K25-Sebelas

24.8K 4.3K 152
                                    

Met baca💪😾 ramaikan kolom komentar ya.
.
.

RUMI tersentak saat petir menyambar dengan kuatnya, terlebih saat lampu kamarnya mati seketika.

Dia dapat mendengar teriakan kuat dari luar kamarnya. "Gila, siapa yang teriak-teriak diluar? Mana hujannya deres banget lagi." bisik Rumi.

Segera Rumi meraih ponsel mokia birunya dan menyalakan senter, bulu kuduk Rumi sedikit meremang, dia lantas bangun dan berjalan menuju jendela.

"Apa ada yang berkelahi?" tapi gak mungkin, teriakan ini teriakan perempuan.

Apa ada perempuan lain di kost ini selain Rumi?.

Perlahan, Rumi mengintip dari balik jendela. Matanya membulat sempurnah saat melihat seorang perempuan berbaju putih yang jelas dinodai lumpur.

Berdiri berteriak ditengah hujan.

"Waw, itu setan." celetuk Rumi.

Tapi kalau itu setan, masa dia napak.

Rumi terus memandangi gadis itu, baju compang-camping, rambut hitam panjang dan kaki tak beralas.

"TOLOOOOONG!! TOLONG SAYAAA!"

Aduh, Rumi bingung. Apa gadis itu orang gila?.

Ada 20 menit Rumi memandangi wanita itu, sampai akhirnya kilatan petir menyambar sampai membuat kilatan cahaya terang.

Gadis ditengah hujan itu menoleh kearah Rumi, betapa shocknya Rumi saat melihat wajah gadis itu sangat mirip dengannya.

Gadis itu nampak menangis ketakutan. "PERGI DARI SINII!!" teriak gadis itu kuat.

Disertai petir yang mulai menyambar kembali, bersamaan dengan lampu yang kembali menyala.

Tak.

Rumi mengerjab kan matanya pelan, dia kembali melihat kearah halaman depan tempat gadis itu berdiri tadi.

Tapi, gadis itu sudah tidak ada.

"Aish, apa aku halu?" rutuk Rumi sembari membuka pintu kamarnya dan keluar.

Dia melihat sekitar, tak ada siapapun selain dirinya.

"RUM, NGAPAIN?" Rumi menoleh kearah kamar nomor 3, disana Evan baru saja keluar dari kamar dan meneriakinya.

Rumi mengulas senyum. "Gak ada Van, gue cuma mau ke dapur!" balas Rumi.

Evan ber oh ria, ternyata cowok itu berlari ke tengah hujan dan menidurkan dirinya ditengah halaman.

"Van? Lo ngapain?" tanya Rumi kuat.

Evan hanya memejamkan matanya, tersenyum lirih. "Gue lagi banyak masalah, rasanya pengen bunuh diri tapi takut.." Rumi tak dengar itu.

Dia malah mengambil payung hitam lalu berlari mendekati Evan, dia berjongkok disebelah Evan.

Rumi gak mayungin Evan, dia mayungin dirinya sendiri.

"Gue temenin deh, gue juga gabisa tidur lagi." ujar Rumi sembari melempar payungnya tadi.

Lalu duduk disebelah Evan. "Lagian ini udah jam 4 subuh, biar sekalian nunggu adzan aja, habistu kita sarapan bareng." Rumi tau.

Pasti Evan lagi ada masalah, tapi dia tak mau bertanya terlalu jauh karena itu privasi orang.

Jila Evan berkenan, dia akan cerita.

Evan memejamkan matanya, air mata tersamarkan begitu saja.

"Gue capek Rum.." lirihnya pilu.

Rumi hanya diam mendengarkan.

"Gue capek berlagak sempurna, gue capek pura-pura dewasa..hiks..gue capek Rum..hiks..capek banget hidup kayak gini."

Duh, nampaknya juga ini masalahnya berasal dari diri Evan sendiri.

"Terus, kenapa lo gak berhenti aja?" aju Rumi.

Evan menggeleng pelan. "Sulit menghentikan sesuatu yang udah dimulai, kalau gue berhenti, gue bukan Evan yang sempurna dimata orang." lirihnya.

Rumi ber oh ria. "Kalau gitu, jadi Evan yang gue tau aja. Jahil, penakut dan santai."

Evan membuka matanya walau susah, dia memandang Rumi dengan tatapan yang sulit dijabarkan.

Kekehan pelan dia berikan. "Lo unik Rum, nyaman banget ngobrol sama lo. Maaf gue kemaren jahilin lo mulu."

"Santai aja, kejahilan lo itu adalah lo yang asli."

Evan melebarkan senyumnya sampai tawanya keluar. "Hahaha, iya Rum. Besok lo gue jahilin lagi hahahah." entah kenapa, Rumi senang jika Evan tertawa.

Tawa polos bagai anak kecil yang lugu.






































Bersambung😾💪

Kost 25 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang