K25-Extra

26.7K 3K 191
                                    

Jangan lupa vote!

Happy Reading

Kembali ke kehidupan monotonnya, duduk di dalam rumah dan tak pergi kemana-mana.
  
Bahkan dia tak tau kabar dari Cafenya bagaimana. Dia sudah sadar dua bulan setelah tertembaknya bagian dadanya, hampir mengenai jantung.
  
"Rumi, turun sini yuk. Kita sarapan bareng." Rumi menghela napas lirih, dia bangun dari tidurnya lalu berjalan malas menuju pintu.
  
Dengan tenang dia membuka pintu lalu keluar dari kamar, aksen mewah rumah besar ini membuatnya jenuh.
  
Dia lebih suka tinggal di kost an, tapi sialnya kenapa berujung malapetaka, sih.

"Adek." sapaan itu Rumi tersenyum tipis.
  
Kenapa dia harus terkurung lagi di sangkar emas ini, menyedihkan.

Dia bakalan jadi perawan tua jika dia tak keluar dari rumah besar ini.

"Rumi boleh gak sih pergi keluar?" tanya Rumi pelan.

Yang di meja makan menjawab dengan gelengan.

"Tapi kalau mereka berani datang kemari buat jemput kamu, ya kayanya boleh aja. Tapi, kamu harus bisa jaga diri dari ancaman kematian." cetus sang Mami.

Rumi murung, mana mungkin teman-temannya tau dimana rumahnya, pasti mereka gak akan kemari.
  
Setelah selesai sarapan bersama dan para abang-abangnya sudah berangkat kerja.
  
Rumi kembali ke kamar dan duduk di balkon kamarnya.
  
Pemandangan hanyalah taman rumah dan pagar depan rumah.
  
"Kangen mereka semua." gumam Rumi lirih.

Ayolah, antara Aceh dan Yogya itu sangat jauh, bre.
  
Benar, Rumi merindukan mereka semua, pekerjanya, teman satu kostannya terlebih pada Jhoni, Rumi merindukan mereka semua.
  
Di rumah besar ini, yang ada hanya para maid dan Rumi, semua pergi bekerja sementara Rumi di kurung di sangkar emas.
  
Tak
  
Rumi hendongak, baru saja ada lemparan batu dari luar pagar, dengan cepar Rumi berdiri dan memicing tajam.
  
Seketika matanya membulat shock.
  
"RUM-RUM HAIII!"
  
"HALO RUMII"
  
"MBAK RUMI! ILO KANGEN!"
  
"AYAAAAA, GUE KANGEN BANGET SAMA LO!"
  
"RUMI! GUE KANGEN BERAT SAMA RUMIII."
  
"Dek Rum, turun sini yuk."
  
"Hai Teteh Rumi"
  
"Mbak Rumi, selamat pagi."
  
Rumi mengulas senyum manis yang sangat indah, jantungnya berdebar amat kencang saat melihat ke teman-teman yang dia kenal di Yogya itu.
  
"RUMI! TURUN YUK BIAR GUE TANGKAP!" teriak Samudra yang entah kapan ada di bawah balkon kamar Rumi.
  
Rumi berpikir sejenak, tapi kemudian dia menggeleng kuat.

"Kata mami aku boleh pergi kalau mereka jemput, berarti aku boleh pergi dong sekarang." ujar Rumi semangat.
  
Dia menaikkan roknya dan hanya menyisakan celana pendek di atas lutut.
  
Dengan cepat, dia naik ke besi pembatas balkon, lalu melompat dan ditangkap Samudra dengan cepat dan erat.
  
Lalu memeluk tubuh Rumi erat.
  
"Kita bakalan pergi dari sini, lo tau? kami semua udah keluar dari kost an itu dan tak ada sangkut paut dengan turun temurun tumbal kost itu lagi, jadi lo bakalan aman," bisik Samudra.
  
Rumi terkikik pelan, dia senang bisa hidup kaya raya, tapi Rumi lebih suka hidup bebas dan mencari banyak pengalaman di luar rumah.

Bersama teman-temannya, dia tau arti kehidupan bebas layaknya burung yang lepas dari sangkarnya.
  
Hebatnya, pintu pagar sudah terbuka dan tak ada satu pun satpam yang sadar akan kepergian Rumi.
  
"Kita pergi?" tanya Jepri semangat.
  
Mereka semua mengangguk, tiga mobil pajero langsung pergi dari sana.
  
Meninggalkan rumah mewah itu untuk kesekian kalinya.
  
"Ooh, mau kabur lagi?"
  
Dan yah, nampaknya main petak umpet bersama adik tersayang mereka lagi tak ada salahnya, kali ini, mereka benar-benar mengawasi kemana pun Rumi pergi.

Namun, tanpa Rumi ketahui, biarlah gadis itu melakukan apa yang dia mau.

Mereka hanya bisa mendukung dan melindungi Rumi dari belakang saja.

_Bersambung di Kost 10_

Kost 25 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang