K25-Dua puluh

20.4K 3.7K 249
                                    

Haii semua, makasih untuk vote dan komen di chapter sebelumnya, seperti biasa kalau mau up lagi maka lakukan lagi seperti sebelumnya🖐

Met baca💪😾
.
.

RUMI kini tau, Rafael ada 2 versi tapi Rumi lebih dekat dengan Rafael yang ghoib ketimbang manusia.

Karena yang ghoib selalu stay 24 jam disebelah Rumi, sementara yang manusia jarang. Wajar aja kan Rafael itu Dokter pasti sibuk.

Perbedaan juga Rumi temukan.

Rafael Dokter, cenderung ramah namun terlihat sangat tertutup, bahkan di mata Rumi senyuman Rafael Dokter itu palsu.

Berbeda dengan yang ghoib, Rafael ghoib sangat soft dan lembut, senyumannya selalu tulus dimata Rumi.

Btw, efek dari jatuhnya dia ke jurang, buat Rumi bisa sedikit lebih peka sama hal-hal begituan. Dia sering melihat setan-setan tanpa disengaja.

Gak takut kok, malah keren.

"Ruumi, udah minum obat?" Rumi menggeleng pelan saat pertanyaan dari Rafael terucap.

Sebenarnya, Rumi ingin membicarakan sesuatu sama Rafael ini, hal penting.

Kebetulan dia sendirian di kamar vvip nya ini, karena anggota kost lagi sibuk pada pekerjaan mereka.

Rumi juga gak masalah, dia bukan anak kecil yang harus dijaga 24 jam penuh.

"Mas Rafa, ada yang mau Rumi tanya." bisik Rumi.

Rafael yang merasa ini sesuatu yang penting, sontak mendekat ke arah Rumi. "Ada apa Rumi?" tanyanya kepo.

Rumi menatap lekat wajah tampan pucat milik Rafael. "Semalam, saya jalan ke lantai 6 rumah sakit, iseng doang karena gabut di kamar. Terus saya ngeliat ada 1 kamar inap disana, cuma satu-satunya."

Rafael mengangguk. "Lalu?"

"Dan mas tau? Pas saya intip ke dalam, ada pria yang tidur di ranjang, wajahnya persis banget sama Mas dan Dokter Rafael."

Rafael terdiam, dia memundurkan sedikit tubuhnya. "Jadi? Maksudnya itu saya masih hidup?" tanya Rafael balik.

Rumi mengedik. "Ya ndak tau, kok tanya saya." gumamnya.

Rafael hanya mampus terkekeh pelan, sebenarnya dia juga heran, saat dia membuka mata dia sudah ada di hutan pegunungan.

Tak tau mau kemana, tak ada tujuan.

"Coba mas kesana, mana tau itu emang badan Mas dan ternyata mas masih hidup." usul Rumi.

Rafael diam, dia menatap Rumi lekat-lekat "Kalau saya masih hidup, saya bakalan cari kamu lagi Rumi." bisiknya tulus.

Rumi terkikik pelan. "Setau saya, kalau orang bangun dari koma terus rohnya itu sebelum masuk ke tubuh kemana-mana, pasti dia gak bakal ingat sama apa yang pernah dia lakuin selama koma dan jadi roh."

Rafael memandang Rumi sendu.

"Terus, saya gak bakal ingat kamu dong Rum?" cicitnya sedih.

"Ya kayakanya sih iya."

"Saya gamau ah, nanti gabisa ketemu kamu lagi."

"Gabisa mas, liat mas udah mulai mudar. Kayaknya badan mas kenapa-napa, coba sana check sendiri." usir Rumi secara halus.

Rafael menekuk bibirnya pelan, kemudian menghilang dari sana.

Saat Rafael hilang, Rumi baru bisa melemaskan tubuhnya.

"Ck, urusan sama roh secapek ini." gerutunya.

Lebih baik Rumi tidur, ingat gak ingatnya Rafael saat sadar itu bukan urusan Rumi.

Yang penting Rafael itu masih hidup, Rafael soft ya bukan Rafael muka dua.

Maybe Dokter Rafael itu saudara kembar Rafael, tapi aneh saja sih.

Ada sesuatu yang aneh tapi Rumi gatau dan males berpikir.

Rumi kan bodoh.























































Bersambung💪😾

Konfliknya gak berat kok, santai aja.

Kost 25 [End]Where stories live. Discover now