Bab 34

5.7K 709 2
                                    

Aimee

Ci, aku udah di Ofra. Aku tunggu di dalam, ya.

Laura baru saja kembali ke ruang prakteknya setelah selesai operasi. Sesuai dugaannya, ada pesan masuk dari Aimee sejak dua puluh menit yang lalu. Ternyata operasi yang dilakukan Laura berlangsung lebih lama dari yang dijadwalkan. Laura cepat-cepat membalas pesan Aimee sebelum bergegas meninggalkan rumah sakit.

Laura

Maaf, aku baru selesai operasi, ada sedikit kendala jadi molor. Kamu pesan dulu aja, aku langsung ke Ofra sekarang.

Laura tiba di Kafe Ofra dengan langkah tergesa. Bau rumah sakit yang khas masih melekat di tubuhnya. Sore ini, Aimee tiba di Jakarta dan menginap semalam untuk jadwal pengajuan visanya esok pagi. Akhirnya, Laura mengiyakan ajakan Aimee untuk bertemu. Ergi benar, she needs to give an appropriate closure to everything.

Laura bahkan sempat berbasa-basi menanyakan apakah Aimee mau menginap di tempatnya saja malam itu, tetapi Aimee menolak. Dia mengatakan sudah janjian untuk menginap di kos teman kantornya dulu. Barangkali Aimee tidak ingin membuat suasana antara dirinya dan Laura menjadi semakin canggung. Laura pun tidak memaksa.

Sambil mendorong pintu masuk Kafe Ofra, mata Laura segera mencari sosok Aimee. Laura menemukannya kursi pojok dekat jendela sambil memainkan embun di gelas minumannya. Laura memperlambat langkahnya dan berhenti di sebelah kursi kosong di hadapan Aimee.

"Hai, Aimee." Laura menyapa.

Aimee tersentak, namun sebuah senyuman segera terukir di wajahnya ketika melihat sosok Laura.

"Maaf, aku telat. Kamu udah lama nunggu, ya?"

"Nggak kok, nggak apa-apa."

Laura melirik gelas kopi Aimee yang masih penuh namun sudah berembun. Jelas-jelas Aimee sudah lama menunggu Laura, bahkan tanpa mulai meminum kopinya. Laura menarik kursi di hadapan Aimee dan duduk.

"Ci Laura nggak pesan?"

Laura menggeleng. Dia memang tidak berniat duduk lama di sana. She just needs to tell Aimee one thing.

"Tadi lancar di kedutaan?" tanya Laura.

"Iya, nggak ada masalah, kok." Aimee menjawab.

"Hati-hati di Jerman nanti. Di sana semuanya serba bebas. Kamu harus jaga diri baik-baik, Aimee."

Ucapan Laura terlihat mengejutkan Aimee. Hubungan mereka tidak dekat. Aimee tidak menyangka Laura juga bisa mengkhawatirkannya. Ataukah ucapan Laura hanya sekedar basa-basi? Entahlah, yang jelas terdengar menyejukkan di telinga Aimee dan membuatnya senang. Aimee menanggapi ucapan Laura dengan anggukan. Dia menyeruput dari gelas untuk menyembunyikan wajahnya yang salah tingkah. Sejenak mereka hanya duduk dalam hening. Aimee menyeruput kopinya lagi sebelum berbicara.

"Ci Laura, aku mau ngomong tentang pesanku waktu itu. Saat aku bilang kalau aku tau bahwa Cici—"

"Aimee," Laura menyela kalimat Aimee. Dia memutuskan untuk tidak bertele-tele dan segera menyampaikannya. "Aku nggak mau ngebahas soal itu lagi. Dari awal hubungan kita udah nggak dekat, aku nggak mau semuanya jadi semakin canggung. Please, just forget everything that you found out about me. Aku cuma mau hubungan di antara kita sama seperti selama ini, sebagai sepupu. Good luck untuk studimu di Jerman, jaga diri baik-baik."

Setelah menyelesaikan kalimat panjangnya, Laura segera beranjak dari kursi. Dia menatap Aimee untuk beberapa detik lalu mengangguk sebagai tanda pamit. Sikap Laura membuat Aimee tercengang. Laura membalikkan badan dan pergi meninggalkan Aimee. Aimee begitu terkejut, sampai-sampai tak ada suara keluar dari mulutnya ketika dia hendak memanggil Laura.

SINCERELY (Completed)Where stories live. Discover now