K25-Dua Enam

20.7K 3K 198
                                    

Aku up lagi disini hehehehhehe.

Baik kan akuuu.

Happy Reading

Cafe hari ini tak ramai alias sepi, hanya ada satu dua pengunjung saja, mungkin faktor tanggal tua jadi mahasiswi dan mahasiswa disekitar cafe jarang datang.
  
Tapi Rumi gak masalah sih, toh uangnya juga masih banyak.

Waktu kosong mereka digunakan untuk beristirahat dan saling bercengkrama, Rumi ini tipikal bos yang gak mau memberatkan pegawainya.
  
Sebagaimana pegawainya nyaman, begitulah Rumi akan memperlakukan mereka.
  
"Mbak Rumi, mau nyobain ini gak? menu baru." Jale datang mendekati Rumi, koki dibagian dapur itu adalah saudara kembar Jake.
  
Jale punya paras yang tampan, namun dia tak setinggi Jake.
  
Jale hanya 160 cm sementara Jake 176 cm.
  
Rumi mendekati Jale dan menunduk guna melihat hasil masakan Jale, sebuah indomie toast terbaru.
  
Rumi menggigit sedikit toast itu, lalu merasakan rasa yang mulai menyentuh lidahnya.
  
Diam sejenak, Jale memandang wajah manis Rumi sembari menunggu hasil dari masakannya.
  
"Eum, enak sih, cuma kurangin garamnya yah, ini terlalu asin, kamu mau nikah emangnya?" ceplos Rumi langsung.
  
Jale tersentak seketika dengan wajah yang bersemu tipis "Eh... gimana mau nikah kalau calonnya gak ada," cicitnya malu.
  
Rumi terkekeh pelan mendengarnya, dia mengelus pelan rambut hitam berponi Jale.
  
"Pasti ada, cowok seganteng kamu gak mungkin gak disukai cewek-cewek" ujar Rumi lembut.
  
Jale semakin menunduk. "K-kalau mbak aja gimana?"
  
"Hah?"
  
"Eh enggak, maksudnya makasih masukannya biar Jale perbarui mbak." Jale langsung gelagapan, kenapa dia bisa keceplosan sih.
  
Jale langsung meninggalkan Rumi yang terheran di tempat.
  
"Aneh," gumam gadis manis itu lalu kembali berjalan menuju bagian kasir.
  
Tak herselang lama, bel cafe berbunyi menandakan ada pelanggan yang datang.
  
Rumi langsung memberikan senyum manisnya, tapi setelah melihat siapa pelanggan yang masuk, raut wajah Rumi menjadi masam.
  
"Selamat datang di K25 Cafe, ingin pesan apa?" sapa Rumi datar, tak bernada.
  
Rafa memandang sendu Rumi saat mendengar nada datar itu, dia mengulas senyum nanarnya.
  
Pria 25 tahun yang mengenakan setelan kantor bermerk itu melangkah mendekati kasir.
 
"Mbak Rum, saya udah ingat, Mbak," lirinya gemetar.
  
Tatapan kerinduan Rafa berikan pada Rumi, ekpresi Rumi jelas menunjukan kalau Rumi kaget, tak menyangka jika Rafa akan ingat, tapi dia berusaha menormalkan kembali ekspresinya.
  
"Anda siapa ya? saya tidak merasa kenal dengan anda," sinis Rumi.
  
Bibir Rafa melengkung ke bawah seketika.
  
"Rumi.. aku Rafa yang kamu temui di Gunung tiga minggu lalu," ujarnya berusaha untuk meyakinkan Rumi.
  
Rumi mengedikan bahunya tak perduli.
  
"Yang saya tau, anda itu pria arogan yang pernah menghina fisik saya, lebih baik anda keluar dari sini." Rumi enek.
  
Rafa menggeleng lemah "Rumi... plis jangan jauhin aku.."
  
"Saya sudah memblacklist setiap orang yang menghina fisik saya, dan menghina diri saya bodoh, jadi lebih baik anda keluar."
  
"Rumi..saya minta maaf.."
  
"KELUAR!"
  
BRAK! PRANG!
  
Kaca meja kasir pecah setelah Rumi menggebraknya, tatapan matanya begitu tajam berkilat emosi pada Rafa.
  
Suara pecahan itu sampai membuat banyak pegawai keluar dari tempat mereka, Jale sendiri langsung keluar dari dapur dan berjalan kearah Rumi.
  
Melihat telapak tangan Rumi berdarah.
  
"Mbak ayo diobati." bujuknya seraya merengkuh bahu Rumi.
  
Sementara Jake, menatap Rafa tajam dan berdiri didepan Rumi.
  
"Silahkan pergi dari sini." usirnya tegas.
  
Rafa hanya mampu menangis pilu, dia menunduk kemudian pergi dari sana, dengan hati yang perih karena penolakan yang Rumi berikan.

  —Bersambung—

Kost 25 [End]Where stories live. Discover now