INI PERINTAH!

147 8 4
                                    

🍇🍇🍇 



"Kalau mama tidak keberatan, bisakah saya istirahat duluan?"  

"Tuan muda memiliki kesehatan rendah, Nyonya Widuri. Perjalanan panjang ini pastilah membuat tubuh tuan muda kelelahan. Saya harap Anda dapat memaklumi kondisi kesehatannya." kata Riza ikut bicara. 


Widuri menatap sang menantu. Raut lelah dan pucat itu tampak jelas sekali. Wajah tampan itu, sayang sekali dia harus menemui nasib malang dalam hidup, dalam batin wanita itu berkomentar.


Sebelum pria itu pergi, dia bertanya dengan raut wajah serius, "Kamar itu, ditempati juga oleh istriku kan, Ma?"


"Ya?"


"Oh, apakah asisten saya atau istri saya tidak memberitahu pada mama, kalau saya tidak bisa tidur tanpa ada istri saya di tempat tidur?"


Mendengar hal itu, pandangan Widuri menatap penuh arti pada Andin. 


Seolah menyadari tatapan penuh maksud ibu tirinya, wajah Andin memerah serupa tomat matang.


"Hahaha... ya ampun, salah mama, Alano. Baiklah, biar nanti pelayan membawakan kebutuhan Emilia ke kamar kalian." ujarnya seraya tertawa senang.


"Saya harap mama juga tidak keberatan kalau saya membawa istri saya istirahat di kamar duluan." imbuh Alano lembut namun bersikeras membawa Andin bersamanya.


"Yah, sepertinya putri mama juga butuh beristirahat. Pergilah. Kita akan bertemu nanti waktu makan malam tiba." ucap Widuri untuk terakhir kali.


"Terima kasih." kata Alano dengan wajah tersenyum kecil. Ia merentangkan tangannya ke depan, "Istriku, ayo bantu suamimu ini ke kamar kita."



.
.
.


"Aku mau berendam." kata Al tiba-tiba.


Andin yang tadi berdiri diam, tersentak mendengar suara malasnya. "Ya?"


Kepala Al terangkat, dengan senyum sinis yang menyebalkan tapi tampan itu, dia menatap sang istri dengan pandangan cemberut. "Siapkan airnya. Kau tidak mungkin menyuruhku untuk mandi sendiri kan?"


"Ma-ndi?" Andin tergagap bertanya. 


Orang sedewasa dia masih perlu dimandikan?


"Apa yang kau pikirkan? Jangan bilang kalau sekarang kau sedang berpikir mesum tentangku?"


"TIDAK!"


"Ten-tu saja tidak!" Elak Andin seraya menyilang-nyilangkan tangan di dada. 


"Temani aku mandi. Dan bantu gosokkan punggungku."


"Hah?" 


"Hey! Aku tahu kau tidak punya riwayat tuli, tapi kenapa setiap kali aku bicara padamu, kau seperti orang bodoh!" 


Sebelum Andin menimpali perkataan kesalnya, Alano sudah lebih dulu membopongnya. Tubuhnya dipikul di bahu dalam posisi kepala di bawah, tepat menghadap punggungnya yang lebar dan pinggangnya yang sempit. 


"TIDAK BISAKAH ANDA MANDI SENDIRI?!" Andin bertanya panik. 


"Tidak," jawab pria itu acuh tak acuh. 


Dalam usahanya melepaskan diri, Andin hampir saja dilempar Alano dengan kesal ke bathtub.

😂

😂

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pengantin Pengganti (On-Going) Where stories live. Discover now