10. Rumah yang lain.

12K 1.5K 127
                                    

Double up? Voment dulu dong.












_____

"Lukisan anda terlihat indah dan menjiwai. Saya meliahatnya seolah anda dan pemuda itu adalah ibu dan anak yang sedarah." 

Joe yang mendengar penuturan Eren itu merasa sangat bahagia. Kuas lukis yang menari dengan berbagai warna itu mencoret berbagai warna senada, membentuk dua insan yang terlihat begitu bahagia. Lalu background gambar tersebut adalah empat pria luar biasa.

"Terimakasih," katanya. Entah apa sebabnya Joe merasa senang dengan pujian asisten Alex kali in. Ketika hendak membuat warna baru, Joe dihentikan oleh dering ponsel yang tergeletak di atas nakas.

"Ya, ha--"

Ucapan Joe terhenti ketika nada sebersang sana lebih cepat, wanita itu terdiam dengan tubuh yang menegang. Ketika panggilan terputus, Joe dengan segera bangkit dari posisi duduknya, tidak memerdulikan kanvas yang terjatuh di lantai.

"Eren, antar aku ke rumah sakit," katanya. Joe baru saja mendapat panggilan dari Alex yang menyatakan jika ia menemukan Wana di pinggir jalan dengan kindisi memprihatinkan. Joe benar-benar merasa cemas tanpa sadar, ia berlari keluar Mansion yang membuat Zach sedikit bingung.

"Ada apa? Mengapa kau berlari?" tanya Zach yang duduk di ruang keluarga. Joe terhenti sejenak untuk menjawab yang sebenarnya. Berakhir dengan Zach yang menawarkan diri untuk ikut mengantar, padahal pria muda itu benar-benar membenci keramaian, sedangkan rumah sakit adalah tempat umum.

Sementara di sisi lain, Alex yang baru saja memasukan ponsel ke dalam sakunya itu berbalik, mendobrak ruangan yang bersisi banyak tenaga medis dan seorang pemuda tidak sadarkan diri. Melihat bagaimana elektroda itu ditempelkan, atau tubuh terangkat karena debfilibrator membuat hati Alex mendadak seperti diremat dengan kuat.

"Tuan, anda dilarang masuk karena dapat mengganggu. Harap keluar," ucap seorang perawat pria. Alex yang memakai masker tentu tidak dikenali, terlebih mereka tidak akan mengira jika pengusaha terkenal asal California akan berasa di sini.

Bukannya anggukan, perawat pria tersebut justru mendapatkan bogeman mentah dari Alex. Rahang mengeras yang ditutupi masker itu tidak terlihat hingga membuat sang perawat tidak merasa segan. Karena profesionalitas, perawat tersebut masih memperingatkan Alex sekali lagi. Kali ini kerahnya ditarik ole Alex hingga membuat tubuh itu sedikit terangkat.

"Dari pada sibuk mengurusi kehadiranku, bukankah lebih baik kau mengurusnya!" bentak Alex.

Entah mengapa Alex merasa tak terkendali, ia cemas hingga melampiaskannya kepada orang lain. Langkah Alex mendekat pada seorang dokter yang tengah memasang infus, ia menarik kerah dokter muda tersebut dan menghempaskannya menjauh dari tubuh Wana yang terbaring tidak sadarkan diri.

"Apa kalian pikir nyawanya adalah mainan? Carikan dokter profesional di rumah sakit ini, atau aku--" Alex membuka maskernya membuat seisi ruangan membeku dengan keterkejutan.

"Benar-benar akan meratakan kalian semua dan bangunan ini," lanjutnya. Beberapa perawat langsung berlari keluar, mereka sadar jika yang dihadapi kini bukanlah orang biasa.

Sementara Alex benar-benar tidak bisa menutupi amarahnya, ia menatap punggung tangan Wana yang menjadi bahan percobaan dokter junior tadi.  Setelah menusuknya berkali-kali dokter tersebut masih tak dapat menemukan urat Wana, hanya membuat luka baru.

Alex merasa kesal hingga ingin membakar mereka yang tidak berguna. Setelah identitas Alex terbongkar, tak ada lagi yang berani menyuruhnya keluar. Jangankan rumah sakit, bahkan Alex bisa meratakan satu benua dengan kekuasaannya.

Langkah kaki cepat itu terdengar, tak lama munculah beberapa dokter senior yang terlihat sudah berumur. Alex yang tegang dan marah itu menyuruh mereka memeriksa Wana beberapa kali, padahal kondisi Wana saat ini tidak lagi mengkhawatirkan seperti beberapa jam lalu.

"Tuan, lebih baik anda duduk dulu." Seorang perawat menarik kursi dan mempersilahkan Alex yang sedari tadi mondar-mandir tidak karuan untuk duduk. Namun sayangniat baik itu dianggap pencitraan oleh Alex yang terbakar rasa cemas.

"Apa rumah sakit ini membayar mu untuk menawarkan kursi pada orang lain? Lakukan sesuatu, putraku harus baik-baik saja, jika tidak kalian semua akan menanggung konsekuesinya!" 

Ada gelayar aneh ketika Alex menyebut Wana sebagai putranya, rasa nyaman di tengah kekhawatiran yang menderanya kini. Beberapa waktu berlalu hingga para dokter itu berhenti bekerja. Salag satu dokter yang terlihat paling tua dan dewasa menjelaskan kondisi Wana pada Alex yang masih mengamuk.

"Anda tidak perlu khawatir, kondisi putra anda saat ini baik-baik saja. Namun saran saya, lebih baik anda melakukan pemeriksaan terkait organ jantungnya. Saya merasa terjadi penurunan fungsi," kata sang dokter membuat Alex terdiam.

Belum sempat menjawab, ucapan Alex terpotong oleh dobrakan kuat pada pintu kaca ruangan itu. Joe dan Zach muncul setelahnya. Langkah Joe langsung mendekat ke arah pemuda tak sadarkan diri di brankar, mengabaikan tatapan terkejut tenaga medis yang ada di sana. 

Hari itu rumah sakit mereka tidak hanya mendapatkan tamu seorang pengusaha terkenal dan terkaya di dunia, melainkan supermodel cantik yang memiliki paras luar biasa indah. Melihat pasangan suami istri yang menduduki rantai tertinggi bagaikan mimpi.

"Jika sudah melakukan tugas kalian, lebih baik pergi." Ucapan Alex itu membuat para tenaga medis yang ada di sana dengan cepat menyingkir. Mereka masih sayang pekerjaan. Meninggalkan Joe, Alex dan Zach yang sekarang duduk di sofa samping Alex.

"Bagaimana bisa? Apa yang terjadi sampai dia seperti ini?" tanya Joe.

"Tanya mata-matamu. Aku hanya menemukanya di pinggir jalan dengan kondisi setengah sadar," kata Alex. Ia pun tidak tahu persis apa yang terjadi pada Wana.

Mendengar hal itu membuat Joe yang masih menggenggam tangan Wana dengan erat melonggar. Wanita itu menghubungi seseorang yang telah ia kirim untuk mengawasi Wana. Mendengar jawaban dari seberang, mendadak hati Joe terasa panas karena amarah.

"Fransissco Harison sialan, apa kau pikir aku akan membiarkanmu begitu saja?" gumam Joe yang membuat suasana mendadak hening mencekam. Joe tidak akan membiarkan segalanya berjalan dengan mudah.

"Biarkan saja," sela Zach yang sedari tadi terdiam. Joe yang mendengar itu menatap putra termudanya dengan cepat, matanya mendadak tajam seolah bisa menembus kepala Zach detik itu juga.

"Apa maksudmu?" desisnya tajam. Joe terlihat berbeda kali ini, wanita itu seperti kucing yang diinjak ekornya, atau bahkan seperti macan yang melindungi anaknya.

"Tenang Joe." Alex menenangkan, padahal beberapa menit lalu ia sendiri pun terlihat kalap. Joe semakin tidak terima atas ucapan dua pria itu.

"Maksud Zach, dengan apa yang dilakukan Frans akan membuat Wana selangkah semakin dekat denganmu, bukankah itu yang kau inginkan?" kata Alex membuat Joe terdiam. Joe terlalu khawatir dengan Wana hingga membuat wanita itu melupakan segalanya.

"Ehem, apa kalian setuju jika memiliki anggota keluarga baru?" tanya Joe membuat Alex dan Zach mendadak mengalihkan pandang ke arah lain. Joe tersenyum menggoda, ia mengecup kening Wana sembari berujar.

"Drewana Lordeon,"ucapnya membuat atensi Alex dan Zach spontan menuju ke arahnya. 

Ada gelayar menyenangkan ketika nama Wana disatukan dengan marga keluarga Lordeon. Terasa pas dan sangat cocok.

"Drewana Lordeon, putra Joe  dan Alex."

____

Jangan lupa voment.

Next chapter ada Frans. Mau liat gimana reaksi Frans setelah Wana pergi?

See you

Aldrewana H.L [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang