41. Sebenarnya

211 8 0
                                    





Dorr! Dorr! Dorr!

Suara tebakan itu terdengar jelasnya di pendengarannya. "Selamat tinggal," ucapnya sinis.

Peluru itu tepat mengenai kepala pria hingga ia terjatuh dengan darah yang bercucuran. Istri-nya yang melihat itu dibuat histeris.

"Mas!" Namun tak lama dari itu dia merasakan hal yang sama dengan suami dan tergeletak di lantai yang dingin.

Kedua orang itu tergeletak dengan sangat mengenaskan. Sedangkan, dia hanya menatap datar mereka.

"Setiap perbuatan pasti ada balasan. Dan ini adalah balasan kalian karena telah membunuh keluargaku." Setelah itu, ia melangkah pergi meninggalkan rumah itu.

Di malam yang gelap nan sunyi itu. Dia berhasil membalaskan dendamnya selama ini.

Kemudian, ia berjalan menuju tempat mereka berpisah tadi. Nampak dua orang berdiri disana menunggu dirinya.

Ansel yang menyadari kedatangan Kamelia langsung berkata,"gimana?"

"Beres," balasnya singkat.

"Oke. Kita juga udah selesai semuanya."

"Ayo!" Lalu, mereka melangkah pergi dari sana dan masuk ke dalam mobil.

Di kamarnya Claretta masih menangis. Dia benar-benar takut sekarang. Kejadian tadi teringat jelas di kepalanya.

"Hiks... hiks...." setelah itu, ia bangkit dari duduknya dan melangkah keluar kamar.

Dia ingin segera menemui orangtuanya. Dengan cepat ia menuruni tangga menuju lantai satu. Namun, alangkah terkejutnya ia mendapati keadaan mereka yang begitu mengenaskan tak berdaya di lantai. Dengan darah yang membasahi lantai.

"Papa! Mama! Hiks...." ia berlari kearah orangtuanya.

"Hiks... i--ni nggak mu-- hiks ngkin. Ma, Pa bangun . Jangan tinggalin aku. Hiks...."

"Mama! Papa!" Teriaknya histeris.

"Hiks... hiks... hiks...."

🔥🔥🔥

Sebuah mobil berhenti di dekat jembatan. Lalu, nampak tiga orang keluar dari dalam mobil. Seorang cewek dengan pakaian serba hitamnya berjalan menuju pembatas jembatan.

Kemudian, ia mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya, yakni pistol. Itu adalah pistol yang ia gunakan untuk menembak. Yah, dia adalah Kamelia dan kedua temannya.

Ia menatap lekat benda yang di pegangnya. Lalu, ia mengangkat tangannya dan melempar benda itu ke dalam sungai yang dibawah jembatan.

Lalu, ia berbalik menghadap kedua temannya. "Thanks untuk malam ini."

"Gue yang harusnya berterima kasih. Karena lo gue bisa balas perbuatan dia sama gue selama ini," ucapnya sambil tersenyum. Kamelia pun membalas senyumannya.

"Kalo bukan karena lo nolongin gue waktu itu. Mungkin gue udah lama mati bunuh diri," ujarnya. Mengingat kejadian waktu itu.

Flashback on

Terlihat seorang gadis dengan kondisi yang kacau berdiri jembatan. Matanya menatap kosong ke depan. Dengan sisa air mata di pipinya.

"Hiks... gue hiks... salah apa?"

"Kenapa gue selalu menderita? Kenapa?"

"Gue benci hidup! Gue benci mereka! Gue benci dunia ini!" Teriaknya melampiaskan isi hatinya.

Lalu, ia mulai naik ke pembatas jembatan bersiap untuk melompat.

Di lain sisi, nampak seorang gadis yang sedang berjalan sambil menikmati lagu dari earphone-nya. Tangannya ia masukkan ke dalam saku hoodie. Dia melangkah dengan santai.

Revenge the sweet [ Finish ]Where stories live. Discover now