43 [Betrayal]

22 0 0
                                    

Andai saja zahra lebih berani untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan pada dimas, dan juga andai saja dimas tidak selalu bimbang akan perasaannya, mungkin seluruh tragedi penghianatan yang zahra rasakan tidak perlu terjadi.

Seharusnya zahra sadar, bahwa hubungan mereka bukan hal yang patut zahra harapkan, karena dimas selalu menghindarinya, bahkan jarang membalas pesan singkatnya selama masa perkuliahan dimas di semester enam.

Seharusnya dimas juga mempertegas situasinya dengan zahra, sebelum dimas memulai hubungan baru dengan maira.

Namun nasi sudah menjadi bubur, karena dimas terlena akan sosok maira dan sepenuhnya melupakan zahra yang menunggunya di solo.

Zahra dan dimas memang belum memiliki ikatan apapun, tapi mereka jelas memiliki perasaan spesial yang masing-masing rasakan.

Dimas yang sepenuhnya lupa akan hati zahra yang ia gantung, merasa sangat terkejut saat zahra menyambutnya dengan antusias yang terlihat jelas begitu dimas sampai di parkiran toko mami mita.

Kembali ke solo dan mengunjungi toko mami mita di libur panjang dimas setelah menyelesaikan studinya di semester enam, sekaligus libur yang ia mulai setelah nyaris dua minggu mengunci dirinya bersama maira dalam rayuan hangat cinta baru, membuat dimas mengabaikan seluruh rasa yang zahra miliki untuknya dan juga bersikap dingin pada zahra.

Keluarga dimas jelas tidak mengetahui bahwa sesungguhnya dimas memiliki keinginan untuk menjadikan zahra sebagai pacarnya, sebelum bertemu maira, meski secara rahasia.

Dimas juga berfikir bahwa hubungannya dengan zahra akan berakhir dengan pertemanan baik, namun semua angan dan rencana dimas sirna setelah bertemu maira.

Bagi zahra, mungkin hubungan baru yang dimas miliki dengan maira adalah kabar buruk, tapi tidak bagi keluarga dimas.
Kabar bahagia yang dimas bawa akan hubungannya dengan maira disambut sukacita oleh kakak dan maminya.

Tatapan zahra untuk dimas, membuat dina sadar, kalau dimas belum menyelesaikan urusannya dengan zahra, dan hal itu membuat dina marah pada dimas, tapi meski begitu dina tetap memberi dimas peluk hangatnya karena dimas akhirnya bertemu dengan sosok yang membuatnya begitu bahagia.

Kini setelah rasa bahagia yang ia bagikan pada keluarganya, dimas harus menyelesaikan semua sisa rasa yang tersisa di hati zahra untuknya.

"Nggak pulang bareng", tanya zahra pada dimas, saat melihat dimas kembali masuk ke toko setelah mobil yang membawa mami mita dan dina keluar dari parkiran toko.

"Enggak, kamu selesai jam berapa", tanya dimas pada zahra.

"Setengah jam lagi", jawab zahra.

"Yaudah nanti aku anter pulang, kalau udah selesai kasih tahu ya, aku mau ngerjain tugas di kantor mami dulu", ujar dimas.

Zahra mengangguk dengan wajah sumringah, dan tak berhenti menatap punggung dimas yang menaiki tangga ke lantai dua.

"Mbak mau rekap sekarang atau nanti", tanya amir pada zahra.

"Sekarang aja mir, udah mulai sepi juga", jawab zahra dengan senyum yang mengembang.

Harapan yang zahra miliki untuk bisa menjadi bagian dari keluarga mami mita, masih membumbung tinggi.
Dengan cepat dan cekatan, zahra membereskan seluruh pekerjaannya, lalu zahra naik ke lantai dua untuk menemui dimas.

Zahra langsung masuk ke dalam kantor, tanpa mengetuk pintu kantor mami mita, seperti biasanya.

"Udah selesai", ujar zahra dengan riang pada dimas yang masih duduk di meja kerja mami mita.

Saat mami mita atau mbak dina ada di ruangan, zahra selalu sungkan, jadi dia selalu mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk, tapi dengan dimas, zahra merasa bisa bebas bersikap.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 28 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

After SunsetWhere stories live. Discover now