8 [Deleted]

109 0 0
                                    

Dina memilih untuk menghapus contact mantan kekasih dimas dari handphonenya, dan memejamkan mata. Kembali membawa masa lalu dimas ke kehidupan mereka, bukanlah hal yang bijak menurut dina.

Apa yang terjadi di masa lalu, dina ingin membiarkan itu semua tetap ada di masa lalu. Dina juga yakin, dimas pasti tidak akan pernah siap oleh kehadirannya, karena dulu dimas memilih untuk meninggalkannya, dan menikahi perempuan lain.

Perempuan bernama mila, yang membuat amarah dina meluap setiap mendengar namanya ataupun hanya teringat akan sosoknya.

"Raka sama helda keluar tuh mi", ujar zaki pada istrinya.

Dina kemudian membuka matanya dan keluar dari mobil untuk menemui raka dan helda yang berjalan ke arahnya.

"Mbak aku balik dulu ya, besok malam udah harus di jakarta soalnya", ujar raka.

"Iya ka, makasih ya udah temenin dimas", ujar dina.

Raka kemudian mencium kedua pipi dina, diikuti oleh helda.

"Kabarin aja untuk perkembangan kondisi dimas", pinta raka.

"Pasti", jawab dina.

Raka kemudian menepuk pundak zaki, dan berlalu dari hadapannya.

"Kita tunggu di dalam yuk mas", ajak dina pada zaki.

Zaki mengikuti ajakan istrinya masuk ke klinik dokter alma sambil melingkarkan tangannya di pinggang istrinya.

Di dalam ruang therapy terlihat dimas yang masih terlelap, juga rendra yang tertidur di sofa. Dimas yang tertidur begitu tenangnya membuat dina tersenyum.

"Andai saja dimas bisa sedamai ini dalam hidupnya", gumam dina dalam benaknya.

Dimas baru terbangun saat adzan subuh berkumandang.

"Mbak", lirih dimas pada dina yang sedang melihat ke arah luar jendela.

"Pagi", sapa dina dengan lembut.

"Mbak sendiri aja", tanya dimas.

"Mas zaki lagi tidur di mobil dim", ujar dina sambil duduk disamping dimas.

"Maafin aku ya mbak, bikin mbak khawatir lagi", ujar dimas.

Dina tersenyum pada dimas yang kembali terlihat lelah meski baru terbangun.

"Gimana kalau kita liburan ke swiss dek, berdua aja", ajak dina secara tiba-tiba.

Dimas tersenyum, dan tersadar, kalau dokter alma pasti sudah berbicara pada kakaknya.

"Mbak, baru bulan lalu aku pulang dari sana, kita liburan di bali aja ya sama arya", pinta dimas.

"Mungkin kalau sekali lagi aja kamu bisa lihat dia, kamu bisa merasa baikan dek", ujar dina.

"Dia udah bahagia mbak", tolak dimas sambil tersenyum.

Dina memang tidak ingin membawa masa lalu dimas kembali, tapi dina ingin melihat dimas bahagia, walaupun hanya melihat mantan kekasihnya dari kejauhan.

"Aku janji mbak, aku nggak akan absen dari jadwal therapy sama dokter alma lagi, aku juga udah janji sama om saka bulan depan aku akan kembali ke kantor", ujar dimas menambahi.

"Mbak cuma mau kamu bahagia lagi dek", ujar dina.

"Aku bahagia kok mbak, tuh lihat rendra, masih tungguin aku sampai jam segini, aku juga udah tinggal di rumah lagi, jadi aku mau fokus sama orang-orang terdekatku yang nggak lelah support aku mbak", ujar dimas.

"Yaudah, apapun keputusan kamu, mbak dukung", ujar dina dengan senyum manisnya.

Zaki masuk tak lama dengan wajah kantuknya, dan rendra terbangun pukul enam pagi karena harus mengantar anak-anaknya ke sekolah. Dina kemudian mengajak dimas pulang setelah dokter alma meresepkan obat untuk dimas.

Mami mita yang terlihat ceria karena tidak mengetahui kondisi dimas, menyambut anak-anaknya dengan sarapan yang masih hangat.

"Mi kita ajak papa ke taman bunga yuk hari ini", ujar dimas.

"Oke deh, kita jalan-jalan bertiga ya", ujar mami mita.

