34. Terciduk

228 6 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Ansel melajukan mobilnya pulang menuju apartemen Kamelia. Beberapa menit berlalu, mereka akhirnya sampai. Kamelia langsung turun dari mobil dan berjalan kearah lift bersama Ansel. Mereka memasuki lift menuju lantai 7.

Ting! Pintu lift terbuka. Kamelia melangkah menuju apartemennya. Kemudian, ia menekan tombol dan memasukkan sandi. Tak lama pintu tersebut berbunyi pertanda pintu terbuka.

Ia masuk ke dalam dengan Ansel yang berjalan dibelakangnya.

"Gue mau bersihin diri dulu. Lo mau mandi?" Kata Kamelia.

"Hm, iya."

"Oke, lo bisa pake kamar mandi di dekat dapur. Gue ke kamar buat ambil baju buat lo," ucapnya. Lalu, ia melangkah memasuki kamarnya.

Setelah itu, ia keluar membawa baju dan celana training serta handuk untuk dipakai Ansel mandi.

"Nih." Kamelia memberikan pakaian itu padanya.

"Thanks," jawabnya sambil menerima pakaian tersebut.

Setelah itu, Ansel berjalan memasuki kamar mandi. Begitu juga Kamelia yang melangkah menuju kamarnya dan membersihkan dirinya dari bekas darah dan kotoran yang menempel karena pertarungan mereka tadi.

Kamelia keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil. Setelah itu, ia berjalan kearah nakas lalu mengambil ponselnya. Ia pun menyalakan handpone itu seketika bermunculan notifikasi yang memenuhi ponselnya.

Kemudian, ia melihat pesan yang masuk dari Divya. Ia pun membuka pesan tersebut. Ada ratusan pesan dan puluhan panggilan yang masuk dari teman-temannya. Dan semuanya hampir sama yakni menanyakan keberadaan dirinya.

Divya : Lia, lo dimana?

Me: apart


Setelah itu, ia meletakkan kembali ponselnya disana. Dan melangkah keluar kamar. Saat ia baru saja keluar dari kamarnya. Dia melihat Ansel yang juga baru keluar dari kamar mandi tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Tanpa Ansel sadari Kamelia yang melihatnya dibuat terdiam. Betapa indahnya pemandangan di depan matanya hingga sulit untuknya berkedip. Seorang cowok tampan berdiri tak jauh darinya dengan air yang masih menetes dari rambut, sungguh sexy.

Ansel selesai mengeringkan rambutnya. Saat menatap ke depan, ia melihat Kamelia sedang terdiam di depan pintu.

"Ngapain disitu?" Tanya Ansel. Kamelia yang mendengar pertanyaan itu langsung sadar.

"Ha, anu...apa, em...itu," kata Kamelia gagap. Sedangkan, Ansel mengangkat sebelah alisnya merasa aneh dengan sikap Kamelia.

"Kenapa?"

"Nggak papa," balasnya cepat. Lalu, ia melangkah menuju sofa dan mendudukan diri disana. Ia merasa malu dengan tingkahnya barusan.

"Gue kenapa sih?" Guman Kamelia.

Dan Ansel pun mengikut langkahnya meski ia bingung dengan sikap Kamelia tadi.

🍂🍂🍂

"Mereka itu sebenarnya kemana, sih" ujar Putra.

"Iya nih. Capek gue dari tadi nyari mereka nggak ketemu," balas Bima.

Saat ini, mereka berenam sedang berada di dalam mobil. Divya dan Ray duduk di depan. Ian dan Putra di tengah sedangkan Dika dan Bima dibelakang.

Sejak siang hingga hari menunjukkan pukul 20.05 wib, mereka masih belum menemukan keberadaan Ansel dan Kamelia.

"Lia, lo kemana sih," guman Divya khawatir.

"Daritadi dihubungi nggak bisa-bisa. Bikin cemas aja," lanjutnya.

Divya menatap ponsel ditangannya yang terdapat ratusan pesan yang dikirimkan pada Kamelia. Dan juga panggilan yang tidak dijawab si penerima.

"Jadi, gimana? Mau nyari mereka lagi?" Tanya Ray.

