3 [Wind]

354 0 0
                                    

Dimas memarkirkan mobilnya di depan bangunan dengan kaca berwarna gelap. Sambil melihat jam di tangannya, dimas lalu bergegas turun dari mobilnya dan memasuki bangunan yang di atasnya bertuliskan Ranger Cafe & Resto.

Sesuai dengan nama yang tertera, begitu masuk ke dalam, dimas langsung di sambut oleh sofa-sofa yang mengelilingi ruangan tersebut.

"Dimassss", sapa seorang perempuan yang masih terlihat cantik meski usianya melewati pertengahan tiga puluh tahun.

"Da", jawab dimas sambil menerima pelukan dari helda.

"Yang lain belum dateng", tanya dimas.

"Belum, baru aku kamu sama raka aja", jawab helda.

"Raka mana kok nggak kelihatan", tanya dimas lagi sambil mengikuti helda.

"Lagi di kitchen", jawab helda.

Dimas kemudian melihat sekeliling ruangan yang masih belum banyak perubahan. Bangunan dengan tinggi dua lantai, yang selalu dimas dan sahabat-sahabatnya kunjungi sejak masa SMA.

Lokasinya yang dekat dengan sekolah mereka, membuat tempat tersebut selalu menjadi tempat janji temu mereka. Dulu mereka selalu duduk dan nongkrong di lantai dua, tapi sejak mereka mengakui kalau mereka mulai menua, mereka memilih untuk ngopi di lantai satu.

"You doing okay dim", tanya helda pada dimas.

"Yeah", jawab dimas.

"I wish in the rest of your life, only fill with happiness dim", ujar helda, sambil menggenggam tangan dimas.

"Thank you", jawab dimas.

Helda adalah istri raka, keduanya sudah menjadi sahabat dimas sejak dimas masih berusia lima tahun. Ketiganya sekolah di yayasan yang sama sampai mereka tamat SMA.

Yayasan Nusa Bangsa, yayasan yang tidak hanya menawarakan pendidikan sekolah menengah atas, tapi yayasan tersebut juga menawarkan pendidikan preschool, kindergarten, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sampai dengan sekolah menengah atas. Biaya masuk sekolahnya yang terbilang mahal, membuat sekolah tersebut menjadi lingkungan yang eksklusif. Semua ibu-ibu ambisius yang tinggal di solo tahu, kalau murid yang sekolah di yayasan nusa bangsa bukanlah dari kalangan menengah atau menengah bawah di solo, tapi dari kalangan atas solo.

Solo bukanlah seperti jakarta, yang kekayaan setiap warganya bisa terlihat jelas. Semua konglomerat di solo, hampir tidak terdeteksi radar atau surat kabar. Tidak akan ada yang mengira kalau sirkulasi ekonomi di solo, adalah yang terbesar di jawa tengah. Sekolah di yayasan nusa bangsa, bisa menjamin siswanya memiliki relasi yang kuat saat mereka sudah dewasa nanti. Tak heran, banyak orangtua yang memaksa anaknya untuk sekolah di yayasan tersebut, meski ekonomi mereka tergolong sulit.

"Kamu dari tadi da", tanya dimas.

"Sekitar sepuluh menit yang lalu sampai sini", jawab helda.

"Wanda kamu tinggal", tanya dimas, menanyakan bayi mungil milik helda.

"Iya lagi di rumah neneknya", jawab helda.

Helda, dimas dan raka bukanlah satu-satunya penghuni yayasan tersebut sejak preschool, tapi juga ada gilang, rendra, alex, serta sofi, yang sudah sekolah bersama dimas sejak dahulu.

Helda, raka, gilang, ketiganya yang paling dekat dengan dimas, tapi helda spesial, karena dia selalu menjadi penasehat cinta dimas saat masa SMA. Begitu juga dulu, saat dimas mendekati ratih, helda adalah informan pentingnya. Dari helda, dimas tahu, bahwa ratih tidak tertarik dengan cowok yang suka mengejarnya dan memberinya hadiah.

"Ratih itu tipe cewek yang butuh challenge setiap saat", ujar helda kala itu setelah dimas menceritakan salah satu aib raka padanya.

Dimas akhirnya mengerti kenapa ratih tidak pernah bergeming dengan semua usaha yang dimas lakukan. Ratih memang pernah satu kali setuju untuk jalan dengan dimas, tapi dia tidak sendiri, dia membawa serta adiknya yang masih duduk di kelas dua sekolah dasar.

After SunsetWhere stories live. Discover now