56. Printilan Asham

3.7K 493 28
                                    

Seminggu di pulau pribadi milik Alex itu membuat Wana ber-euphoria sedang berada di surga dunia. Ia benar-benar terlena dan melupakan bahwa liburannya kali ini adalah sebuah pelarian.

"Tuan muda, silahkan."

Chris yang seminggu ditugaskan oleh Alex untuk mengawasi pergerakan Wana itu berujar. Memberikan segelas susu hangat pada Wana yang tengah berjemur di bawah sinar matahari pagi.

"Om, mau makan mie."

Pria seperti patung yang tidak berperasaan itu mengangguk. Menoleh untuk mengambil mie yang Wana maksud. Untungnya, anak buah Chris mampu bekerja cepat dan bergerak tanpa perlu diberikan aba-aba. Yang mana membuat Wana mengangguk puas akan pelayanannya.

Andai Wana tahu, pria yang sedari tadi dijadikan babu olehnya itu adalah tangan kanan tuan besar Lordeon. Yang mana merupakan kartu As Redflowers. Wana hanya melihat sisi Chris yang cakap dalam bekerja, khususnya mengambil apa yang ia inginkan. Tidak bisa dibayangkan jika Wana melihat Chris dengan snipper Laras panjang.

Tapi bagaimanapun juga. Hierarki tertinggi di sini, saat ini, adalah iblis kecil berwujud manusia, Aldrewana.

"Ah, kek gini ternyata rasanya jadi Sulthan," gumam Wana yang masih bisa didengar Chris.

Namun pria itu tetap diam tidak berekspresi.

"Wah wah wah. Apakah ini anak pungut yang dikatakan Tuan besar Lordeon?"

Suara yang amat mengganggu itu memasuki pendengaran Wana. Anak itu melepas kaca mata hitamnya dan melirik ke asal suara. Wanita dengan gaun putih, dengan buah dada separuh terlihat, yang tampak asing itu membuat Wana mengerutkan kening.

"Masa di sini ada prostitusi juga sih?" batin Wana heran.

"Hei, apakah kau tidak mendengarku? Apakah benar kau anak pungut itu?" tanya wanita tadi.

Chris masih berdiri di samping, ia mengerutkan kening mendengar apa yang wanita itu ucapkan. Bahasanya terlalu kasar untuk diucapkan di depan seorang anak.

"Bahkan kartu As Redflowers pun ada di sini untuk melayani mu," lanjut wanita itu lagi sembari melirik Chris dengan tatapan sinis.

"Bentar-bentar. Ente nih siapa ya? Gue gak kenal tuh, asal ngebacot aja," balas Wana. Chris sudah baik padanya, rasanya Wana tidak terima pria bersifat sebelas dua belas dengan Daddy nya itu mendapat nada yang tidak mengenakan.

"Apakah seperti itu caramu bicara pada orang yang lebih tua? Bagaimana bisa tuan besar Lordeon membuatkan Alex memungut mu dari jalanan?" balas wanita itu dengan nada yang lebih sinis, ternyata ia tidak terima Wana berbalik menggunakan bahasa kasar padanya.

"Justru itu, karena elu yang lebih tua harusnya lu paham etiket ngomong sama yang lebih muda. Jangan mentang-mentang lu lebih tua lu bisa seenaknya ya. Situ tua tapi Bolot."

"Lagian ente siapa sih, Daddy bilang di sini pulau privat, gak ada tempat prostitusi juga, kenapa wanita malem macem elu bisa masuk?"

Wana kembali memasang kacamata hitamnya, kemudian merebahkan diri di kursi santai. Tampak tidak memperdulikan kehadiran wanita yang wajahnya sudah memerah padam itu.

"Beraninya kau!" Wanita itu meraung penuh amarah. Namun Chris tidak bisa menegur Wana karena kata-katanya, di sini, ia hanya ditugaskan melayani dan mengawasi anak emas itu.

"Udah deh sana pergi. Oh iya, situ pake baju ini pengen keliatan kek peri, tapi mukaknya penuh birahi. Gak cocok, bukannya kaya bidadari malah kek waria kurang belaian."

"Anak sialan!"

Wanita itu maju selangkah, hendak memukul Wana yang tengah bersantai, namun belum sampai tangan itu menyentuh sehelai rambut Wana. Chris sudah menghentikannya, ia di sini untuk melindungi Wana.

Aldrewana H.L [End]Where stories live. Discover now