waktu begitu cepat berlalu. Tahu-tahu tiga bulan masa magang Aimee di Jakarta sudah berakhir. Laura jadi teringat cerita Aimee tentang pertukaran mahasiswa yang ingin dijalaninya, apakah Aimee berhasil diterima? Kalau ternyata Aimee sudah diterima, kapan dia akan berangkat? Maybe then, she really has to say goodbye.

"Laura?" Ergi melambaikan tangan di depan wajah Laura. "Kok, malah bengong?"

Laura tersentak. Dia berdeham sebelum menyambung percakapan dengan Ergi. "Saya nggak pernah menyambut dia saat datang ke Jakarta, why do I have to say goodbye when she leaves?"

SINCERELY (Completed)Where stories live. Discover now