K25-Dua tiga

19.6K 3.6K 207
                                    

Holaa, lakuin seperti chap sebelumnya ya kalau mau up lagi, vote dan ramaikan kolom komentar😾🖐

Harem Rumi 10👉

Harem Rumi 15👉

Harem Rumi 20👉

Rumi mati👉

Met baca🖐😾
.
.

RUMI memicing tajam saat melihat Rafa ada di pintu masuk Apartemen yang Fael rekomendasikan untuk ditinggali.

Sementara Rafa hanya memandang Rumi santai.

"Enggak deh, saya cari kontrakan aja daripada Apartemen ini." ujar Rumi sembari berjalan menjauh dari pintu masuk apartemen.

"Eh? Mbak-"

"Udah kali, kalau tuh cewek bodoh gamau ya gausah dipaksa." ketus Rafa.

Mendengar kata bodoh, Rumi berhenti melangkah, dia berbalik dan menatap Rafa tajam sekaligus sakit hati.

"Gue tau gue bodoh, gausah lo perjelas." sinis Rumi dengan tatapan penuh kebencian pada Rafa.

Entah kenapa, Rafa merasa dadanya sesak. Dia tak suka melihat tatapan Rumi padanya.

Rumi melangkah menjauh, Rumi gamau melarikan diri.

Barang-barangnya ada di kost, Rumi harus balik lagi ke kostan.

Baru juga berjalan beberapa langkah, ponsel jadul Rumi berdering.

Tanpa melihat nama penelepon, Rumi pun mengangkatnya.

"Halo, apaan!" ketus Rumi emosi.

"Wow-wow, kalem Rumrum. Lo dimana? Semua panik pas tau lo pergi sendiri."

"Bacot,"

"Gue tebak Rum, lo pasti udah tau kan perihal rahasia Harum? Pulang yuk. Nanti kami jelasin yang sebenarnya, Rumrum salah paham sayang."

Suara Brandon lembut banget emang, tapi Rumi kan masih was-was sama mereka semua.

Mana yang harus dipercaya saat ini.

"Sebaiknya, lo semua kasih tau gue yang sebenarnya Brandon, atau gue bakalan angkat kaki dari kost an itu." tegas Rumi.

"Eh-eh jangan dong, lo kabur gini aja kami udah panik, Jhoni sama Devilo udah kayak orang gila banting-banting barang."

"Pokoknya, jangan ada rahasia lagi."

"Gue gak jamin sih, soalnya yang bakalan jelasin itu Mas Jepri."

"Gue gak pulang nih."

"EH JANGAN DONG RUMRUM IIIH."

Rumi langsung mematikan sambungannya, berjalan menuju pinggir jalan raya guna menunggu gojek.

Kedua tangannya bersidekap dada. "Gila, pas jadi setan dia soft banget njir. Eh pas jadi manusia kok ngeselin banget." gerutu Rumi sebal.

Iya juga, sifat Rafa pas jadi setan sangat beda. Lebih baper sama yang versi soft ghost.

Ketimbang Rafa manusia.

Lagi asik menunggu gojek, Rumi membeku seketika, di sebrang jalan dia melihat Glen.

Abang terakhir Rumi.

Glen juga sama kagetnya, tapi kemudian dia tersenyum lebar penuh kebahagiaan.

"ADEEEEK!" teriaknya girang.

Rumi menggeleng kuat, dia mundur kemudian berlari menjauhi jalan raya tadi.

"Njir lah, idup gue kok gak aman gini sih." gerutu Rumi kesal.

"DEK TUNGGUIN ABANG!" teriakan Glen masih didengar Rumi.

Tapi gadis itu tak memperdulikannya dan terus berlari.

Sampai akhirnya Rumi belok ke ke kiri dan masuk menyelip ke pemukiman warga yang rapat dan banyak gang sempit.

Glen berhenti seketika, dia tak menemukan jejak Rumi lagi, dengan kesal dia menelepon abangnya yang lain.

Glen yakin itu Rumi, kalau bukan Rumi kenapa gadis itu harus lari segala sih.

Rumi terus berlari kencang, dia sampai gatau kalau sebenarnya Rumi udah nyasar entah dimana.

Memang sih nyasarnya itu di pemukan warga, tapi ya namanya juga nyasar, pasti gak enak.

"Ck, telepon Samudra aja lah."

Memang ya, Samudra itu alternative terbaik disaat genting seperti ini.

"Rumi lo dimanaaa..hiks..lo kok pergi sih..hiks..hueeeee Rumiiiii."

Wth bro, Rumi langsung menjauhkan ponselnya. "Jemput gue aja deh cepet, gue nyasar. Di jalan Palang Merah Ibu-ibu nomor 12."

"Iya..hik..gue jemput Rum..hiks..jangan pergi lagiii..hiks.."

"Iya dah, buruan jemput gue."

Rumi mematikan sambungan dan memilih duduk di warung angkringan.

"Buk, beli es sisri gula batu 1." pesennya pada ibuk-ibuk penjual es.

"Siap neng, neng orang mana? Saya baru liat wajah neng kayaknya."

"Saya orang Aceh, tapi lagi ngerantau ke Yogya."

"Ooh jauh, neng tinggal dimana?"

"Di kost 25 buk."

Wajah ibuk-ibuk itu nampak kaget.

"Gusti, neng kok berani kost disana, gak takut ya?"

"Takut apa buk?"

"Disana kan, banyak kasus pembunuhan, korbannya perempuan."

"Tapi, kost itu kan udah dibeli sama pemilik yang baru."

"Iya juga sih neng, tapi neng tetep kudu ati-ati. Tahun lalu ada kasus perempuan tewas terbakar di salah satu kamar karena korslet listrik, gatau juga korslet beneran apa enggak."

Duh, otak Rumi pusing.

Dia gak perduli, yang penting sekarang dia minum es sisri dulu, haus banget soalnya.

"Sosis sama telur gulungnya 50 ribu buk."

"Gusti, neng laper apa gimana?"

"Haha, ya gitu lah buk."

Selagi nunggu jemputan, Rumi mau jajan dulu.

Sebelum nanti menghadapi Jepri dan fakta sebenarnya.





























Bersambung🖐😾

Kost 25 [End]Where stories live. Discover now