Bab 16

574 34 14
                                    

"Rendy, asisten kesayangan adikku."

"Tuan Mario," Rendy menyapa ramah dan sopan seperti biasa.

"Kalau kau muncul di sini, adik kesayanganku pasti ada di sini juga kan? Di mana dia?"

Orang-orang yang melihat dua pria itu saling berhadapan, tidak ada yang berani mendekat.

"Tuan Aldebaran memiliki sesuatu yang harus di urus. Itu sebabnya pergi duluan." Rendy memberitahu.

Menarik sudut mulutnya membentuk senyuman, Mario kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan, "Dan apa yang dilakukan anjingnya tetap berada di sini? Tuan cacatnya sudah pergi, tapi hewan peliharaannya tidak ikut dibawa?" bisiknya dengan pandangan menghina ke arah Rendy.

Tidak ada fluktuasi apa pun muncul di wajah Rendy. Seolah sematan anjing yang barusan dia dengar, bukanlah apa-apa buatnya.

Tidak mendapat tanggapan, Mario mencibir. Ia merapikan jasnya yang tidak kusut, kemudian bicara untuk yang terakhir kali pada Rendy.

"Sampaikan pada adikku tersayang itu, aku akan datang ke mansion besok lusa bersama dengan pengacaraku. Karena dia tidak mau hadir dalam rapat pemegang saham, aku sendiri yang akan memberitahukan padanya putusan para dewan. Jangan lupa beritahu dia."

Selesai mengatakan itu, Mario pergi. Tidak menunggu Rendy membalasnya.

___

Di tempat lain, di dalam mobil. Al memeluk erat Andin yang terus menerus menggigil dalam pelukannya. Sudah terlambat baginya untuk menghubungi dokter pribadinya agar membantu membuat tenang Andin. Menurut pengakuan Rafael, Andin telah lama dibius obat dan menilik dari keadaan tak sadar wanita di pelukannya semakin menambah kemungkinan tersebut.

Yang bisa dia lakukan adalah membantu istri penipunya ini untuk melewati masa-masa tak menyenangkan itu.

"B-bisakah aku melepas gaunku?" Andin mencicit di dekat telinga Al dengan napas memburu.

"Tidak," Tolak Al seraya meraih satu tangan Andin yang bebas. Mencengkeramnya kuat di atas pangkuan.

"Aku kepanasan, gerah ... a-aku tidak nyaman."

"Tahan sebentar."

"Berikan padaku ... Aku-- aku akan nyaman setelah kau memberikannya padaku." lanjutnya lagi seraya meraba-raba kaki Al yang didudukinya.

"Kau mau aku menyetubuhimu di sini?! Di depan orang-orang ini, Andini?!" Al bertanya kesal. Tidak diperhatikannya lagi kalimat panggilannya barusan.

"Andini? Kau memanggilku Andini?" ulang Andin membeku. Wajahnya yang tadi terbenam di leher Al kemudian tersentak ke belakang. Sepasang matanya yang buram kali ini menatap pria di depannya dengan ngeri.

Mendapati tatapan penuh ketakutan itu, Al menyeringai, wajahnya mendekat sampai-sampai hidung mereka bersentuhan dan mereka bisa merasakan hembusan napas masing-masing.

"Ya, Andini. Bukankah itu nama aslimu?" Katanya lagi yang kali ini suskes membuat wajah Andin pucat pasi seolah kehilangan darah.

___

Halo, readers 😚

Meet again ya. Maaf banget bulan ini aku molor sekali update novel-novelku. Berhubung aku punya debay yg baru lahir, aktifitas nulis jadi berkurang guys. Ini aku udah sampaikan juga ya sebelumnya. Jadi bagi yg belum tau, aku mohon pengertiannya.

Novel-novelku bakal tetap lanjut kok, InsyaAllah sampai tamat tentunya. Hanya butuh waktu aja guys buat selesaikan.

Terimakasih banyak bagi pembaca yang rela nungguin dan bagi yang tidak sabar, kalian bisa kembali baca novel ini setelah tamat ya 🙈

Pengantin Pengganti (On-Going) Where stories live. Discover now