54. Harapan Baru

5.4K 657 103
                                    

"Setelah kejadian yang anda lakukan membuat mereka kembali ke negara asalnya."

"Hm."

Melihat sang tuan menggerakkan tangannya, pria itu menunduk sebelum pergi tanpa suara. Jolyon menatap sebatang rokok di tangannya. Menghisap dan menghembuskan napasnya perlahan ke udara. Di atap bangunan berlantai dua puluh lima itu, ia kembali termenung.

Frans telah kembali ke negaranya, sementara Ferdi lebih sulit dari pada yang ia kira. Namun setidaknya ia sedikit beruntung karena kedua pihak ini tidak akur, sehingga lebih mudah melawan mereka satu persatu.

Menghela napas panjang, Jolyon berbalik dan duduk di sofa hitam yang ada di sana. Keadaan menjadi tenang sementara, membuatnya nyaman dari hatinya yang selama ini tegang. Ia masih belum mendapat kabar dari Alex perihal anak itu.

Hingga dering pesan membuatnya melirik ke arah meja. Benda persegi panjang itu hidup, terdapat notifikasi di layarnya yang membuat tubuh santai Jolyon menjadi tegak. Itu Alex, yang mengatakan anak itu sudah bangun dari komanya.

Ada debaran kesenangan dalam hati Jolyon. Ia meraih ponsel dan melihat pesan Alex sekali lagi, takut salah baca. Namun itu benar, Jolyon langsung beranjak dari sana dan keluar dengan wajah yang lebih cerah.

"Tuan, bisakah saya bertanya kemana anda akan pergi?" tanya seorang penjaga yang kini membawakan jas Jolyon di tangan kanannya.

"Rumah sakit," jawab Jolyon sebelum mengambil jas itu dan masuk ke dalam lift. Pintu besi tertutup, sosok Jolyon menghilang.

"Tuan sangat antusias terhadap adiknya."

Tidak butuh waktu lama bagi Jolyon mengendarai mobil sport merahnya. Dua puluh menit merupakan waktu yang tidak normal untuk jarak pilihan kilo. Namun karena beberapa hal, Jolyon mampu mempersingkat waktu meski beberapa kali ban mobil yang ia kendarai sendiri itu tidak menyentuh tanah.

Jaz dan Klein, orang kepercayaan Jolyon yang beberapa hari lalu ia suruh memantau rumah sakit langsung keluar begitu melihat mobil sang Tuan. Meski rumah sakit itu berada langsung di bawah sayapnya Alex, Jolyon tidak lagi berani bertindak tanpa ikut campur dirinya sendiri. Ia lebih percaya penjagaannya meski tahu Alex lebih besar pengaruhnya.

Jolyon turun dari mobil dengan langkah berwibawa, setiap aura pria tersebut memancarkan kesan bangsawan yang menurun dari Alex. Menatap kedua pria yang berdiri di depannya dengan menjaga jarak. Jaz dan Klein berdiri berdampingan, namun Klein berada satu langkah di belakang Jaz.

"Kalau-kalau Tuan Jolyon mengamuk, maka Jaz akan menjadi yang pertama lalu aku bisa melarikan diri," batin Klein.

Sungguh pengecut. Namun siapa yang menyangka pria yang memiliki batin seperti itu adalah sniper terhandal di Eropa. Semua orang di dunia bawah tanah tahu akan reputasi Klein. Tapi yang tidak mereka tahu. Klein pernah hampir mati hanya karena nyaris membunuh kucing kecil di Mansion Lordeon. Kalau tidak salah bahkan kucing tersebut memiliki nama Ali. Klein sungguh tidak tahu bahwa nyawanya bahkan tidak lebih berharga dari seekor kucing.

"Jika bukan sesuatu yang berharga jangan berani berdiri di hadapanku."

Suara rendah yang dipenuhi aura kematian itu membuat Klein tersadar dari lamunannya. Ia gemetar, lalu menyenggol tumit Jaz dengan ujung sepatu kulitnya. Jaz juga tersadar dan segera buka suara.

"Maaf Tuan, anda tidak bisa menaruh mobil sembarangan. Rumah sakit ini memiliki aturan, barisan ini untuk kendaraan rumah sakit seperti ambulance."

Jaz menangkupkan tangannya, Klein yang melihat itu juga mengikuti meski tidak tahu apa yang dilakukan rekannya. Keduanya tampak seperti tukang parkir profesional. Meski begitu, ada rapalan doa yang senantiasa keduanya panjatkan. Semua yang mereka lakukan, Jolyon tidak mengetahuinya.

Aldrewana H.L [End]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن