RESIKO MENGAMBIL KEPUTUSAN

54 8 1
                                    

Kepada Tuan Muda Alano Rajendra Yang Terhormat.
Dari istrimu, Andini Chandramaya.

Pertama, izinkan saya meminta maaf pada Anda karena bicara melalui surat dan tidak menemui Anda langsung.

Anda pasti sudah memahami benar betapa pengecutnya saya ini menghadapi Anda. Jadi tolong maklumi ketidaksopanan saya ini, Al.

Saya ingin mengakui kesalahan dan dosa besar saya terhadap Anda. Sesungguhnya, saya ini tidak hamil. Dan seperti yang telah kita sepakati bersama, bahwa pernikahan akan berakhir jika saya tidak bisa mengandung anak Anda dalam kurun waktu yang ditentukan.

Daripada menunggu Anda mengusir saya, saya lebih dulu memilih untuk pergi. Saya sungguh minta maaf atas kebohongan yang saya lakukan selama ini. Tak pantas rasanya, saya bersikap nyaman dan hidup dalam kebaikan Anda terus menerus tanpa tahu apa itu rasa malu.

Maka dari itu saya memutuskan untuk mengakhiri kebohongan ini dan membiarkan semuanya kembali ke jalan yang tepat.

Selama bersama Anda, saya senang dan bahagia. Itu adalah kehidupan yang tak pernah bisa saya bayangkan akan dapat merasakannya kembali.

Saya dengan tulus berterima kasih pada kebaikan Anda, Al. Terima kasih banyak dan maafkan saya yang hina ini.

Saya berharap Anda senantiasa bahagia dan dalam keadaan sehat. Dan semoga, apa yang Anda inginkan dapat Anda capai dengan segera dan mudah.

Saya pamit pergi.

Selamat Tinggal.

Berulang kali Alano membaca surat itu dan terus berhenti pada kalimat terakhir yang Andin tulis. Kata selamat tinggal di akhir itulah penyebab mengapa kemarahan itu ada saat ini.

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pengantin Pengganti (On-Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang