KC25-Tujuh

27.8K 5.2K 254
                                    

Tolong, vote jangan jimplang. Kalau viewer 400 minimal vote 200 ya:)

Aku mau liat dulu sampai 10 chapter, kalau masih yah..jimplang, upnya seminggu 2 kali ajalah.

Makin lama, pembacanya makin..gatau menghargai, jujur Ryn capek..pengen berhenti nulis tapi kasihan sama yang selalu ngasih semangat dan always komen dan vote.

Banyak yang baca, sedikit yang menghargai.

Kalian gak akan merasakan apa yang Ryn rasakan, sebelum nantinya kalian ngerasain sendiri.

Usaha kalian gak dihargai, sakit loh rasanya:)
.
.

RUMI mengulas senyum tipis nya, malam hari setelah kejadian tadi siang, kini mereka berkumpul di rumah utama.

Dengan banyaknya makanan dan kue ulang tahun di meja makan.

"Maaf untuk kejadian hari ini ya Rum, padahal kamu lagi ulang tahun." ujar Jepri sedih, tatapan mata sendunya membuat Rumi gemas.

Dia tertawa pelan. "Gak papa mas, udah biasa aku dibully mas." sindirnya dengan tatapan santainya.

Yang merasa pernah menjahili Rumi sontak buang muka, mereka tau kalau lagi disindir.

"Ck, buruan dipotong kuenya Aya." sewot Jhoni kesal, dia tak mau Rumi diliatin anggota kost lain lebih lama lagi.

Devilo yang sadar akan panggilan Jhoni pada Rumi sontak mendelik tajam. "Mbak Rum, ini pisaunya." ujarnya kalem sembari memberikan pisau plastik.

Rumi menerimanya pelan kemudian memotong kuenya.

"Kue pertama-"

"Gak ada kue pertama, ini untuk Mas Jep, ini untuk Jojon-"

"Siapa yang lo panggil Jojon!?" sewot Jhoni tak suka.

Rumi terkikik pelan. "Lah, nama lo kan Jhoni, jadi gue singkat aja jadi Jojon." celetuknya santai.

Jhoni mendengus kesal, dia menahan senyum agar tak terulas karena panggilan yang Rumi berikan padanya.

"Nah, ini untuk kalian. Terus berikan ini pada Seron dan Jerri ya."

Semua memandang Rumi aneh.

"Mereka juga dapat?" cetus Samudra heran.

Rumi mengangguk santai, dia memakan kue ulang tahunnya dengan nikmat, setidaknya kini dia sudah sedikit berbaur dengan anggota kost yang lain.

Malam ini, terlewati dengan tidak damai.

Pasalnya teriakan demi teriakan terdengar dari arah pohon mangga yang ada dihalaman depan rumah utama.

Jerri diikat disana, di pohon mangga itu banyak hantunya, buktinya saja sekarang Jerri sudah jejeritan gak karuan karena mbak Kun ada didepan wajah Jerri.

Mbak kun dalam posisi tergantung terbalik, kepala dibawah sementara kakinya didahan pohon.

Kikikan, rambut panjang nya terlihat jelas dimata Jerri.

Tubuhnya sudah gemetar hebat, air mata mengalir deras namun sayangnya bibirnya diselotip agar suara Jerri tak menganggu hahah.

....

Pagi hari yang sangat damai, Rumi baru saja selesai membuatkan sarapan untuk yang lain.

Karena semalam mereka sudah membuat kejutan untuk Rumi, maka hari ini Rumi akan membuat sarapan yang nikmat untuk mereka semua.

"Selamat pagi Mbak Rum." Rumi menoleh kebelakang, senyum manis terulas diwajahnya begitu melihat Devilo berjalan lunglai menuju ke meja makan.

Matanya masih merem melek. "Pagi Dev." sapa Rumi membalas.

Devilo bertopang dagu memandang Rumi yang sedang menyiapkan nasi dan lauk untuk sarapan mereka.

"Itu apa Mbak?" tanya Devilo.

"Itu, martabak mie."

"Uh? Apa enak?"

"Pasti enak, nanti makan bareng sama yang lain." Devilo mengangguk patuh, dia bangkit dan membantu Rumi membuat susu dan teh untuk yang lain.

Rumi terkekeh pelan, cowok 17 tahun ini menggemaskan sekali. Rumi mengelus rambut hitam Devilo.

"Makasih ya Dev."

Devilo mengangguk dengan kepala yang menunduk malu, pipinya saja memerah rona. "Y-ya mbak, sama-sama." cicitnya.

Devilo menggigit bibir bawahnya guna menahan teriakan bahagia, dia menetralisir napasnya agar tenang dulu.

Tak lama anggota lainnya datang dan berkumpul di dapur terbuka, mereka akan sarapan bersama.

"Enak banget!"

"Jinjjaaaaa, ini enak banget. Martabak indomie bakalan jadi makanan favorit gue!"

"Enak dek, enak banget."

"Beuh, nikmat."

"Gue baru tau martabak indomie bisa seenak ini."

"Minta! Gue mau lagi!"

"ENAK AJA LO!"

"GUE MASIH MAU!"

"ARGHH JANGAN DIHABISIN!"

Lagipula, ini minggu pertama Rumi disini. "Nah, makan yang banyak ya, kalau mau nambah itu dilemari ada sambal, ikan dan martabak indomienya. Pamit dulu ya."

Mereka langsung menoleh. "Mau kemana dek?" tanya Jepri.

Rumi meringis pelan saat melihat tatapan penasaran dari ke 9 cowok disana. "Mau ke Cafe yang mau dibangun Mas, nanti sore Rumi pulang." jawabnya.

"Cafe? Apa namanya? Nanti gue mau kesana." celetuk Wahyu semangat.

"Cafe K25, yang deket Kampus dan SMA Jalan Thamrin itu." Samudra, Wahyu, Davin, Evan, Seron dan Brandon langsung memandang Rumi binar.

"Deket kampus kami, nanti boleh mampir kan?" seru Samudra semangat.

Rumi mengangguk. "Mampir aja, kebetulan ada diskon hari ini."

Mereka mengulas senyum bahagia, entah kenapa tau Cafe milik Rumi ada didekat kampus mereka, berarti mereka bisa bertemu Rumi di waktu selain kost an.

Sementara Jepri, Devilo dan Jhoni merengut sebal, pasalnya sekolah dan kampus mereka jauh dari sana.
































Bersambung💪😾

Kost 25 [End]Where stories live. Discover now