29

2.3K 202 99
                                    

Waktu terus berlalu, seiring berjalannya waktu Gulf mampu melupakan Mew, kini mereka semua telah lulus dari SMA Gerada, Mew tidak pernah kembali ke Thailand lagi semenjak libur semester saat itu.

dan ada satu berita yang mampu menggemparkan Amerika dan Thailand,yaitu pernikahan cucu satu-satunya konglomerat Amerika Mew Suppasit yang akan di adakan Tahun depan, semenjak berita yang booming tentang pernikahan pria itu, baik teman - teman genk Mew tidak pernah ada yang menyinggung nama pria itu lagi. Semuanya seakan telah melupakan sosok ketua Genk Driva dan memulai lembaran baru tanpa ada Mew Suppasit didalamnya.

Membicarakan tentang pengumumannya pernikahan cucu konglomerat Amerika itu membuat semua orang gempar mendengarnya, tak terkecuali Gulf, pria manis itu hanya diam seribu bahasa, lidahnya seakan kelu, dan Bright menutup semua akses untuk Gulf melihat atau bahkan mendengar berita yang masih marak di bicarakan dikalangan masyarakat. 

Bright benar-benar tidak pernah meninggalkan Gulf sendirian, menggenggam tangan pemuda manis pemilik hatinya setiap saat, Bright benar-benar menyesal pernah memilih mundur dan mengikhlaskan Gulf bersama Mew, jika akhirnya akan seperti ini, ia tidak akan pernah melepas Gulf untuk Mew.

"Bagaimana hari pertama mu MOS ?." Bright tersenyum cerah, secerah namanya.

"Kating - katingnya menyebalkan, aku bahkan dihukum!." Gulf mengerucutkan bibirnya kesal, masih teringat jelas ada satu katingnya yang selalu mencari kesalahannya, padahal ia sudah mentaati semua peraturan yang ditetapkan.

"Oh ya? Siapa biar aku hajar nanti."

"Jangan. Aku nggk mau kamu kena masalah."

Bright menangkup wajah Gulf, mencubit pipi tembam itu "aku rela kena masalah asal kamu aman, aku akan melakukan apapun agar kamu tidak dalam bahaya."

" Aku yang tidak rela kamu terluka." Mengusap wajah tampan Bright, membuat sang empunya tersenyum malu.

"Cie ilaahhh, Pepet terus." Celetuk Off, laki-laki itu merangkul bahu Tay dengan satu lengannya memegang bungkus ciki.

"Iri, bilang bos!!." Tay terbahak, menatap Off yang merengut sebal.

"Si kurcaci itu susah di luluhinnya, bahkan udah gue ikutin sampe satu universitas bonus satu Fakultas dengan extra bonus satu prodi ditambah bonus tambahan yang kesekian kalinya yaitu satu kelas, masih aja ngga luluh-luluh."

"Cinta itu butuh perjuangan bro!." Zee menepuk pundak Off.

"Iya kaya si terang, perjuangannya membuahkan hasil." Off tersenyum menggoda, membuat dua wajah sekaligus memerah malu.

"Ngemeng - ngemeng ini ngga ada pajak jadian kah??." Tanya Tong ikut nimbrung. 

"Jelas ada lah, ya kali, gue ngga semiskin itu buat ngga bayarin temen-temen gue makan padahal mereka udah bantuin gue buat dapetin sesuatu paling berharga di hidup gue." Bright natap Gulf membuat sang empunya hanya mampu menundukkan kepalanya. 

"Lo lupain gue awas aja!!." Kao merangkul pundak Bright, membuat Bright memutar bola matanya malas.

"Gue kira Lo masih ngintilin anak fakultas sebelah."

"Masih belom bisa luluhin dia juga bro??." Tanya Tay.

"Dia satu geng sama Gun, udah pasti otaknya dicemarin Ama kurcaci loh Off, bikin gue makin susah aja dapetinnya.

"Yang sabar ya bro, bakalan indah pada waktunya, udah ada contoh nyatanya." Off melirik Bright yang merangkul pinggang Gulf dengan Gulf yang menyandarkan tubuhnya, terlihat sangat romantis dan cocok, tetapi dibalik itu semua, mereka yang mengetahui bagaimana Bright meluluhkan Gulf,bagaimana membuat Gulf terlepas dari bayang - bayang Mew tidaklah mudah, semuanya butuh proses dan prosesnya tidak sesingkat cerita yang dibuat author, yang langsung menceritakan kebagian ini tanpa mengulang cerita bagaimana perjuangan Bright, cukup di kenang dan belum waktunya di ceritakan.

Dibelahan bumi lainnya, ada satu sosok pria yang termenung di tempatnya, semuanya telah hancur, dan semuanya atas kesalahannya sendiri, ia tidak bisa menyalahkan siapapun untuk apa yang ia alami sekarang, semuanya benar-benar tidak sesuai apa yang di impikannya.

Sekarang ia harus apa? Saat orang yang ia cintai berjalan bersama orang lain, menggenggam tangannya dengan erat se erat ia menggenggam tangan itu dulu. 

Bahkan Mew tidak bisa berkutik saat ia harus mengatakan dengan gamblangnya dihadapan media kalau ia akan menikah tahun depan, tahun dimana jika ia bersama dengan lelaki manisnya mungkin berjalan 4 Tahun.

Semua terasa semu, tidak ada canda tawa yang biasa ia dengar dikala bibir manis itu mengerucut sebal karena tingkahnya yang tidak pernah merespon apapun kelakuan pemuda cantiknya.

Semua angan dan mimpi yang ia rangkai seakan hancur berantakan, janjinya yang hanya mengatakan akan berlibur di Amerika hanyalah ucapan belaka, karena pada akhirnya ia bener-bener kembali ke negara itu dan tidak kembali ke negeri gajah putih.

"Mew??." Mew menoleh, tatapan kosong yang ia lihat dari mata tajam itu. Tidak ada binar bahagia di saat ia melihat Mew datang hari itu.

"Semua baik-baik aja?."

Mew memalingkan wajahnya "ngga ada yang baik-baik aja saat harus kehilangan cintanya."

"Aku egois?."

"Lo tau jawabannya." 

Menghela nafasnya pelan, matanya melirik bingkai foto yang terpajang apik di sudut meja nakas samping tempat tidur, foto yang tidak pernah bergeser dari tempatnya semenjak sang empunya kamar kembali. 

"Masih dia orangnya?."

"Nyatanya itu kenyataanya."

"Mew dia udah bahagia sama orang lain."

"Harusnya dia bahagia sama gue."

Pria itu menahan nafasnya, kepalanya terasa pening "kamu keterlaluan."

"Disini jelas, Lo yang keterlaluan, cinta ngga bisa di paksa, dan gue hanya mau hidup sama dia sampai akhirnya nanti."

"Tapi, Tuhan menakdirkan kamu sama aku? Ngga ada yang bisa melawan takdir Tuhan Mew." 

"Bisa, tapi Lo bikin gue ngga bisa melawan takdir, kalo gue minta Lo mati aja apa Tuhan bisa mengabulkannya?."

Mata Tul berkaca-kaca, hatinya seakan retak saat orang yang ia jadikan sebagai tumpuan hidupnya malah menginginkan kematiannya, mengusap air matanya perlahan, kali ini Tul ingin egois, ia ngga bisa kehilangan Mew, setelah ia ditinggalkan seseorang demi orang lain begitu saja,ia tidak akan membiarkan kejadian itu terulang lagi, cukup satu kali.

"Aku akan menjalani operasi pengangkatan kanker, dan kamu harus hadir menemaniku, dan aku tidak menerima penolakan."

"Aku harap kamu tidak selamat." Ucapan Mew seakan sebuah batu besar yang telak menghantam hatinya, hancur, Tul mematung ditempat, segitu bencinya kah Mew padanya? Ia hanya mempertahankan cintanya, tidak lebih, ia hanya ingin bahagia, kenapa sesusah ini?.

Kalau sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan?, Keegoisan Tul?, Ketidaktegasan Mew? Kehancuran Gulf? Atau perjuangan Bright?. Semuanya adil dalam cinta, dia yang berjuang dia yang mendapatkan, dia yang memberikan kepastian dia juga yang mendapatkan kepastian.

Tapi ini semua belum berakhir....











HELLOOOOOO
Everyone!!!

Wkwkwkwkk


Terkait ucapan P'Mew yang bilang kalo semua perlakuan dia ke Gulf yang dlu cuma sekedar nyenengin fans/Fanservice
Padahal dulu dia bilang

"Semua yang aku lakukan ke nong itu tulus ngga d buat²" (pokoknya intinya gini)

Terlepas dari itu, yaahh aku cuma bisa senyum aja, entahlah, cuma ikutin alurnya aja, dan cuma pengen liat akhirannya gimana nanti, dan tentunya siapa someone yang bakalan di nikahin P'Mew tahun depan. Dan ngga terlalu memikirkan ini, aku harap kalian pun sama.

Semangat buat kita semua!!!

See you guys..

Mine (ของฉัน)Where stories live. Discover now