K25-Dua belas

24.5K 4.2K 364
                                    

Met baca, tolong ramaikan komen dan berikan vote, agar cerita ini bisa di boom update sesuai keinginan kalian.
.
.

HASIL dari hujan-hujanan mereka subuh tadi, Rumi sakit. Sebenarnya sih cuma demam biasa, tapi seluruh anggota kost langsung heboh.

Terlebih Mas Jepri yang nelepon Dokter pribadinya agar datang.

"Tenang saja, Nona Rumi hanya demam biasa." ungkap Dokter itu.

Semua memicing tak percaya. "Udah cek tensi nya?" tanya Jhoni langsung.

"Udah-"

"Cek gula?" tanya Devilo.

"Iya-"

"Cek yang lain, RumRum harus sehat hari ini juga." tegas Brandon kesal.

Mereka malah natap Brandon sinis.

"Rumrum ya?" sindir Wahyu.

Brandon tak acuh. "Iya mas-mas sekalian, Nona Rumi hanya perlu istirahat doang." jelas Dokter itu lagi.

Setelah diberi penjelasan yang lebih panjang lagi, mereka baru percaya.

"Rum, makan bubur dulu." ujar Jepri lembut sembari membantu Rumi duduk.

Semua melirik tangan Jepri yang tersampir dibahu Rumi, secara serentak mereka mendecih malas.

"Makasih Mas.." gumam Rumi.

Dia mulai menikmati suapan demi suapan yang Jepri berikan, kepalanya sakit disertai keringat dingin yang menetes didahinya.

Evan, merasa bersalah. Karena dirinya tadi malam, membuat Rumi ikut hujan-hujanan dan malah jadi sakit.

"Rum, gue keluar ya. Gue beliin martabak keju mau?" Samudra berjongkok disebelah Rumi sembari mengelus rambutnya pelan.

Dengan cepat Seron menepis tangan Samudra. "Tangan lo." peringatnya diiringi tatatapan mata yang tajam.

Samudra tertawa mengejek sebagai balasan. "Beliin Avocado toast aja Sam.." gumam Rumi lemas.

Samudra mengangguk patuh, dia langsung beranjak pergi guna membelikan apa yang Rumi mau.

"Cucian baju gue.." racau Rumi yang mulai terkena efek obat di bubur tadi.

Devilo langsung menyahut. "Biar Ilo cuci mbak." lapornya kemudian keluar dari kamar Rumi.

Disusul Jerri. "Dev, gue bantuin." serunya.

Kini tersisa Wahyu, Davin, Brandon, Evan, Jhoni dan Jepri, mereka saling tatapan.

"Rum?" panggil Jepri pelan.

Ternyata Rumi sudah terlelap, efek obat yang Jepri campur di bubur semanjur itu ternyata.

Setelah menidurkan Rumi dikasurnya, kini mereka berunding sejenak.

"Jelaskan." titah Jepri yang tertuju pada Evan.

Perlahan Evan menunduk. "Maaf Mas, ini karena tadi subuh Evan mandi hujan terus Rumi ikutan. Jadi dia sakit.." cicitnya menyesal.

"Ck, lo sih. Ngapain segala mandi hujan subuh-subuh." protes Davin.

Evan mendelik. "Gue lagi pengen mandi hujan!" ketus Evan.

Jepri diam. "Kayaknya, bukan karena hujan deh." cetus Jhoni.

Kini tatapan mereka terfokus pada Jhoni "Maksud lo?" tanya Wahyu.

"Pas mati lampu, gue sempet liat keluar jendela dan gue ngeliat ada cewek teriak-teriak di halaman depan, pas ada kilat nyamber cewek itu noleh kearah kamar Rumi, dia kayak jeritin sesuatu tapi gue gatau apa itu," terangnya.

Alis Jepri naik sebelah. "Lo ingat wajahnya?" tanya Jepri.

Jika Jhoni ingat, mungkin saja ini bisa Jepri usut lebih lanjut, sayangnya Jhoni menggeleng pelan.

"Mukanya samar, gue gatau. Terus pas lampu hidup cewek itu hilang, gue tebak sih itu setan tapi gatau juga deh."

Mereka terdiam.

"Bahaya."

Kali ini mereka menatap Brandon lekat. "Bahaya apanya Bran?" tanya Wahyu.

Brandon mengusap wajahnya kasar.

"Apa itu si dia?"

Deg!

"Hah? Mana mungkin. Dia kan udah mati." ungkap Jepri pelan, takut Rumi mendengarnya.

"Mungkin arwahnya?"

"Gak mungkin, bukannya dia udah dibakar habis?"

"Suut, diam. Jangan bahas itu disini. Mending kita keluar."

Mereka mengangguk setuju, kemudian melangkah keluar dari kamar Rumi.

Tanpa mereka sadari, jika Rumi mendengar dan sudah merekam semua percakapan mereka.

"Jadi..berita itu ada benarnya?" gumamnya lirih.

Rumi mulai merasa aneh, tapi dia tak mau gegabah dan sebaiknya mencari tau terlebih dahulu.

























Bersambung💪😾

Kost 25 [End]Where stories live. Discover now