32 [Telenovela]

23 0 0
                                    

Sabtu siang seperti sudah menjadi tradisi untuk maira sampai di kos dimas pukul satu siang.
Tangan maira tidak kosong, dia selalu membawa makanan dari rumah untuk makan siang dimas.

Selain perut dimas yang maira urus, maira juga sangat jeli akan perubahan apapun yang ada pada dimas.

Maira begitu gemas melihat kuku jari dimas yang sudah panjang tapi tak kunjung dimas potong.
Maira kemudian mengeluarkan potongan kuku yang ia bawa dari rumah dan mulai memotong kuku jari tangan dimas yang sudah seperti cakar kucing liar.

"Nanti pulang sore lagi", tanya dimas sambil melihat maira memotong kuku di jarinya.

"He em", jawab maira.

"Kenapa sih kalau hari sabtu nggak pernah mau pulang malem aja", protes dimas.

"Dimas lupa, kalau sabtu itu, jatah aku nonton sama nenek", jawab maira tanpa melihat dimas.

"Masa setiap sabtu sih, nggak bisa apa sesekali absen", pinta dimas.

"Ya bisa sih, tapi sabtu ini nenek mau bagi-bagi uang, kalau aku nggak ikut, nanti semua uang dari nenek di ambil kak alan", ujar maira.

"Emang setiap sabtu nenek bagi-baginya", tanya dimas.

"Enggak sih, dua minggu sekali aja", jawab maira.

"Terus uang dari nenek mau buat apa", tanya dimas.

"Bentar lagi mia sama kiki ulang tahun, jadi aku harus rajin nemenin nenek nonton telenovela biar bisa beliin mereka kado", jawab maira.

"Memang kalau nemenin nenek nonton di kasih uang berapa", tanya dimas.

"Ada deh, nanti kamu ikutan juga", jawab maira sambil melirik dimas.

"Yaudah malam ini aku ikutan", ujar dimas sambil tersenyum.

"Tuh kan, malah jadi ikut-ikutan, bikin ngurangin jatah aja", protes maira.

Dimas hanya tertawa melihat muka manyun yang maira ukir.

"Dah selesai, terusin gih makannya", ujar maira begitu dia selesai memotong kuku tangan dimas.

Setelah melihat jari-jari tangannya yang sudah rapi, dimas langsung melanjutkan makan, sementara maira, menarik kaki dimas dan mulai memotong kuku di jari kaki dimas.

Dimas yang masih sibuk mengunyah makanannya, sambil membalas pesan di handphonenya, tidak sadar kalau maira sudah selesai memotong kuku jari kakinya, dan mulai memulas kuku jari dimas dengan kutex.

Warna kutex yang maira pulas di kuku jari kaki dimas berwana biru, pink dan kuning.

"Sayang, ngapain di kutex segala sih", protes dimas.

"Biar lucu sayang", jawab maira santai.

Sepuluh jari kaki dimas yang jadi korban keisengan maira, terlihat begitu aneh dengan warna warni kutex yang berbeda di setiap jarinya.

Bulu lebat di kaki dimas, sangat tidak cocok dengan lucunya kuku jari dimas dengan warna kutex yang maira pulas.

Dimas hanya bisa protes pada maira, tapi dengan sadisnya maira mengatakan bahwa aseton penghapus cat kutex miliknya sudah habis.

Selesai makan, dan menyikat gigi, dimas langsung berusaha membasuh jari kakinya berulang kali, tapi kutex yang maira pulaskan, sangat susah hilang.

"Nggak bisa ilang sayang", keluh dimas pada maira begitu dia keluar dari kamar mandi.

"Nanti juga ilang kok", jawab maira tanpa perasaan.

Meski dimas kesal, tapi melihat maira yang terlihat senang memandangi jari kaki dimas yang penuh warna warni kutex, membuat dimas memilih untuk mengalah.

After SunsetWhere stories live. Discover now