Dua puluh dua

331 35 1
                                    

Happy reading ✨

Duduk di sofa menghadap kearah tv dengan kaki bersila dan beberapa Snack yang ada diatas meja dihadapannya itulah yang danira lakukan sekarang berada di villa vanoo sangat membosankan karena ia tak memiliki teman siapapun untuk diajak bercerita atau sekedar bercanda gurau maka tvlah pelampiasan terakhirnya

Sedangkan sang pemilik villa tengah tertidur pulas setelah danira menemaninya beberapa saat yang lalu susah tidur 3 hari membuat tidurnya bak putri tidur yang tak akan pernah bangun jika tak dapat ciuman

"Honey..." suara berat dan serak khas orang bangun tidur itu membuat atensi danira seketika beralih dari tv

Padahal baru sekitar 10 menit danira keluar dari kamar Vano tapi lihat lah manusia itu bahkan terbangun ketika danira pergi dari sana

"Honey?..." teriaknya sekali lagi ketika tak dapat sahutan dari danira

"Aku disini vanoo depan tv" buru-buru Vano menghapiri danira yang kembali fokus kearah tv

"Kenapa keluar?"

"Kamu tidur ngak mungkin kan aku nungguin orang tidur" sahut danira tanpa menoleh

"Seharusnya kamu ikut tidur"

"Aku ngak ngantuk"

"Oke aku tidur lagi" Vano segera merebahkan tubuhnya kembali dishofa dengan kepalanya yang diletakan diatas paha danira tapi sebelum itu danira segera menarik dirinya menjauh sehingga kepala Vano terbentur keras dialas sofa

"Awssssh" walaupun Sofanya empuk tapi hentakan yang keras membuatnya meringis ngilu lalu melihat kearah danira yang minggir kearah pinggiran sofa dengan memeluk kedua lututnya

"Sorry hehehe" ucapnya sambil menyengir Vano menaikan sebelah alisnya heran dengan sikap danira

"Aku mens" aku danira lagi ia khawatir Vano tak nyaman karena ia menstruasi

"Sejak kapan? Apa ini tanggal?" Walaupun Vano baru mengenal dan menjalin hubungan dengan danira sekitar 2-3 bulan tapi apapun tentang danira ia akan tau termasuk jadwal mens dan hal-hal kecil lainnya

"Sedikit telat" danira segera membenarkan posisi duduknya setelah Vano juga kembali duduk

Vano mengangguk-angguk mengerti memilih untuk bersandar disandaran sofa
"Vanoo...." panggil danira Vano yang hampir saja memejamkan mata membukanya kembali

"Butuh sesuatu" ia harus berusaha mengerti danira jika keadaannya seperti ini danira akan lebih sensi dan mudah marah di satu Minggu kedepan jadi ia harus berhati-hati

"Aku ngak bawa pembalut kesini"

"Nanti kita beli"

"Tapi aku butuh sekarang vanoo" tu kan suaranya sudah sedikit meninggi

"Baiklah" Vano mengalah ia berdiri dengan malas untuk mencuci mukanya sedangkan danira memang sudah berpakaian rapi sendari dari cafe tadi ia tak Menganti baju

"Kalo ngak mau ya udah nanti aku beli sendiri aja kalo mau balik ke rumah Bu mawa tapi cepet-cepet anterin balik ya"

Vano berbalik melihat sang kekasih yang wajahnya memberengut kesal seperti itulah contoh kecil yang harus Vano hadapi dengan suka rela jika danira mens

"Siapa yang tidak mau sayang aku akan cuci muka dan kita berangkat hmm" ucap Vano lalu mengacak rambut danira sekilas dan berlalu kearah kamar mandi sebelum

"Kalo mau kenapa wajah kamu malas gitu?"
Menoleh sekilas kearah danira yang fokus ketv lalu Vano geleng-geleng dan melanjutkan langkahnya

Vano kembali dengan pakaian santai jeans panjang dan juga kaos hitam lengan pendek yang melekat pada tubuh atletisnya itu

Journey Of LoveWhere stories live. Discover now