Sudah nyaris dua tahun mami mita memilih untuk ada di rumah, pensiun dari pekerjaannya sebagai pemilik gurita bisnis Mangkunegaran. Sejak perceraian dimas, juga kondisi papa seno yang memburuk, mami mita memilih untuk menyerahkan seluruh bisnisnya pada putri sulungnya.

Lima puluh tahun sudah mami mita mendedikasikan hidupnya untuk bisnis keluarganya, kini di usianya yang hampir memasuki tujuh puluh tahun, mami mita memilih bersantai dan mengurus suaminya, papa seno. Sementara dimas, semenjak berpisah dari mila, dia tinggal sendiri di salah satu apartment di solo, dan baru kembali ke rumah mami mita seminggu yang lalu.

Janji liburan yang arya inginkan, juga sudah dimas turuti, dan senin pagi ini, dimas sudah duduk di ruang kantornya, untuk kembali sibuk sebagai senior arsitek di kantor architec and consulting milik omnya.

"Pagi dim, langsung ruang meeting ya", pinta om saka, direktur kantor arsitek tersebut, tanpa sapaan basa basi.

Dua tahun sudah dimas meninggalkan pekerjaannya, kini dimas kembali bekerja dengan langkah ringan di kantor Sangsaka Architect & Consulting. Sebuah biro arsitek yang memiliki kantor utama di solo, dan juga memiliki kantor cabang di jakarta.

Sangsaka Architect & Consulting yang ada di solo sepenuhnya menjadi tanggung jawab om saka, dan di jakarta di handle langsung oleh om sasongko. Kantor konsultan arsitek terbaik di solo yang sudah menjadi bagian dari kehidupan dimas sejak dimas lulus kuliah.

"Kita ada project besar, Smart City di tangerang", ujar om saka membuka meeting secara on point.

Semua yang hadir di ruang meeting termasuk asisten dimas, serta dua arsitek senior, dan arsitek junior lainnya mulai mendengarkan dengan serius.

"Bukan hanya di tangerang, kita juga dapet project untuk design kawasan wisata di kediri", ujar om saka.

"Kita akan persiapan selama lima bulan, luna, bara sama dimas, masing-masing tim kalian bikin scratch sama ide, nanti mana yang paling investor suka, one of you will be the main architect", ujar om saka.

"Ready", jawab luna.

Bara dan dimas menyambut ucapan luna dengan senyum mengembang. Ketiganya kini merupakan senior arsitek yang menjadi andalan di kantor Sangsaka.

Begitu meeting selesai, mereka langsung kembali ke ruangan masing-masing untuk mulai menuangkan kreatifitas yang mereka miliki. Dimas kembali pada hal yang ia sukai dari pekerjaannya, yaitu tantangan yang selalu baru, yang tidak pernah sekalipun membuat dimas bosan.

"Dim kamu cutinya lama amat sampai dua tahun, untung aja kantor ini milik om kamu, coba kalau kamu partner biasa pasti udah langsung di cut", ujar luna saat makan siang.

"Bukan karena pak direktur om aku lun, tapi karena memang kualitasku sebagai arsitek sangat mengagumkan maka dari itu aku masih di butuhkan disini", jawab dimas dengan sombongnya.

"Iya deh dimas prasetya", ujar luna memilih untuk mengalah akan jawaban dimas.

Dimas dan luna memang sudah bersaing sejak mereka magang secara professional di kantor sangsaka, jadi bagi luna sudah biasa dimas bersikap sombong pada dirinya.

Luna satu tahun lebih muda dari dimas, tapi dia satu angkatan dengan dimas, karena saat SMA, luna mengikuti kelas akselerasi. Luna juga merupakan lulusan salah satu universitas favorite di singapore. Hanya saja, luna kurang mengasah kualitasnya sebagai arsitek, sehingga dia lebih sering kalah bersaing dengan dimas. Sementara dimas, selalu haus akan informasi terbaru dari dunia arsitektur, dan dia juga sangat berdedikasi akan pekerjaannya.

Ucapan dimas pada luna ada benarnya, bahwa kualitas dimas sebagai arsitek memang sangat unggul, tapi cara penyampaian dimas yang tidak disukai oleh luna, membuat luna selalu berambisi untuk menjadi pesaing terberat dimas.

"Jadi perceraian kamu udah final dim, mau aku kenalin sama cewek baru nggak", ujar bara.

Dimas hanya menyipitkan mata pada bara dan siap melempar bara dengan kata-kata mutiara yang tertahan di ujung lidahnya.

**

After SunsetWhere stories live. Discover now