K25-Tujuh Belas

20.6K 3.8K 291
                                    

Sekali lagi deh di up, tapi kalau liat vote nya banyak terus komen juga rame. Heumm..maybe bisa up lagi.
.
.

AREA pendakian yang sudah mulai memasuki hutan, membuat kelompok Rumi berhenti sejenak untuk mendirikan tenda sekaligus makan siang.

Ini sudah jam 6 sore, mereka baru sampai di post 2, pasalnya jam 2 tadi mereka baru mendaki dan jam 4 sore baru sampai di post 1.

"Rumi duduk aja disini, biar gue buatin makanan." ujar Samudra sembari menuntun Rumi untuk duduk dialas yang sudah Samudra siapkan.

Tatapan tajam dari yang lain sedikit mengganggu, tapi Samudra gak perduli. Wahyu berjalan mendekati Rumi dan memberikannya segelas susu hangat.

"Ini Rum, diminum dulu." nadanya lembut banget emang beuh.

Yang lain, ada yang bertugas mendirikan tenda, ada juga yang sibuk ngeluarin bekal dan minuman.

"Rumrum, pakai ini kalau dingin." Brandon memberikan sarung tangan rajut pada Rumi.

Kebetulan sarung tangan Rumi tadi ketinggalan. Rumi mengangguk dan menerima sarung tangan itu perlahan.

"Makasih Bran." gumamnya seraya memakai sarung tangan tadi.

Brandon mengulas senyum manis

"Sama-sama Rumrum." balasnya.

Jhoni melirik malas apa yang tengah mereka kerjakan. "Cih...caper.." cibirnya.

Devilo yang lagi bantuin Jhoni masang tenda sontak menoleh, dia kemudian memandang kearah Rumi.

"Mbak Rumi, banyak yang suka ya Bang." ceplosnya pada Jhoni.

Jhoni diam saja, dia hanya membalas dengan deheman singkat. Sekilas, Devilo tersenyum miring, namun dengan cepat senyum itu hilang.

Apalagi saat melihat Seron tengah memijit kaki Rumi. "Ck, menyebalkan." desisnya kesal.

Lantas berdiri dan mendekat.

"Nah disitu Ser, gila pijitan lo enak banget." kaki Rumi pegel, kan udah dibilang dia gak suka nanjak.

Pasti capek. Seron yang dipuji sontak merona malu, dia menunduk guna menutupi rona dipipinya.

"Makan dulu yuk." ajak Evan sembari menarik pakaian Seron agar dia berdiri dari tempatnya.

Seron berdecak kesal. "Ganggu aja." gumamnya.

Evan tak perduli, dia menggapai tangan Rumi dan menariknya lembut.

"Ayo Rum, kalau capek biar gue gendong."

"Enggak usah, gue bukan anak kecil." sinis Rumi sembari menarik tangannya dari Evan dan berjalan mendahului mereka.

Evan membeku ditempat, tangannya masih menggantung. Dadanya nyeri saat Rumi menepis dan menarik tangannya dari tangan Evan.

Evan memandang tangannya dengan tatapan kosong. "Salah gue apa Rum.." lirihnya sedih.

Entahlah, gak ada yang tau salahmu apa.

"Mbak Rumiiii, nanti se tenda sama Ilo ya mbak." pekik Ilo riang sembari memeluk lengan Rumi dan mendusel dilehernya.

Rumi terkekeh pelan. "Mana bisa,"

Raut wajah Devilo langsung sedih.

"Kok gak bisa?" lirihnya.

"Karena emang gak bisa, mana boleh kita satu ten—eh? Disana ada pasar!"

Semua langsung mengikuti apa yang Rumi tunjuk, Jepri mendesah pelan kemudian berjalan mendekati Rumi dan memeluknya lembut.

"Itu bukan pasar manusia." bisiknya.

Dan saat itulah, Rumi sadar jika yang dia lihat emang bukan pasar manusia, maklumlah.

Efek gak pernah nanjak dan selalu di rumah, jadi sedikit katrok.

"Hehe, iya ya Mas, itu pasar set-"

"Shut, Rum gaboleh gitu." tegur Samudra sembari melepaskan pelukan Jepri pada Rumi.

Jepri mendelik tajam, tak terima.

Samudra mah bodo amat. "Gaboleh bilang gitu Rum, ntar dia ngikut." bisik Samudra.

Rumi ber oh ria, sebenarnya kalau mau ngikut juga gak masalah.

Rumi gak takut, hehe.




















Bersambung😾🖐

Kost 25 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang