Bab 14

338 28 0
                                    

"Mungkinkah wanita itu yang dimaksud?" tanya pria berpakaian biru pada teman di sebelahnya.

"Sepertinya benar wanita itu lah yang menjadi pasangan Aldebaran."

"Meskipun belum ada pemberitaan resmi dari keluarga Al Fahri, tapi tampaknya benar wanita itu pasangan pria cacat itu sekarang." sahut pria lain yang memiliki warna rambut merah menyala dengan seringai licik di bibirnya.

"Mau mengajak wanita itu kenalan? Siapa tahu, dia hanya wanita lacur yang disewa pria cacat itu untuk menjadi pasangan pura-puranya." lanjut pria dengan rambut merah itu kepada teman-temannya.

"Kedengarannya menarik," timpal pria lainnya sembari membasahi bibirnya yang terasa kering.

___


Mengerutkan alisnya pertanda bingung, Andin yang merasakan ketakutan akibat tatapan tak bermoral dua pria itu lantas memalingkan pandangan ke samping. Dia tidak melihat pelayan wanita yang tadi mengantarnya.

"Ini toilet perempuan." beritahu Andin bicara dulu ketika dilihatnya dua pria itu tak ada tanda-tanda bergerak pergi maupun bicara.

"Aku tahu. Sudah lihat tandanya di samping." balas pria berambut merah dengan seringai.

"Lalu, apa yang Anda lakukan di sini? Kalian berdua tak mungkin tersesat, kan?"

Kedua pria itu saling melirik satu sama lain. Seolah menemukan alasan menarik untuk dijadikannya alibi.

"Seperti yang kau lihat, kami memang tersesat. Apa kau bisa mengantar kami?"

Menatap ragu-ragu serta curiga, Andin menggelengkan kepalanya, menolak. "Maaf, saya juga tamu yang di undang."

"Oh, jadi kau juga tamu rupanya. Datang bersama siapa?" tanya pria itu pura-pura bodoh.

Meskipun Andin tahu dengan jelas kalau dia tak perlu meladeni dua orang asing itu, namun karena instingnya mengatakan kalau mereka tak punya niat baik padanya, ia hanya memiliki satu alasan untuk membalas setiap pertanyaan yang mereka ajukan yaitu mengulur-ulur waktu sampai ada orang lain datang ke kamar mandi ini. Hanya dengan begitu, ia dapat meminta tolong apabila dua pria asing ini berniat buruk terhadapnya.

Sayangnya, bertentangan dengan niat Andin, dua pria yang tampaknya telah mengetahui niatnya seketika langsung bergerak dengan cepat. Salah satu dari mereka mengeluarkan sapu tangan yang berisi obat bius, dan dengan langkah cepat langsung mendekati Andin. Sebelum Andin bisa menjerit meminta bantuan, indera penciumannya telah di penuhi bau menyengat dari obat bius tersebut. Sedetik kemudian, tubuhnya jatuh ke belakang dan pria berambut merah itu segera menangkap pinggangnya.

"Kau sudah menyiapkan kamarnya kan?" tanya pria itu pada temannya.

"Tentu saja. Kita hanya perlu membawa wanita ini ke sana tanpa pengetahuan bawahan pria cacat itu." balas pria lainnya tampak percaya diri.

Pengantin Pengganti (On-Going) Where stories live. Discover now