13 [Begin]

174 0 0
                                    

Perjumpaan dimas dengan maira yang tidak lebih dari separuh malam, ternyata menyisakan bekas yang terlalu pekat di hati dimas.

"Arrggghhhh", teriak dimas sambil menjambak rambutnya.

Mahasiswa yang kebetulan ada di paviliun studio bersama dimas, langsung melihat ke arah dimas. Hanya sekilas, lalu kembali ke kesibukan mereka masing-masing.

Teriakan seperti yang dimas lontarkan, bukanlah hal yang baru, yang terdengar di studio mahasiswa arsitek.

"Kenapa dim", tanya kiara, salah satu asisten dosen yang kebetulan ada di paviliun studio.

"Nggak bisa konsen kak", jawab dimas pada seniornya.

"Oh, kirain ngulang lagi", jawab kiara dengan acuh.

Kiara langsung kembali ke mejanya, untuk mengecek ulang portofolio milik mahasiswa semester dua. Sementara dimas kembali melihat laptopnya, dan mengulang pekerjaannya, karena dia berulang kali salah menghitung komposisi design yang dia kerjakan.

Tak sampai dua detik, dimas langsung meraih handphone milikinya, begitu dia mendengar ada pesan masuk. Wajahnya kecewa, karena pesan yang masuk berasal dari nomer zahra, bukan pesan yang ia tunggu.

Bayangan maira di bosche malam itu, enggan lepas dari benak dimas meski sudah dua minggu berlalu, dan hal itu sangat menyiksa dimas. Setiap dimas memejamkan mata, benak dimas langsung memutar wajah maira dan tubuh seksinya.

"Dim design bangunan tiga lantai punya kamu udah jadi", tanya gusta, teman satu angkatan dimas, pada dimas yang masih menjambak rambutnya dengan wajah yang ia tenggelamkan di depan laptop miliknya.

"Kalau udah aku minta copy refrensinya dong", pinta gusta meski dimas tidak menjawabnya.

"Udah jangan diganggu dulu gus, lagi galau dia", ujar rumi pada gusta.

Kegalauan dimas sangat beralasan, karena dimas sudah mencoba mendekati maira disela-sela kesibukan kuliahnya, melalui pesan yang dia kirim setiap pagi untuk maira.

Sekali dua kali, maira terkadang langsung menjawab, tapi seringnya pesan yang dimas kirim berakhir senin kamis. Pesan senin kamis yang dimas maksud adalah, senin dimas kirim sms, kamis baru maira balas. Kenyataannya memang maira hanya membalas pesan dimas sesekali, seringnya maira membalas pesan dimas setelah tiga hari.

Kedatangan rizal dengan wajah segar dan rapi di paviliun studio mahasiswa arsitek, membuat suasana mulai ramai, tapi rizal datang disertai dengan usahanya untuk mengomentari rambut dimas yang mulai memanjang, juga mengomentari wajah dimas yang mulai ditumbuhi kumis dan janggut.

"Hidup di hutan kamu dim", ejek rizal pada dimas.

Dimas tidak menjawab ejekan rizal, dan memilih pindah tempat duduk ke depan rizal, yang mulai mengeluarkan laptop dari tasnya.

"Zal", panggil dimas pada rizal.

"Hmmm", jawab rizal.

"Kamu pernah nggak dihantui sama pacar kamu", tanya dimas.

"Di hantui gimana", tanya rizal.

"Ya kamu mikirin dia terus", jawab dimas.

"Pernah", jawab rizal.

Dimas menjadi antusias untuk memulai konsultasinya dengan rizal.

"Sama pacar kamu yang mana zal", tanya dimas sebelum ia memulai ceritanya.

"Tugas dosen", jawab rizal sambil melirik dimas.

Dimas menjadi sangat kesal, karena tidak ditanggapi dengan serius oleh rizal.

After SunsetWhere stories live. Discover now