"Terserah lo pada mau gimana. Gue ikut aja ya," kata Ian.

"Aduh, gimana ya. Bukannya nggak mau nih, ya. Tapi, gue capek banget, asli" jelas Bima.

"Alah, bilang aja lo nggak mau. Gitu aja ribet," balas Dika.

Saat tengah berbincang tiba-tiba ponsel Divya berbunyi tanda pesan masuk. Divya yang melihat pesan itu dari Kamelia langsung senang.

"Eh, Lia chat gue," katanya gembira.

Mereka yang mendengarnya pun menatap Divya. "Serius lo?" Kata Ian. "Serius."

"Dia bilang apa?" Tanya Ray.

"Apart, sekarang dia ada di apartemennya."

"Oke, sekarang kesana." Setelah itu, Ray menyalakan mesin mobil dan melaju cepat menuju apartemen Kamelia berada.

Tak lama, mereka pun sampai. Dengan gerakan cepat keenam orang itu keluar dari mobil dan menaiki lift. Sesampainya di depan apartemen Kamelia tanpa mengetuk pintu, mereka masuk ke dalam.

Akan tetapi, mereka dibuat kaget melihat apa yang dilakukan dua orang itu di sofa.

Bima membelalakan matanya melihat pemandangan di depannya. Begitu juga yang lainnya nampak kaget terlihat dari wajah mereka.

🍂🍂🍂

Kamelia berjalan menuju sofa lalu ia menyalakan tv menggunakan remote. Ansel juga mendudukan diri di sofa bersebelahan dengan Kamelia. Keadaan hening hingga Ansel membuka suara. "Apa rencana lo setelah ini?" Tanyanya.

Kamelia menoleh, ia kembali teringat dengan ucapan pria tadi. Rahangnya mengeras mengingat siapa dalang dari pembunuhan keluarganya.

"Balas dendam atas perbuatan mereka," kata Kamelia. "Gue bakal buat mereka lebih menderita."

"Gue akan bantu lo kapanpun lo butuh gue," ucap Ansel. Kamelia menatap lekat Ansel yang juga menatapnya. Setelah itu, ia kembali melihat ke depan.

Rasanya, ia tidak bisa menatap mata itu lebih lama. Karena sejak kejadian waktu itu, entah mengapa ada perasaan berdebar setiap ia menatap mata hitam Ansel.

Kamelia kembali menikmati film di televisi. Sedangkan Ansel memilih memperhatikan Kamelia dari samping.

Dia yang merasa diperhatikan menoleh ke samping dan ia mendapati Ansel tengah menatap lekat dirinya. Sehingga, mereka saling menatap satu sama lain.

Ia menatap lekat mata coklat milik Kamelia. Melihat setiap inci wajahnya lalu matanya terpaku di bibir ranum Kamelia. Ingatannya jatuh saat ia mencium bibir itu. Rasanya seakan candu ketika ia merasakan manis bibirnya.

Tanpa sadar dia mendekatkan wajahnya dengan wajah Kamelia. Ansel semakin mempertipis jarak diantara mereka. Dan Kamelia hanya terdiam tanpa menghindar. Badannya seperti di paku hingga tidak bisa bergerak.

Wajah mereka kian dekat lalu Kamelia memejamkan matanya. Ansel menatap Kamelia penuh arti. Jarak mereka tinggal satu inci hingga akhirnya bibir Kamelia dan Ansel bersentuhan. Namun, kejadian itu tidak  berlangsung lama. Sebab, setelah Ansel mendaratkan bibirnya terdengar teriakan seseorang.

"Astaga!"

"Astagfirlullah, mata gue!"

"Ya allah, mataku ternodai!" Ucap Putra, Dika, dan Bima bersamaan. Sedangkan, yang lain hanya menampilkan ekspresi kaget ketika melihat adegan barusan.

🍂🍂🍂

Next?
Iya atau nggak?
Gimana menurut kalian cerita ini? Cerita ya di komen
Sampai ketemu di part selanjutnya👋

With love
PUSRI

Revenge the sweet [ Finish ]Where stories live. Discover now