9. Kehilangan rumah.

11.7K 1.4K 131
                                    

Wana tidak tahu apa  yang ada di hatinya ini, seminggu menginap di rumah Joe membuat Wana merindukan afeksi yang diberikan wanita itu. Biasanya malam seperti ini, Wana akan menemani Joe di dapur atau tiduran di sofa sembari menggoda Zach yang benci kebisingan.

Ia beenar-benar tidak tahu jika kehangatan di ruamh itu akan terbawa saat ia kembali ke rumah yang seharusnya. Mungkin harmonis seeperti itu yang Wana inginkan dalam ikatan keluarga. Sementara ia dengan keluarga kandungnya justru tidak memiliki  kenangan yang baik.

Ketika dering ponsel Wana berbunyi dan menunjukan siapa si penelponnya, Wana menjadi bersemangat dan bahagia. Itu Joe, bahkan profil WhatsApp nya foto ia ketika tidur. Wana benar-benar merasa hangat dan memiliki keluarga yang sempurna.

Namun sayangnya apa yang terjadi benar-benar berkebalikan, Wana bahkan tidak memiliki hubungan darah dengan wanita yang memberinya afeksi seorang ibu itu. Mengingat ini membuat Wana merasa sedih.

"Kesayangan Mommy, apa kabar hem? mengapa malah melamun." Suara Joe itu menyadarkan Wana dari lamunannya. Pemuda itu tersenyum dengan girang, menunjukan gigi seputih salju miliknya.

"Gak baik, kangen Al," katanya.

Al adalaah sebutan bagi kucing yang diberikan Alex waktu itu. Kucing abu-abu yang merupakan andalan Joe untuk membuat Wana kembali. Kucing tersebut resmi memiliki nama yang diberikan langsung oleh pemiliknya.

Prince Ali Udin William Stevano Panuroto.

Ketika Wana mendeklarasikan nama itu untuk kucingnya, Joe dan Wildan terbahak kencang, bahkan Jolyon dan Alex tersenyum tipis, begitu juga dengan Zach yang mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamar.

Srett

Pyarr

Senyum lebar Wana tergantikan dengan raut kaget, pemuda itu memegangi dadanya yang mendadak berdetak tak karuan. Rasa nyeri hebat menjalar di sana, namun tak membuat Wana berhenti mencerna keadaan. Itu suara ponselnya yang dilempar seseorang ke dinding hingga hancur menjadi kepingan tak berarti.

Dan pelaku itu semua adalah Jia, Kakaknya yang entah sejak kapan sudah berada di kamarnya. Setahu Wana, Jia tengah mengikuti lomba di luar negeri. Bagaimana mungkin gadis yang dua tahun lebih tua darinyaitu berada di sini dan tanpa ragu menghancurkan ponselnya?

"Kakak dengar kamu menentang Papa lagi Wana, apa itu benar?" Satu yang harus kalian tahu, sikap Jia bahkan lebih buruk dari Frans. Gadis itu bahkan tidak sebaik kelihatannya.

"Wana gak pernah nentang Papa, Wana cuman nanya ke Papa apa yang  harus Wana gunain buat bayar Papa," kata Wana. Di antara keluarganya, Wana paling tidak suka dengan Jia, begitu pula sebaliknya. 

Plak

"Kamu pikir Papa apa hah? Kamu mau bayar jasa Papa pake apa? otak bodohmu itu atau nyawa tidak berguna mu?" bentak Jia yang mana membuat Wana semakin kesal, ponselnya baru saja hancur karena wanita setengah iblis seperti Jia.

"Kakak gak punya hak buat ngomong gitu, ini urusan aku sama Papa, " kata Wana. Jia kesal dan menampar Wana sekali lagi.

"Tidak punya sopan santun, pantas saja Papa membencimu, kamu memang tidak pantas menjadi anak Papa. Hanya bisa memalukan nama keluarga!" cercanya.

Wana semakin emosi, ia mendorong Jia yang memiliki tinggi jauh di atasnya. Baginya, masalahnya dan Frans adalah di antara mereka berdua, Jia hanya berhak mengingatkannya bukan memaksa apalagi memberinya hukuman.

"Apa menurut Kakak, Kakak itu udah sempurna di mata Papa? Ngaca deh Kak," kata Wana. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang membuat Jia begitu membencinya.

Aldrewana H.L [End]Where stories live. Discover now