24. Paket spesial

250 11 2
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Ansel memberikan helmnya pada Kamelia. Setelah itu, Kamelia naik ke atas motor. Lalu, ia pun menyalakan mesin motornya dan melajukan meninggalkan area sekolah.

Saat ini, Ansel dan Kamelia sedang perjalanan pulang. Banyak kendaraan berlalu-lalang. Hanya suasana hening yang meliputi mereka berdua. Namun, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya tanpa diminta.

Ansel yang merasakan air yang mulai membasahi mereka. Dengan terpaksa menepikan motornya di depan sebuah bangunan.

"Lia" panggilnya sedikit berteriak agar Kamelia bisa mendengar suaranya.

"Kenapa?" balas Kamelia.

"Berteduh dulu, gimana? Soalnya hujan ya deras banget!"

"Iya, Nggak papa kita neduh dulu!"

Setelah itu, Ansel melajukan motornya ke bangunan ruko yang tidak terselesaikan. Mereka pun turun dari motor dan berlari kecil untuk segera berteduh disana.

Mereka berdua berdiri sambil menatap air hujan yang turun begitu derasnya. Kamelia menggosokkan kedua tangannya untuk menghalau dingin yang menyerangnya. Dan tanpa ia sadari ada mobil yang melewati genangan air di depannya.

Ansel yang melihat mobil itu langsung bergerak cepat menutupi Kamelia dengan badan sebagai tameng agar Kamelia tidak terkena cipratan air tersebut.

Kamelia kaget ketika Ansel tiba-tiba memeluknya dan melindungi dari cipratan air. Kemudian, ia mendongak melihat Ansel yang berada dihadapannya.

"Kalau naik mobil hati-hati dong!" teriak Ansel kesal. Setelah itu, ia menolehkan kepalanya. Sehingga membuat mereka berdua kini saling bertatapan.

Ansel menatap lekat manik mata milik Kamelia. Dia amati setiap inci wajah cantik Kamelia yang membuat selalu terpana dan ingin menatap wajah itu lebih lama. Sedangkan, Kamelia diam menatap Ansel di depan berusaha mencerna apa yang terjadi padanya.

Setelah itu, Ansel mendekatkan wajah Kamelia yang masih diam. Tak lama ia menempelkan bibirnya pada bibir ranum Kamelia. Dan Kamelia kembali dibuat terkejut dengan tindakan Ansel padanya.

Entah mengapa ia merasa kalau Ansel memiliki rasa terhadap dirinya. Namun, ia menyangkal itu semua karena tidak mungkinkan seorang psikopat mempunyai perasaan itu? Tapi bukankah dia juga manusia? Yang artinya ia juga memiliki perasaan meski itu sulit untuk dipercaya.

Ansel yang merasa Kamelia tidak menolak ciumannya pun perlahan mulai melumat. Dia bisa merasakan manisnya bibir Kamelia. Rasanya ini buat dirinya candu. Mengecap rasa yang ada dibibirnya. Setelah itu, ia melepaskan pangutannya dan menatap Kamelia yang mematung.

"Hei," ucap Ansel.

"Hah? Eh--emm, kenapa?"balas Kamelia linglung.

"Lo kenapa?" tanya Ansel.

"Ehm, gu--e gue nggak papa kok." Dia merasa pipinya memanas saat ini. Ansel heran melihat tingkahnya yang tidak seperti biasanya.

"Ehm, ayo pulang hujannya udah reda," ucap Kamelia.

"Hm," balas Ansel.

Setelah itu, mereka berjalan menuju motor Ansel. Kemudian, Ansel memberikan helmnya untuk dipakai oleh Kamelia. Lalu, Kamelia naik ke atas motor tersebut. Ansel pun mulai menghidupkan mesin motornya.

Sebelum menjalankan kendaraannya, Ansel menarik tangan Kamelia untuk berpegangan padanya. Ia melingkarkan tangan Kamelia untuk memeluk dirinya.

"Pegangan," ucap Ansel melingkarkan tangan Kamelia. Sedangkan, Kamelia merasa pipinya merona karena ulah Ansel. Jujur ini pertama kalinya ia perasaan seperti ini sekaligus diperhatikan semanis ini.

Kamelia melingkarkan tangan dan memeluk Ansel, sembari kata," iya." Setelah itu, Ansel mulai melajukan motornya membelah jalanan di sore hari itu. Tanpa mereka sadari saat ini, mereka tengah merasa bahagia. Sebuah perasaan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

🍂🍂🍂

Kini, Davina tengah tengkurap di kasurnya sembari bermain handphone. Ia ketawa sendiri melihat video yang ada di dalam ponselnya. Namun kegiatannya terhenti saat ada orang yang mengetuk pintu kamarnya.

Tok tok tok

"Permisi Non," seru Bi Ani, pembantu dirumah Davina.

"Ck, ganggu aja" gerutu Davina. Kemudian ia bangkit dari kasur dan membuka pintu kamar.

"Ada apa?" tanyanya jutek.

"Ini Non, ada paket buat Nona," ucapnya sembari memberikan paket tersebut.

"Dari siapa?"

"Nggak tahu, Non. Soalnya nggak ada namanya."

"Ya sudah, sana pergi!"

"Iya, Non. Bibi permisi dulu." Bibi pun pergi kembali ke dapur. Dan tinggal Davina yang tengah menatap kotak yang ada ditangannya saat ini. Lalu, ia masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya.

Kira-kira dari siapa? Pikirnya menebak.

"Udahlah, mending buka aja," guman Davina.

Setelah itu, ia mulai membuka kotak tersebut. Dan ia berteriak melihat isinya,"Aaaa!" dan ia menjatuhkan kotak tersebut dari tangannya.

Nafasnya tercekat dan rasanya sulit sekali untuk bisa menghirup oksigen. Apalagi ketika ia melihat kotak tersebut yang berisi potongan tubuh seseorang yang sudah mutilasi dan penuh dengan darah.

Keringat dingin membasahi pelipisnya. Dan ia kembali mengingat ancaman yang diberikan beberapa hari lalu padanya. Sepertinya ini bukan sekedar iseng belaka tapi orang itu benar-benar sedang mengincarnya.

"Hah...hah...." Dia menghembuskan nafasnya perlahan. Lalu, ia beranjak dari sana dan memanggil bi Ani.

Dengan tangan yang gemetar ia berteriak,"bibi!"

Namun sepertinya bi Ani tidak mendengar serunya. "Bi! Bi Ani, bi cepetan sini!"

Tak lama kemudian, bi Ani datang dengan tergopoh-gopoh. "Iya Non, ada apa?" tanya bi Ani.

"Bibi buang kotak yang tadi bibi kasih!" Perintahnya.

"Kenapa dibuang, Non?"

"Ck, nggak usah banyak tanya. Tinggal buang aja apa susahnya sih," kesalnya.

"Baik, Non." Kemudian bi Ani masuk ke kamar Davina untuk mengambil kotak tadi. Namun, ia buat sama terkejutnya seperti Davina ketika melihat isinya. Bibi menatap ngeri pemandangan di depannya. Rasanya ia mual dan ingin muntah melihat potongan tubuh yang penuh darah itu.

"Cepatan buang, tunggu apa lagi!" Bentak Davina.

"I-ya Non." Dengan cepat ia mengambil kotak tersebut dan menutupinya menggunakan penutupnya. Dia berusaha menahan rasa mualnya saat berhadapan dengan kotak itu. Dengan cepat ia keluar dari kamar tersebut dan membuang kotak itu ke dalam tong sampah.

Sedangkan, Davina masih berdiri disana sambil merenung. Tiba-tiba ponsel berbunyi pertanda pesan masuk. Dia pun mengambil handphone nya yang berada di atas kasur. Dan membuka pesan tersebut.

Gimana kejutannya? Suka nggak?😏

Begitulah isi pesan tersebut yang dikirim dari nomor yang sama dengan nomor sebelumnnya.

🍂🍂🍂

Next?
Iya atau nggak?
Gimana menurut kalian cerita ini? Cerita ya di komen
Sampai ketemu di part selanjutnya👋

With love
PUSRI

Revenge the sweet [ Finish ]Where stories live. Discover now