K25-Dua Lapan

20.2K 2.8K 234
                                    

Ada di satu malam ketika Jhoni keluar kamar dikala hujan, dia tak sengaja melihat gadis berbaju putih yang posturnya sama dengan seseorang.

Tiga minggu lalu, sosok yang pernah menjerit ditengah halaman Kost, gadis itu adalah gadis yang sama.
  
Gadis itu terlihat duduk di tengah halaman dengan tatapan kosongnya, Jhoni tau itu adalah setan, tapi entah kenapa dia gak takut sama sekali.

Jhoni sempat menanyai siapa gadis itu, tapi lagi-lagi gadis itu hanya menggumamkan kata.
  
"Pergi... pergi... segera pergi dari sini... harusnya gue pergi dari sini.."
  
Saat itu Jhoni terdiam, terlebih saat dia melihat lebih teliti wajah gadis itu mirip sekali dengan Aya.
  
Benar, gadis yang dia temui di halaman jam dua malam itu berwajah mirip dengan Aya.
  
Maka dari itu tadinya Jhoni hendak membicarakan hal itu, tapi keburu Aya ketakutan dan memintanya pergi.
  
Sial, nampaknya Jhoni harus mengambil langkah terakhir demi keselamatan Aya kedepannya.
  

........

Jam sudah menunjukan pukul dua lewat 29 malam, suasana kost hening dan tentu saja sepi tak ada suara.
 
Anggota kost sudah pada tidur, tapi tidak untuk Rumi.

Gadis dua puluh tahun yang saat ini malah mengenakan pakaian berwarna putih nampak berdiri di depan pintu kamar.
  
Dia baru mendapat pesan dari seseorang, pesan yang mengatakan bahwa dia harus pergi dari kost an itu.
  
Awalnya Rumi tak percaya, tapi setelah Aima, Marta, dan Zara mengatakan padanya tentang Genderuwo yang diliat Rumi tadi.

Hantu itu mengincar nyawa Rumi.
  
Dan Rumi sudah mengirim pesan pada seseorang, mau tau siapa? Rumi meminta para saudaranya agar datang menjemputnya di depan pagar kost.
  
"Gue masih gak yakin," gumam Rumi pada Marta di sebelahnya.

Marta berdecak kesal, Rumi ini labil beut.

"Lo harus pergi, jangan sampe lo mati. Kost ini emang aneh, yang mati Karena bunuh diri cuma gue dan kedua temen gue, tapi ke seratus gudis talnmya itu dibunuh. Lo inget Harum kan?"

Rumi mengangguk, wajahnya sudah pucat pasi, dia memakai tas selempang berisi ATM dan ponsel.

"Semua yang mereka katakan, itu semua gak ada yang bener Rum, lo jangan percaya. Salah satu diantara mereka yang menderita sleep walking pernah menusuk salah satu anggota kost perempuan di sini sebelum kami, dan mayatnya dimutilasi dan di tanam di halaman depan."

Keringat dingin mulai mengalir di dahinya, Rumi memang tak takut hantu, karena manusia bisa lebih kejam dari apapun.

"Gue takut." Dan ini perdana Rumi berkata jika dia takut.

"Lo tau, genderuwo itu memang penguasa di kost ini, dia akan mengambil tumbal jika ada gadis di kost an ini. Dan perantaranya adalah salah satu anggota kost ini."

"Jadi... mereka semua pernah bunuh orang?" lirih Rumi gak percaya.

Marta mengangguk. "Mereka semua pernah, bahkan penghuni terdahulu pernah, hanya saja mereka gak ingat."
  
"Sebabnya apa sih?"
  
"Karena, tuntutan tradisi turun temurun."

PRANG!

Rumi membeku mendengar bunyi pecahan itu, kakinya gemetar hebat, dia takut.

Rumi mendengar denting jam dari arah dapur terbuka, disusul hujan deras yang sangat cepat terjadi.

Petir menyambar dengan kilat yang menggebu.

Perlahan Rumi mengintip dari sedikit sela jendela, tak ada siapa-siapa.

"Huhh, gue pasti bisa keluar dari sini," gumamnya gemetar.

Perlahan Rumi memutar knop pintu, dia hanya melihat air hujan.
  
Tak ada tanda-tanda manusia disini, perlahan Rumi keluar, air hujan tampak turun dengan cepat dan membasahi rerumputan.
  
Jantungnya berdegup kencang saat melihat seseorang berdiri di dapur terbuka yang gelap gulita itu.

Di tangannya, ada sesuatu
  
Ah.. itu.. kapak.
  
"Hahahah, Rumi, sudah siap jadi tumbal?" ujar Jhoni dengan suara beratnya yang menyeramkan.
  
Mengerikan... Rumi sampai tak bisa bergerak sama sekali.
  
Dia meraih tongkat baseball yang tergeletak di depan kamarnya, disaat seperti ini, dimana yang lainnya?
  
Kenapa harus Jhoni? sudah dua kali Jhoni dirasuki bahkan dirupai setan, jadi... apa kematiannya itu diperantarai Jhoni?
  
"Mati!" Jhoni berlari mengejar Rumi, Rumi sendiri tak berlari menjauh, dia malah berlari ke arah Jhoni.
  
Dengan kuatnya dia mengelak dari kapak tajam itu dan memukul kepala Jhoni dengan tongkat baseball.
  
Buagh!
  
Jhoni tersungkur ke tengah halaman yang basah karena air hujan semakin deras dan kilat menyambar.
  
Jhoni malah tertawa keras, dia bangkit dan mengambil batu besar di sebelahnya, dengan kuat dia melempar batu itu kearah Rumi.
  
Tapi gadis itu tentu saja bisa mengelak dengan mudah
  
"Jon!"
  
"JHONI UDAH GAK ADA! HAHAHAHA, AKU SUDAH MEMBUANG JIWANYA DARI SINI!"
  
JDER!
  
Rumi terdiam lemas, jangan bilang kalau yang ada di badan itu.. si genderuwo jelek tadi..
  
"Jhoni udah gak ada kau tau? Kalau aku berhasil membunuhmu maka Jhoni akan kembali," ujarnya kuat.
  
Jadi, setiap perantara yang akan menjadi pembunuh, jiwa mereka akan dibuang sebagai jaminan, jika mereka berhasil membunuh sang tumbal.
  
Maka mereka selamat dan jiwanya akan kembali.
  
Rumi tak bisa menemukan, tatapan yang biasanya Jhoni berikan.
  
Kenapa ini seolah seperti kejadian awal, dimana orang pertama yang berhasil membuat Rumi terpukau
adalah Jhoni, orang pertama yang tau tentang kecurigaan Rumi adalah Jhoni.
  
Orang pertama yang membuat Rumi berdebar tanpa dia sadari selama ini.
  
Ucapan jahat Jhoni empat hari lalu membuat Rumi kecewa, dia patah hati tanpa bisa ditahan.
  
Dan kini, Jhoni adalah orang pertama yang mencoba membunuh Rumi.
  
Ah... kenapa takdirnya seperti ini?
  
Rumi melepas tongkat baseball di tangannya ke tanah, dia mengulas senyum miris.
  
"Gue harap, Jhoni dengar ini sebelum gue pergi."
  
Jhoni yang ada di depannya sontak terdiam, heran. Rumi mengulas senyum manisnya, dikuti dengan kilat petir yang menyambar.
  
"Jhon, gue suka sama lo."
  
DOR!!
  
Ketahuilah, perantara kali ini ada dua orang.

Bersambung—
  

Kost 25 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang