50. Dimana Ali

5.6K 824 145
                                    

Lama gak update TT















____

Mata kelam itu terpaku pada satu sosok yang saat ini telentang dengan tidak elitenya di atas kasur. Helaan napas pelan James hembuskan. Ia merasa gemas dengan posisi tidur si anak sialan yang sialnya sekarang ia sayangi sebagai seorang adik. Entah bagaimana James bisa menerimanya dengan begitu mudah.

James begitu mengenal dirinya, tidak mungkin ia salah dengan dirinya sendiri. Ia adalah tipe orang yang tidak suka dengan pendatang baru, orang yang berisik dan menyusahkan. Tapi sekarang lihat, bagaimana ia begitu suka di dekat si biang onar bernama Aldrewana.

Sebelumnya James hanya akan keluar jika Jolyon depresi atau terpacu sesuatu, tapi saat ini ia dan Jolyon saling berebut satu tubuh. Semua hanya untuk bersama si sialan Wana. Sungguh di luar nalar hingga Alex dokter pribadinya pun kebingungan.

"Ali ..."

Perhatian James kembali, ia masih menatap Wana yang saat ini tidur sambil mengigau. Ali? Siapa itu, James merasa asing dengan nama itu, dan ia tidak suka. James mendekat dan duduk di samping kasur untuk mendengar lebih jelas.

"Sini tayang, papa punya baju baluuu buat Ali. Anak papa tayang euyy."

Wajah James semakin tidak enak, ia tidak tahu siapa yang sangat disayangi Wana. James menoleh ketika mendengar suara langkah kaki dari arah pintu masuk, itu Joe yang saat ini tersenyum tipis ke arahnya.

"Prince Ali Udin William Stevano Panuroto, itu adalah nama kucing kesayangannya," kata Joe tiba-tiba.

James mengangkat salah satu alisnya, baru kali ini ia merasa lucu karena hal sepele. Ia mendengus dan kembali menatap Wana sejenak sebelum bangkit dan pergi tanpa pamit. Joe yang melihat itu hanya terkekeh pelan dan mulai ikut merebahkan diri di samping Wana yang saat ini tengah mengigau nama Yeyen.

Di sisi lain, James yang saat ini tengah menatap kucing kecil dengan bulu abu-abu terdiam. Ia menggelengkan kepalanya ketika sekelebat bayangan membunuh makhluk itu muncul, ia tentu tidak ingin membuat anak sialan sedih.

Menghela napas, James bergegas pergi dari sana ke ruang bawah tanah menggunakan lift rahasia. Ruangan yang pintunya saja terlihat sangat mengerikan ada di depan mata, dengan dua pria berbaju hitam yang menjaganya. James tidak memperdulikan keduanya dan masuk tanpa basa-basi.

Pemandangan pertama yang ia lihat adalah hitam, hanya sebuah bohlam kecil berwarna kuning yang ada di tengah ruangan, bersama seorang anak yang duduk terikat di tengahnya.

"Kakak, lepasin Zian kak, tangan Zian sakit kak hiks ..."

James dengan wajah acuhnya itu mendekat. Kemudian meremas bibir anak di depannya dengan tenaga penuh hingga Zian menangis hebat. Pria tinggi itu menyeringai, dengan wajah dingin penuh kesenangan melihat anak di depannya berlinang air mata.

"Siapa yang kakak siapa, aku tidak Sudi menjadi kakakmu."

_____

Pagi ini, Mansion digegerkan oleh tangisan Wana. Hal itu dikarenakan kucing kesayangannya yang bernama Prince Ali Udin William Stevano Panuroto hilang entah kemana. Seluruh maid dan anggota RedFlowers dikerahkan, namun tetap tidak ada yang dapat menemukan Ali.

"Wana gak bisa hiks Daddy," ujar Wana di sela tangisannya.

"Tenanglah, jangan menangis, kucing itu sedang dicari, dia hanya bermain di sekitar Mansion," ujar Alex menenangkan.

"Wana hiks gak bisa idup tanpa Ali. Hiks Ali itu anak pertama Wana di sini. Sebagai seorang papa, hati Wana sakit Daddy. Anak Wana ilang huwee."

Aldrewana H.L [End]Where stories live. Discover now