47. Jebakan

237 7 0
                                    






"Gue obati dulu luka lo," ucap Kamelia. Ketika mereka sudah sampai di apartemen miliknya. Kenapa tidak mengantar Divya ke rumahnya saja. Tentu itu tidak mungkin mengingat kondisinya yang saat ini dipenuhi luka-luka. Apa yang akan mereka katakan kepada ibunya Divya.

"Lo bawa dia ke kamar gue," katanya pada Ray.

"Oke," balas Ray. Lalu, ia membawa Divya yang berada dalam rangkulan dirinya ke kamar Kamelia. Di belakangnya Kamelia mengikuti mereka.

Ray mendudukan Divya di tepi kasur pelan-pelan. "Makasih," ucap Divya.

"Sama-sama. Gue keluar dulu." Ray pun melangkah pergi sehingga tersisa Divya dan Kamelia.

Kamelia berjalan ke tempat Divya dengan membawa kotak obat. Kemudian, ia duduk di sisi Divya sambil membuka kotak obat. Mengambil kapas dan obat luka untuk dioleskan ke tubuh Divya yang terdapat luka.

Dengan hati-hati Kamelia mulai mengobati lukanya. "Shh..." ringisnya. Ketika merasakan perih dari lukanya.

"Thanks udah nolongin gue," ucapnya.

"It's okay. Itu udah kewajiban kita buat lo karena lo teman kita." Ia membereskan kembali kotak obat itu setelah selesai membersihkan dan mengobati Divya.

"Hm, yah. Lo kenapa lepasin mereka?"

Kamelia menatap Divya. "Gue punya rencana buat balas mereka nanti."

Divya yang mendengar jawaban Kamelia menganggukan kepalanya. "Gitu ya," ujarnya.

Di ruang tamu nampak cowok-cowok tengah bersantai. Ian dan Dika tengah asik bermain playstation. Ray dan Putra yang menonton kegiatan mereka dan Ansel yang menyandarkan tubuhnya di sofa sembari memejamkan matanya.

Lalu dimana Bima? Laki-laki itu kini tengah berada di dapur Kamelia. Apalagi yang dilakukannya kalau bukan mengambil camilan disana.

"Wahh, gila banyak banget nih makanan!" Lalu ia pun mengambil makanan itu satu per satu. "Emang paling mantep main kesini di jamin pasti kenyang," ujarnya.

Setelah itu, ia melangkah menuju teman-temannya yang sedang bermain playstation. Dengan tangan yang penuh dengan cemilan dan minuman soda.

"Halo kawan!"

Mereka menolehkan kepala ketika mendengar suara Bima kecuali Ansel yang tidak peduli.

"Buset lo! Ngambil makanan orang sembarangan!"kata Dika.

"Hehehe," balasnya nyengir.

"Gue minta soda-nya satu," kata Putra.

"Lo ngomong nggak ngambil nih semua," tanya Ray.

"Nggak," ucapnya santai.

"Bodoh!" ucap Dika.

"Diem lo!"

Terlihat Ian dan Dika yang nampak serius dengan permainan mereka. Dika yang melihat Ian hampir mengalahkan dirinya dengan cepat menyerangnya.

"Gue nggak akan biarin lo menang!"

"Coba aja kalo bisa," tantang Ian.

"Ck, remehi gue lo, hah!"

Sedangkan, Bima sibuk makan cemilan yang tadi dia ambil di dapur sambil melihat pertandingan mereka berdua.

"Sok-sok an lo! Ujungnya juga kalah lo," sahut Bima menanggapi ucapan Dika.

"Diam lo! Nggak usah bacot!"

Pertandingan mereka semakin sengit tidak ada yang ingin mengalah. Mereka sama-sama ingin menang. Hingga akhirnya....

"Akh! Sial gue kalah!" umpat Dika kesal.

Revenge the sweet [ Finish ]Where stories live. Discover now