K25-Enam Belas

21K 3.8K 341
                                    

Met baca, cuma up sekali aja untuk hari ini😾
.
.

RUMI memicing melihat banyaknya barang-barang di halaman depan, seperti tas dan bungkusan lainnya.

"Ini maksudnya apa?" tanya Rumi pada Jhoni yang baru saja meletakan backpacker di rerumputan.

Jhoni melirik singkat. "Hari ini, Mas Jepri ngajak semua anggota kost nanjak ke gunung. Lo mau ikut Aya?" duh, sial.

Rumi benci naik gunung, capek.

"Enggak deh, gue di rumah aja-"

"Mbak harus ikuuuuut." Devilo tiba-tiba memeluk lengan Rumi erat dan merengek disana.

Duh, Rumi jadi gemas. "Mbak males naik gunung, pasti capek." jawab Rumi.

Devilo menekuk bibir mungilnya dengan tatapan mata yang terlihat sedih. "Kalau mbak gak ikut, Ilo juga gak ikut. Mas Jep! Ilo gak ikut." serunya tak terbantahkan.

Jepri dan yang lain baru keluar dari rumah utama, mereka bahkan sudah rapi dengan baju training untuk nanjak.

Bahkan ini masih jam 7 pagi.

"Dev, masa lo gak ikut. Gue juga gak ikut lah." putus Jerri, karena kalau gak ada Devilo maka Jerri gak ada teman.

Devilo melengos. "Mau sama mbak Rum!" sentaknya.

Rumi bingung, apa dia harus ikut atau enggak? "Ikut aja Rum, nanti tasnya gue aja yang bawa." ujar Samudra lembut.

Heum, boleh juga nih tawaran.

"Okelah, gue ikut." senyum-senyum kebahagiaan terpancar diwajah mereka, senang tentu saja karena Rumi ikut bersama mereka.

"Bagus, ganti pakaianmu Rum." titah Jepri.

Rumi mengangguk pelan. Sebenarnya, Rumi ingin melihat jelas sifat dan gelagat para anggota kost lebih lama.

Pasalnya, Jerri belum tentu bisa dipercaya, apalagi sifat Jerri yang sering berubah-ubah membuat Rumi sangat ragu.

Bisa saja kan, dia membalikan fakta?

....

Jepri sudah selesai mengurus pendaftaran untuk naik ke Gunung Merapi, dan mereka tinggal menunggu giliran kelompok mereka masuk.

"Rumi nanti ditengah ya." intruksi Jepri.

Rumi mengangguk, posisinya yang paling depan itu Jepri, lalu Jhoni, Evan, Seron, Samudra, Rumi, Wahyu, Brandon, Davin, Devilo dan Jerri.

Sebuah tepukan terasa dibahu Rumi, sontak gadis itu menoleh. "Ada apa Wahyu?" tanya nya heran.

Wahyu memberikan sebuah hotpack pada Rumi. "Pegang ya Rum, takutnya nanti lo kedinginan." ujarnya lembut.

Rumi diam sejenak, lalu menerima benda itu dan tersenyum seketika.

"Makasih Wahyu."

Heuum, lihatlah tatapan-tatapan tajam dari yang lain karena Wahyu mulai bergerak untuk mendekati Rumi.

"Ekhem, Wahyu mulai bergerak." sindir Brandon sengaja.

Wahyu tak perduli, dia tersenyum lembut dengan tatapan hangatnya tertuju pada Rumi. "Sehat-sehat ya Rum." bisiknya lirih.

Yah, Rumi akan sehat-sehat saja kok, tenang aja.

"Udah! Ayo masuk. Giliran kelompok kita sekarang." ujar Jepri membuat atensi mereka teralihkan.

Rumi berdoa sejenak di dalam hati, semoga tak ada hal buruk.

Rumi benar-benar tak merasa, ada tatapan tajam dari seseorang.

"Ketemu juga kamu, Adek." bisiknya senang sekaligus marah.

"Dallen, liatin apa?" Dallen menoleh, abang pertamanya bertanya, Melvio.

"Bang, aku nemuin Rumi bang."

Ucapan Dallen membuat ke 4 saudarnya menoleh dan memandangnya tak percaya.

"Dimana!?" seru Adlen yang menyamar agar tak ada orang yang mengenalnya.

Dallen menyeringai. "Tenang aja, kita tarik Rumi agar mau pulang lagi, tapi jangan gegabah soalnya dia dijaga 10 laki-laki yang yah...sama seperti kita." jelasnya.

"Seperti kita?" beo Glen heran.

Dallen mengangguk. "Iya, seperti kita yang sangat mencintai Rumi, begitu juga mereka." gumamnya dingin.

Heh, sepertinya Rumi dalam masalah gede.






















Bersambung🖐

Kost 25 [End]Where stories live. Discover now