28 [Zahra]

63 0 0
                                    

Benar perkataan alan, maira dan sahabat-sahabatnya memang sangat berisik.

Sepanjang perjalanan, nia yang menyetir dan rani yang ada disampingnya, terus bernyanyi mengikuti setiap lagu yang mereka putar.
Maira yang duduk disamping dimas, dan mia di sebelahnya, tidak berhenti bergosip.
Kiki, wawan dan seto di kursi belakang, tak berhenti saling mencela satu sama lain.

Dimas yang mengantuk, tak bisa tidur sama sekali, tapi hal itu tidak mengurangi sedikitpun cinta yang dimas miliki untuk maira.

Sampai di pantai glagah, kiki dan rani langsung mencari tempat yang teduh untuk menggelar tikar mereka.

Sepanjang sore bermain dengan ombak, melihat maira tertawa, dan mengakhiri hari dengan pelukan hangat maira, dimas bisa lukiskan dengan satu dari puluhan hari manis yang dia habiskan bersama maira.

Mengalah dari setiap pertengkaran yang dimas mulai dengan maira juga dimas lakukan.

Terkadang dimas merasa bahwa dia bukanlah prioritas utama maira, pemikiran itu membuat dimas sedikit kecewa.
Namun, kekecewaan dimas tak pernah abadi, karena selalu berakhir begitu maira mulai mempersembahkan tubuh seksinya untuk dimas lumat habis.

Meski willy terus menerus mempertanyakan haknya, tapi dimas tidak ingin gegabah dan membuat maira kesakitan lagi.
Dimas ingin menjalaninya perlahan dengan hasil yang pasti.

Libur semester pendek, dimas mulai dengan magang di kantor tata kota wilayah DIY, sesuai saran dari dosen favorit dimas.
Dia tidak sendiri, rumi dan rizal, serta tiga mahasiswa arsitek lainnya juga bergabung dengan dimas.

Di hari liburnya, dimas membawa kembali maira ke solo dan membuat maira semakin mengenal keluarganya, merupakan jalan yang dimas tempuh untuk maira bisa sepenuhnya mempercayai dimas.

Mami mita senang, bisa bertemu lagi dengan gadis mungil yang sudah mencuri hatinya, tapi tidak dengan zahra.

Sabtu pagi saat maira datang ke toko, zahra memberi senyum tegas bahwa zahra tidak menyukainya.

Bagi zahra, maira tidaklah secantik ratih, tapi maira sudah dengan lancangnya, berani mengambil dimas dari sisinya.

Zahra luar biasa kesal, karena maira seperti tidak menggubris rasa tidak sukanya, dan kekesalan zahra bertambah saat maira tersenyum, karena maira memiliki garis senyum yang sama seperti dina.

Garis senyum yang sangat mengintimidasi zahra, tapi zahra menghalaunya karena bagi zahra, maira bukanlah gadis yang bisa membuatnya takut.

Meski sikap mami mita pada maira membuat zahra sedikit ciut, tapi zahra tidak ingin menyerah dengan mudah.

Dimas si tokoh utama yang mengajak maira ke toko milik keluarganya, memulai pagi dengan sibuk di lantai satu, dan dua jam setelahnya, dimas naik ke lantai dua membawa tubuh tegaknya untuk menemui mami mita.

Kedatangan dimas ke lantai dua toko mami mita memberi zahra peluang untuk menumpahkan kekesalannya pada dimas.

"Dimas kalau kamu nggak serius sama pacar kamu, kamu cuma mau main-main aja sama dia, kayaknya nggak perlu deh kamu bawa dia ke toko", tegas zahra dalam amarahnya.

Dimas hampir menertawakan ucapan zahra, karena zahra jelas tidak tahu arti maira untuknya.

Dimas sejujurnya tidak ingin membuang waktunya dengan menjawab ucapan zahra, tapi atas nama sopan santun, dimas akan berusaha menjawabnya dengan tenang.

Belum sempat dimas membuka mulutnya, tangan mungil maira melingkar di lengan dimas.
Pemilik hati dimas meminta perhatiannya, tidak ada hal yang lebih dimas inginkan selain mengikuti permintaannya.

After SunsetUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum