13. Sepeda dan Jeff.

12.3K 1.4K 121
                                    

Satu yang Joe tahu tentang Wana lebih jauh adalah bahwa anak itu tidak suka memakan sayur-sayuran. Meskipun Joe sudah mengeluarkan segala kata-kata yang menarik, Wana masih sama sekali tidak tertarik. Anak itu benar-benar tidak pada sayuran.

"Kenapa sayang? sayuran sehat bagi tubuh." Joe bertanya dengan putus asa, sudah sebulan lebih Wana masih tidak mau mengatakan alasannya. Wana menghela napas pelan, ia masih memerhatikan Joe yang tengah membuka perban kecil di sikunya akibat tergores pinggir kolam.

"Dulu pas Wana masih SMP, Wana makan sayur capcai di rumah makan sama Bejo sama Iyon. Terus pas nasinya udah abis, Wana liat ada ulet besar banget di dalemnya. Wana benci ulet," katanya. Anak itu mengambil Al yang mengendusi kakinya.

"Tapi Mommy sudah mencuci sayurannya berulang kali, benar-benar bersi--"

"Wana gak mau, kalo makan yang warnanya ijo kaya yang ada uletnya." Joe menghela napas pelan, pantas saja saat memilih warna cat kamarnya, Wana menolak keras warna hijau. Karena hal itu juga Wana kesal pada Frans yang pernah mencekokinya jus pare hijau.

Hah, mengingat hal itu membuat Wana lagi-lagi teringat akan rumah lamanya. Apa kabar dengan Frans? Apakah pria itu mencarinya? Mana ada, Wana yakin Frans sama sekali tidak mencarinya. Kehidupan monoton yang ia jalani di sana benar-benar merusak kebahagiaan yang sekarang ia jalani.

Wana bukannya tidak tahu diri dan lupa daratan, ia hanya ingin melepas semuanya sejenak, bahkan saat seperti in pun ia tidak bisa benar-benar lupa akan tekanan yang Frans berikan. 

Lamunan Wana buyar ketika seseorang berjongkok di depannya, ia mengangkat kepala dan menemukan Joe yang menyodorkan bolu kukus buatannya. Selama Wana tinggal bersama Joe, tidak pernah sekalipun ia kelaparan atau sering kambuh. Joe benar-benar merawatnya dengan baik.

Saat mengetahu jika Wana tidak mau memakan sayuran, Joe sering membuat makanan seperti bolu atau bahkan eskrim yang bahan dasarnya selalu dicampur sayuran tanpa Wana ketahui. Wanita itu juga menyeimbangkan pola makan Wana yang sedikit itu antara nabati dan hewani.

"Enyak," katanya dengan mulut penuh, Joe tersenyum dan bergegas menuju dapur guna membuatkan susu untuk Wana. 

"Hei bocah, tidakkah kau mau berbagi pada tamumu ini?" Suara itu membuat Wana yang tengah menikmati film kartun di depannya terganggu. Ia menoleh dengan kesal dan menemukan tamunya Alex yang bernama Jeff itu.

Pria itu duduk di soda tamu yang memang dekat dengan ruang keluarga. Wana bangkit mendekati pria itu, tidak ada Alex di sana. Ia menyodorkan sepotong kue pada Jeff yang langsung diterima dengan wajah senangnya. Aneh, padahal di meja Jeff sudah banyak makanan.

Wana mengedikkan bahu dan duduk di sofa depan Jeff, ia menatap pria itu yang mulai memakan bolu buatan Joe dalam sekali lahap, benar-benar rakus. Namun tidak lama bolu itu disemburkan kembali hingga mengotori kemejanya. Tawa Wana langsung menguar.

"Mengapa pedas bocah?" tanya Jeff sembari mengecap rasa aneh. Wana yang terbahak itu mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Mata bawahan Jeff melotot melihat itu.

"Apa yang kau campurkan?" tanya Jeff sembari mengelap lidahnya dengan tisu.

"Tuan, itu obat oles untuk penyakit kulit," sahut bawahan Jeff. Si korban yang mendengar itu langsung membola dengan wajah memerah menahan jijik. Jeff hampir muntah kalau saja tidak mengingat harus mengurus si pelaku terlebih dahulu.

"BUAHAAHA makan tuh panu," pekik Wana memuat Jeff bangkit dan menangkap anak itu. Jika bukan anak Alex, Jeff yakin sudah membuatnya seperti ikan asin yang dijemur selama setahun penuh. Tapi sayang, Jeff hanya bisa membalasnya dengan mencubit pipi anak itu.

"HELEP MI, HELEP MI MOMMY!" Wana teriak membuat Alex yang baru keluar lift langsung mendekati dengan sigap. Matanya memandang datar ke arah Jeff yang saat ini menyengir dan menyodorkan Wana padanya.

Aldrewana H.L [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang